Gelorakan Pemikiran

Minggu, 10 Oktober 2010

Tantangan Dakwah Dan Kaderisasi Muhammadiyah
Di Tengah Dinamika Masyarakat Dalam Kehidupan Ibadah Dan Muamalah Duniawiyah (Tinjauan Di Abad Kedua)

Oleh : Yanto Sagarino
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Dosen Fakultas Hukum dan Pasca Sarjana Unmuh Jakarta


Secara historis muhammadiyah telah mampu eksis mensyiarkan Islam secara efektif melalui gerakan dakwahnya. Menurut Prof. Dr Syeikh Muhammad Said Ramadhan al-Buti periodesasi dakwah yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan dibagi menjadi empat bagian. Pertama, Ahmad Dahlan setelah diangkat menjadi khatif agung di keratin secara definitif, beliau melakukan gerakan dakwah Islam secara rahasia melalui pembinaan pengajian .anak-anak dan remaja. Pola dakwah ini ditujukan kepada pihak keluarga, koleganya, pemuda/i serta sahabat terdekat yakni para kiyai-kiyai sepulau jawa. Materi dakwah yang disampaikan adalah tentang aqidah dan ketauhidan. Kedua, dakwah KH. Ahmad Dahlan secara terbuka dan lisan dengan melakukan hijrah ke Makkah dan Madinah untuk melaksanakan Haji dan belajar ilmu pengetahuan Islam di Makkah dengan beberapa tokoh pembaruan (tajdid) Islam seperti Jamaludin Al Afgani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan Muhammad Abdul Wahab. Ketiga, dakwah secara formal dengan mendirikan Amal Usahanya seperti PKO (sekarang PKU), pendidikan SD sampai perguruan tinggi, hal ini dimaknai sebagai alat dakwah dan kaderisasi dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagai cita-cita dan tujuan Muhammadiyah. Keempat, dakwah kultural dan tajdid yang mengajak umat manusia agar meninggalkan TBC sebagai penyebab kemiskinan dan mendustai agama serta melanggar ketentuan Allah.
KH. Ahmad Dahlan dalam berdakwah menggunakan metode yang bervariasi yakni secara personal, kaderisasi (pembinaan), kolektif, dan formal (intitusional), karena kondisi saat itu sangat diperlukan untuk melakukan dakwah dengan cara tersebut. Pemaknaan terhadap kondisi itu, KH. Ahmad Dahlan senantiasa memberikan pengajian dan berdiskusi tentang masalah kehidupan secara bil hikmah walmau’izatul hasanah seperti yang dinyatakan dalam Alqur’an surat an-Nahal ayat 125 beliau laksanakan dengan baik. Dalam pandangan Ahmad Dahlan, esensi dakwah bil hikmah walmauzizatil hasanah adalah memilih cara yang relevan dengan kondisi objektif sekaligus memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh masyarakat dengan sinergisitas pemikiran rasional. Di kala umat Islam masih tergolong miskin, rendahnya kualitas pendidikan Islam dan tumpulnya pemikiran keislaman, maka  KH. Ahmad Dahlan melakukan dakwah melalui jalur pendidikan formal maupun non formal serta mengintensifkan proses kaderisasi. KH. Ahmad Dahlan melaksanakan pendidikan perkaderan dan dakwahnya itu di rumah (al-Arqam). KH. Ahmad Dahlan mengajarkan Al qur’an, terlebih dahulu membaca ayat lalu dijelaskan maksudnya seperti surat Al Maun. Setelah para santrinya memahami dan mengamalkan isinya barulah beliau menambah pelajaran dengan ayat lainnya. KH. Ahmad Dahlan berdakwah menggunakan metode diskusi (mujadalah). Berkaitan dengan hal tersebut, KH. Ahmad Dahlan banyak berkomonikasi dengan umat muslim maupun non muslim untuk memperdalam dan ingin mengetahui Islam yang sesungguhnya.
Pentingnya upaya dakwah dan konsistensi kaderisasi muhammadiyah sangatlah di perlukan di tengah keragaman organisasi Islam lainnya. Oleh karena yang di khawatirkan sekarang ini bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma`ruf dan tajdid, sering menjadi persinggahan banyak orang yang tertarik masuk ke dalamnya baik karena kesepahaman maupun AUMnya. Muhammadiyah memiliki sumber daya kader yang selama ini cukup potensial karena memang orang muhammadiyah sebagai santri terpelajar, intelektual, modernis, beramal, terpercaya, dan memiliki keahlian yang baik. Kader muhammadiyah yang tersebari di berbagai lembaga birokrasi, politik, ekonomi dan sosial budaya menunjukkan kualitas sumber daya kader muhammadiyah yang handal sebelumnya. Namun kini mulai dirasakan adanya kekurangan kader muhammadiyah di atas rata-rata, karena sumber daya kader tersebut, baik dari internal maupun eksternal persyarikatan tidak dijamin keseimbangan antara kualitas dan kuantitasnya, Melemahnya usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas dakwah dan kaderisasi persyarikatan di sebabkan oleh banyaknya kepentingan yang masuk baik dalam struktur pimpinan maupun amal usahanya. Padahal sumber perekrutan dan pembinaan kaderisasi dan proses dakwah sangat memiliki tempat yang luas melalui pendidikan, keluarga, dan organisasi otonom muhammadiyah. Ini merupakan tantangan bersama untuk senantiasa melakukan revitalisasi dan penguatan karakter serta identitas kaderisasi muhammadiyah sebagai wujud dakwah.
Tahapan kaderisasi dan dakwah Muhammadiyah harus disertai dengan sikap sami’na wa’ato’na dalam mengemban misi, tujuan dan cita-cita muhammadiyah. Proses perkaderan dan dakwah salah satu pilar penting dalam persyarikatan untuk memberikan pemahaman ideologi muhammadiyah secara komprehensif, berwawasan keislaman dan nalar kebangsaan, agar muhammadiyah sebagai gerakan Islam amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid dapat menjadi cerminan dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Disinilah kader muhammadiyah harus mengintegrasikan jatidiri, istiqamah dan komitmen dalam memajukan kehidupan umat, bangsa, dan nilai kemanusiaan sebagai wujud ikhtiar menyebarluaskan Islam rahmatan lil‘alamin tersebut secara nyata melalui berbagai model pengembangan amal usaha, program, dan kegiatan yang membawa kemaslahatan hidup bagi seluruh manusia. Pasokan kader muhammadiyah memiliki peluang yang terbuka untuk melakukan revitalisasi dan peningkatan sinergisitas kuantitas amal usaha dengan kualitas dakwah. Muhammadiyah sekarang ini, telah berkiprah dan diterima oleh masyarakat luas baik ditingkat lokal, nasional, dan internasional sebagai pilar kekuatan Islam yang sangat berharga bagi kemajuan peradaban umat manusia. Tetapi kiprah dan langkah muhammadiyah penuh dinamika yang masih dirasakan belum mencapai puncak keberhasilan dalam mencapai tujuan dan cita-citanya, sehingga muhammadiyah semakin dituntut untuk meneguhkan dan merevitalisasi gerakannya ke seluruh aspek kehidupan. Maka oleh karena itu, proses kaderisasi dan penguatan basis dakwah harus di kembalikan sebagai wujud keyakinan kita bersama dalam menampilkan muhammadiyah yang elok dan akurat demi pencerahan peradaban.
Dalam tulisan ini yang harus dimaknai adalah kondisi objektif umat Islam dalam aspek Ibadah dan muamalah duniawiyah yang menjadi cerminan strategi dakwah dan kaderisasi. Kondisi inilah menjadi tantangan dakwah dan kaderisasi yang memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Maka dengan perbedaan tersebut, harus ada pertimbangan bagi kader dan muballig muhammadiyah agar mencapai hasil yang maksimal. Metode dakwah dan kaderisasi harus memotivasi manusia untuk berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran melalui pembinaan masyarakat Islam dan non Islam dengan landasan keislaman, cara hidup maupun keyakinan keislamannya, agar manusia dapat mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Esensi dakwah dan kaderisasi, mengajak orang lain untuk mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya seraya menjauhi segala larangan yang telah digariskan, dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Untuk menarik simpati dakwah dan kaderisasi diperlukan metode, agar seruan terhadap manusia kepada jalan Tuhan harus dengan hikmah dan pengajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhan lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk, sebagaimana di jelaskan dalam surat an-Nahal : 125.
Metode dakwah dan kaderisasi menurut konsep Alquran ada tiga yakni ; pertama; hikmah, dengan cara mengemukakan dalil dan argumentasi ilmiah yang jelas dan benar, sehingga dapat menghilangkan keragu-raguan. Kedua; mau’izatil hasanah, dengan pengajaran dan nasehat serta memberikan penjelasan tentang Islam agar bermanfaat secara berkala. Ketiga; mujadalah yang baik adalah lebih diarahkan pada kesadaran majelis untuk diskusi dan berdebat dengan baik dan lemah lembut, serta penuh kasih saying. Tafsir ulang materi dakwah dan sistem kaderisasi sangat fundamental sehingga tidak membosankan dan sesuai dengan kondisi objektif, agar dapat menumbuhkan kesadaran untuk berislam.

Metode Dakwah Dan Kaderisasi Muhammadiyah Dalam Tinjauan Abad Kedua
Penyampaian dakwah harus dilakukan secara berangsur dengan menekankan aspek utamanya yakni beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika mereka telah mengimani keduanya, beritahukanlah bahwa mereka wajib mengerjakan salat lima waktu kemudian wajib membayar zakat untuk diberikan kepada kaum mustad’afin. Rasulullah saw melakukan dakwah dengan cara lemah lembut, penuh keabraban, senyum dan memperluas kerahmatan Allah meliputi semua orang. Dalam aspek Ibadah, umat manusia harus berhubungan secara vertikal dengan Allah sebagai prima causa (hablum minallah) dan sesama manusia dengan baik (hablum minannas). Kedua hal ini, sangat penting dan strategis dalam mewujudkan harmonisasi nilai kehidupan dunia dan akhirat. Aspek ibadah yang harus ditekankan adalah ibadah mahdah seperti salat, puasa, zakat, dan haji dan ghairu mahdah sebagai manivestasi muamalahnya. Pelaksaan ibadah mahdah di kalangan umat Islam masih perlu pembenahan sesuai dengan sunnah, tetapi hal yang penting adalah umat Islam dapat melaksanakan ibadah mahdah bukan diartikan sebagai ibadah tahunan dan harian untuk penghapusan dosa-dosa yang lalu, namun harus dimaknai sebagai faktor pendorong dalam rangka memperkuat ibadah salat dan berzakat.
Proses dakwah dan kaderisasi juga, merupakan manivestasi muamalah duniawiyah yang memiliki cakupan yang luas, karena meliputi hubungan antar sesama manusia dan lainnya. Dewasa ini Muhammadiyah sudah berusia satu abad. Perkembangan masyarakat sudah begitu jauh dibanding dengan masa yang lalu. Era globalisasi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihambat oleh siapapun dan ditopang unsur positif dan negatif. Globalisasi yang ditandai dengan derasnya arus komunikasi telah membantu kehidupan manusia. Peristiwa di berbagai belahan bumi yang begitu jauh dapat segera diketahui melalui situs di internet. Komunikasi via HP sudah sangat membantu dalam kehidupan dewasa ini, bahkan face book juga sudah menjadi tren baru media komunikasi verbal. Dengan kecanggihan komunikasi banyak aktivitas yang positif dapat dilakukan, akan tetapi prilaku negatif juga tidak dapat dicegah. Pemikiran liberal yang datang dari barat dapat segera diakses melalui media komunikasi canggih, budaya barat tentang kebebasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan melalui situs-situs porno tidak dapat dibendung, karena sudah sangat mudah dilihat di internet dan juga melalui HP. Adegan-adegan seks bebas sangat diminati oleh para remaja yang sedang puberitas. Berbagai model game di internet sudah membudaya , sehingga banyak anak didik lalai belajar dan hal ini dapat menurunkan prestasi belajarnya. Menurut Asmuyeni Abdurrahman (2010), berkaitan dengan kondisi objektif dewasa ini, maka muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam yang berlandaskan Alquran dan as-Sunnah dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.Mengembangkan TV Muhammadiyah dengan secara profesional sehingga dapat dinikmati oleh semua pemirsa di seluruh tanah air. Program-programnya harus dikemas sedemikian rupa sehingga menarik semua orang dan tentunya tetap membawa missi islamisasi pengetahuan dan budaya.
2.Membuat jaringan melalui internet dan mengisi sarana yang ada dengan tetap mengacu pada islamisasi.
3.Menggunakan media dakwah yang relevan dengan kondisi objektif baik pelaksanaan dakwah faridyah (individual) maupun dakwah jamaah (kolektif). Paling tidak setiap PWM dan PDM di turun kedaerah untuk menyampaiakn dakwah atau kegiatan penting lainnya.
4.Melakukan pendataan yang akurat tentang berbagai aspek dalam muhammadiyah, bahkan di setiap PWM, PDM, PCM dan PRM harus memiliki asset dan peta dakwah, sehingga dapat menopang keberhasilan dakwah dan kaderisasi muhammadiyah.
5.Dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas muhammadiyah semua AUM harus menjadikan tenaga pendidik dan tenaga administrasi menjadi warga muhammadiyah yang aktif, tidak hanya sekedar punya KTM tetapi tidak diketahui di PRM aktif bermuhammadiyah atau tidak. Suatu hal yang harus dihindari adalah mencari makan di AUM tetapi tidak pernah aktif mengembangkan muhammadiyah.
6.Dalam rangka menjalankan dakwah dan kaderisasi muhammadiyah, PWM, PDM, PCM, dan PRM harus tetap meneladani prilaku dakwah Rasulullah saw yang mengacu kepada ketentuan surat an-Nahal ayat 25 yang juga sudah diaplikasikan oleh K.H.Ahmad Dahlan sejak lahirnya muhammadiyah.
7.Menjalankan dakwah secara profesional dengan landasan ikhlas beramal karena Allah merupakan kunci keberhasilan dakwah di masa mendatang.
8.Menyebarkan muballig dan muballigah modern yang terdiri dari dosen, pegawai, kader ortom, pimpinan AUM, siswa, mahasiswa, guru dan lain sebagainya, dengan cara sebelum mereka menjadi dosen atau guru di AUM setelah mengikuti test, maka mereka wajib turun kedaerah – daerah terpencil untuk berdakwah, layaknya seperti orang KKN.
Dalam menjalankan gerakan dakwah dan kaderisasi muhammadiyah masih mempunyai tugas yang cukup berat terutama dalam melakukan purifikasi dalam masalah aqidah, ibadah dan muamalah. Namun demikian, mujahid atau pelatih dakwah muhammadiyah diharapkan tetap mempunyai optimisme dan senantiasa melakukan revitalisasi gerakan dengan maksimal. Moralitas kenabian merupakan tolak ukur yang wajib dipertahankan, agar dapat mewujudkan tatanan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Tidak ada komentar: