Gelorakan Pemikiran

Kamis, 23 September 2010

NEGARA TANPA KELAMIN

NEGARA TAK BERKELAMIN

Sangat tragis posisi bangsa dan Negara ini, seperti perahu yang berlayar tak tau kemana arahnya, tak memiliki kejelasan. Semua di sisi sector kehidupan berbangsa semuanya telah tergerus oleh krisis yang sangat melelahkan, pembangunan segala sector tak kunjung berbuah kenikmatan dan kesejahteraan. Para pemangku kepentingan sibuk dengan peran mereka sendiri untuk memperkaya diri dan keluarganya. Regulasi UU yang selama ini di godok hanya titipan para imprealisme dan neokolonialisme baru. Semua tak bias bergeming untuk mengatakan tidak kepada para kaum pemodal yang senantiasa mendikte mereka (para pemangku kepentingan bangsa dan Negara dalam konteks kebijakannya). Sesuai apa yang di katakana oleh Tri Sutrisno bahwa semua produk UU yang di buat merupakan titipan para pemain neoliberal sehingga output UU yang di hasilkan mencerminkan kegilaan dan pengaruh liberalisasi sangat mengerikan bagi bangsa ini. Amandemen yang terjadi selama ini bersipat individualis dan liberalis, UU yang di buat seperti itu tidak akan bias mencapai visi pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat demi mencapai cita-cita para pendiri bangsa ini.
Memang harus di akui masih banyaknya setan-setan koruptor yang banyak merugikan Negara dan itu merupakan kejahatan luar biasa. Ini yang menyebabkan pembangunan di mensi kemasyarakatan terhambat karena memang karakter para pemegang kebijakan tidak mencerminkan nilai kejujuran mereka. Alangkah naifnya jadi bangsa dan sangat tega terhadap bangsa sendiri yang tidak menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Semua persoalan bangsa ini tidak akan pernah berakhir dan selama kepemimpinan yang tidak berani bertanggungjawab maka akan membawa bangsa dan kedaulatan Negara ini ke jurang kehancuran. Bayangkan saja, dimana kelamin generasi bangsa dan Negara ini ketika mereka di sunnat oleh malaysiah, di brondol TKInya di arab Saudi, di hokum mati, di siksa para TKW laki maupun perempuan, di perkosa dan di bunuh, perampokan dengan gaya elit maupun preman kian marak, senjata api illegal kian menembus pasar, produksi ekonomi begitu menciutkan (sangat rendah), kebal hokum bagi para koruptor, pemimpin yang tidak berani hanya mengklaim dirinya saya punya kelasmin, terorisme yang menghancurkan sendi-sendi kerukunan umat beragama, penghuianatan terhadap hak kemanusiaa dan lain sebagainya. Kalau mau di plasback semua persoalan bangsa ini sangat rumit, belum lagi para menterinya tidak progress hanya mementingkan partainya, sibuk dengan mengangkat diri sebagai calon presiden, padahal baru menjadi menteri.
Para pegawai negeri hanya mampu dan sangat militan meminta THR dekat lebaran, tunjangan pokok, belum lagi gaji untuk keluarga mereka, akan tetapi giliran mereka diajak membela bangsa dan Negara ini hanya manggut – manggut koroknya seperti bebek perempuan yang hanya memamerkan gaya penampilan pegawai negerinya. Tidak mampu membuat rakyat senang dalam pelayanannya. Jadi Negara ini sudah tidak memiliki kelaminnya, Negara ini sudah banci bahkan banco malahan. Pemimpinnya sudah menebar virus ketakutan kepada rakyatnya yang tidak berani bersikap hanya omong kosong saja, sangat pintar berbicara tapi masalah kesejahteraan tidak mampu di realisasikan. Boro – boro semua partai koalisi merekomendasikan presidennya jadi bapak kesejahteraan. Bapak kesejahteraan siang bolong kali. Mengapa seperti itu karena memang kenyataan sudah tidak memiliki bargaining kebijakan yang layak di nilai baik oleh rakyatnya. Phenomena-penomena akan terpotong kelamin Negara ini karena memang sisi ekonomi di kuasai pihak asing, regulasi kebijakan sangat jelas masuk intervensi asing melalui para korupsi dibalai sidang DPR/MPR, lagi – lagi dana aspirasi untuk partai, padahhal bangsanya diancam kedaulatannya, masih saja bahas dana aspirasi. Memang ngak puas perutnya, otak dan cara berfikir selalu busuk. Belum lagi kepentingan korporat yang meminta Negara Indonesia agar dapat meminjam dana (uang) tunai kepada korporat asing dengan syarat agar seluruh sumber daya alam yang mau di garap menjadi bagian mereka.
Alangkah jeleknya nasib bangsa ini, ketika pemimpinnya hanya memperlihatkan dirinya sebagai top leaders, padahal masih banyak persoalan rakyat dan buruh yang masih termarginalkan. Kemartabatan sudah di injak oleh negra lain, tidak tanggap dan sangat lemah dalam kepemimpinannnya. Menurut Din Syamsuddin mengatakan bahwa kalau saja model kepemimpinan lemah dan lembek seperti ini akan membawa bangsa dan Negara kita terjual serta rakyat Indonesia akan mengambil jalan sendiri dalam mempertahankan negaranya, kalau saja sikap bangsa kita masih sepertoi ini, maka kita akan di jajah terus dan jika sikap ini di miliki oleh pememrintah yang di berikan amanah oleh rakyat akan menambah lengkap keterjajahan kita senbagai bangsa. Gonjang ganjing dalam system politik dan pemerintahan sudah sangat luar biasa, tidak memiliki rasa malu dan kemaluannya di telanjangi, karena memang para politisi, pemerintah dan pegawai negeri suka menjual buntutnya sehingga kalau terjadi kasus, baru menyadari bahwa ternyata kelamin mereka di jual di sebuah restoran nafsu mereka berdalih “masa aku pejabat Negara dan PNS maupun politisi sebagai abdi Negara di tangkap gara-gara aku jual air kencing dan potongan kelamin”.
Itulah ekspresi para perwakilan bangsa ini tidak menunjukkan sesuatu yang positif dan menguntungkan rakyat banyak seluruh Indonesia, kok pemerintah sangat takut memulangkan para TKI dan TKW kemudian di sediakan lapangan kerja. Dari sekian luas tanah daratan timur barat laut utara dan selatan Indonesia masih banyak yang kosong untuk memepersiapkan lapangan kerja khusus para TKI dan TKW, sehingga tidak ada penganiayaan lagi, penindasan dan penghianatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Tidak ada komentar: