Gelorakan Pemikiran

Kamis, 17 Maret 2011

Seabad Muhammadiyah Mengukir Prestasi Dalam Membentuk Peradaban Utama
Rusdianto,. S.Ip


"Karena itu, aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya. (Ahmad Dahlan)

Puji syukur kehadapan Tuhan yang penuh Rahmat atas kehadiran buku ini yang di tulis oleh seorang muda yang berangkat dari daerah Nusa Tenggara Barat yakni Rusdianto. Saya mengamati penulis memiliki banyak kelebihan dan kelemahannya, sala satu kelebihannya penulis bisa menulis buku yang ada di tangan pembaca sekarang yang telah dia tulis dua tahun yang selalu, sambil menjadi aktivis ikatan mahasiswa muhammadiyah di Nusa Tenggara Barat yang kini sebagai pengurus Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Bidang Media Dan Pengembangan Teknologi. Namun di balik kelebihan ini seorang penulis ini memiliki kelemahan yang sangat luar biasa yakni tidak bisa melihat jauh apalagi membaca buku dan mengetik di komputer atau laptof, hanya berjarak tiga atau dua senti meter. Karena kesulitan itulah terkadang penulis jenuh, bahkan sering mendapat jeweran dari teman-temannya. Namun seorang rusdianto ini termasuk seorang yang hebat saya katakan seperti itu, karena saudara rusdianto hobi menulis dan membaca buku walaupun penglihatannya sungguh sulit. Tulisan ini merupakan rangkaian keberhasilan dan kehebatan seorang Rusdianto sebagai sala satu aktivis gerakan mahasiswa Muhammadiyah, ternyata keberhasilan itu di tandai oleh terbit bukunya kali pertama tentang kepemimpinan dan gerakan kaum muda untuk mewujudkan welfare state dan sekarang pun seorang penulis sebagai aktivis yang lahir dari rahim tulen IMM tanpa tergerus dengan ideologi apapun mencoba mengungkap semua persoalan muhammmadiyah dan mengagas jati diri Muhammmadiyah yang di ela borasi dalam literasi wacana bukunya yang berjudul gerak melintasi zaman : dakwah dan tajdid membentuk peradaban utama. Judul ini merupakan sebuah pandangan yang logis dan penuih makna ketika muhammadiyah m,elangsungkan muktamar satu abad di yogyakarta pada tanggal 03 – 08 juli 2010. Ketika seorang penulis datang bersama saudara fahman habibie datang ke meja saya di UHAMKA menawarka naskah bukunya yang berjudul tema muktamar muhammmadiyah ke 46. Ketika saya membaca naskah buku ada beberapa hal memang yang menjadi paradigma sebagai tawaran kepada muhammadiyah. Tawaran tersebut lebih berorientasi pada pemaknaan gerakan solutif muhammmadiyah kearah yang lebih maju dalam rangka menciptakan peradaban utama sehingga harapan akan terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya sangat elegan.
Kelahiran Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan dan sosial kemasyarakatan yang didirikan oleh Ahmad Dahlan ini tidak timbul dalam ruang dan waktu serta wacana keagamaan yang semua. Akan tetapi kehadiran Muhammadiyah berada dalam paradigma gerakan sosial yang sangat kompleksitas baik di tinjau dari problem kehidupan pada era kolonialisme maupun sekarang ini. Kita ketahui bersama sejarah dalam dimensi ideologisnya maupun kulturalnya dimana ketika itu umat manusia lebih khusus lagi Islam pada tataran keindonesiaan berada pada garis dan posisi yang terpuruk dan memprihatinkan. terbelakang tingkat pendidikan yang sangat rendah, kemakmuran ekonomi di perparah oleh konsfirasi para pemangsa ekonomi rendahnya kemampuan mobilitas politik yang tak berdaya. Apalagi selama ini selalu membudayanya paham dan praktek keberagamaan yang bersifat mistik. Dari kondisi umat yang seperti ini, tentunya sangat sulit bagi bangsa saat untuk keluar dari penjajahan
Dalam buku ini, saya ingin mengucapkan selamat atas umur panjangnya Muhammadiyah yang sampai seratus tahun atau satu abad, dengan berkiprah tanpa mengenal lelah walaupun mash banyak yang harus dilakukan oleh Muhammadiyah. Dengan umur 100 tahun ini Muhammadiyah telah memberikan arti dalam guratan jiwa bangsa ini untuk membentuk dirinya dalam satu kesatuan, banyak berkiprah para tokoh Muhammadiyah dalam mempererat tali persaudaraan di tengah pluralitas bangsa dan kemajemukan masyarakatnya. Sesuai dengan tema muktamar satu abad Muhammadiyah merupakan sebuah ijtihad pemikiran yang mencoba melintasi apa yang menjadi tantangan di abad keduanya dengan pandangan berbagai krisis baik ekonomi, politik, kebudayaan dan sosial kemanusiaan. Dalam abad kedua ini banyak harapan yang terkuak dari berbagai elemen kader sampai simpatisan maupun masyarakat dengan memberikan harapan pada Muhammadiyah agar sekarang ini mulai bercermin pada aspek sosiologis dan aspek keagamaannya dengan melakukan pengembangan berbagai bidang kehidupan masyarakat agar sarana dakwah Muhammadiyah dapat menembus batas kemiskinan masyarakat bangsa ini. Sesuai dengan aman. Ahmad Dahlan dalam pemikiran Al Maunnya dan terma muktamar Muhammadiyah satu abad itu harus di komparasikan dengan berbagai kemungkinan yang telah terjadi maupun sebelumnya kedepannya. Oleh karena pada forum muktamar itulah kita harus memperhatikan seluruh komponen yang belum tergerak dalam Muhammadiyah termasuk refleksi terhadap kiprah majelis Semua majelis tersebut harus berfungsi sebagaimana tupoksi kerjanya sehingga gerakan Muhammadiyah lebih kelihatan geliatnya untuk memberdayakan masyarakat. Sebagai yang telah di singgung oleh penulis yang di fokuskan dalam tulisannya bahwa kelihatannya tidak ada geliatnya dalam melakukan pemberdayaan baik dari pusat hingga daerah. Maka oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan peran nasional dan ketahanan, maka Muhammadiyah dengan modal cita dan tujuan sebagai corong untuk menciptakan peradaban utama dan muhammmadiyah juga mengambil momen pemberdayaan dengan konsep berbasis keislaman. Oleh karena sekarang ini peran keislaman muhammmadiyah juga merupakan sentral kita berfikir yang senantiasa menjadi perhatian kita bersama dan juga umat Islam merupakan bagian terbesar dari bangsa ini. Sejak semula telah kita sadari bahwa kuatnya ketahanan ekonomi bangsa ini, ketika ada agar komitmen muhammadiyah sebagai oerganisasi keagamaan untuk bergerak dalam ranah keislaman yang berbasis kerakyatan demi mencari format baru paradigma solutif umat. Maka oleh karena itu peningkatan dan pengembangan gerakan dakwah dan tajdid muhammmadiyah sebagai berbasis keislaman tentu harus menjadi paradigma utama dalam gerak laju pembaharuan Muhammadiyah di abad kedua ini. Ada berbagai hal dan menjadi faktor utama dalam pengembangan Muhammadiyah sebagai umat manusia dengan tujuan membentuk peradaban utama ditengah arus globalisasi. Selama perjalanan panjang 1 abad berdirinya, Muhammadiyah telah mengalami berbagai macam tantangan zaman. Mulai dari zaman penjajahan, zaman revolusi, demokrasi parlementer, hingga reformasi. Selama itu pula Muhammadiyah menjalani pasang-surut pergerakan. Namun, tetap saja bahtera Muhammadiyah mampu bergerak dengan mantap.
Di usianya yang telah mencapai 1 abad tahun ini. Harus ada refleksi mendalam. Usia ini tergolong amat renta bagi seorang manusia. Namun, bagi sebuah organisasi bisa jadi ini usia reflektif, untuk melihat apa saja yang telah dicapai selama 1 abad belakangan. Rosyad Soleh mengatakan bahwa mencatat bahwa Muhammadiyah adalah satu dari minoritas ormas yang keberadaannya merata di hampir seluruh wilayah Indonesia. Boleh dikata, tak ada satu kabupaten/kota di negeri ini yang tidak mengenal Muhammadiyah. Sampai saat ini, di 33 provinsi di Indonesia ini telah berdiri Wilayah Muhammadiyah (PWM). Dengan 366 kota/kabupaten di antaranya telah berdiri Daerah Muhammadiyah (PDM). Jumlah Cabang Muhammadiyah (PCM) saat ini pun sebanyak 2.930 buah, sedang jumlah Ranting sebanyak 6.726 buah. Di samping itu, di berbagai negara Asia, Eropa, maupun Amerika Serikat telah berdiri pula Cabang Istimewa Muhammadiyah.
Selain itu, perkembangan secara horizontal ditandai dengan semakin meluasnya usaha Muhammadiyah. Dewasa ini, usaha Muhammadiyah telah memasuki hampir seluruh bidang kehidupan. Hampir tidak ada satu pun bidang kehidupan yang tidak dimasuki oleh Muhammadiyah, kecuali politik praktis tentunya. Sampai saat ini jumlah Sekolah Muhammadiyah, sejak tingkat Dasar sampai Menengah Atas, berjumlah 7.307. Jumlah itu masih ditambah lagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) sebanyak 168. Jumlah Rumah Sakit/ Balai Pengobatan sebanyak 389 buah.Jumlah BPR/BT sebanyak 1.673. Jumlah Masjid sebanyak 6.118, sedang jumlah Musholla sebanyak 5.080 buah. Jumlah yang tidak kecil dan sedikit tentunya. Dengan melihat pencapaian Muhammadiyah selama satu abad terakhir ini fantastis, namun tetap saja di butuhkan kesadaran kolektif yakni kesadaran tauhid, kesadaran iqra, kesadaran majelis dan kesadaran keislaman. Muhammadiyah tetaplah tidak sempurna dan perlu banyak pembenahan dimana-mana. Karena Muhammadiyah adalah kumpulan manusia, bukan malaikat. Ada beberapa hal yang harus di perhatikan adalah sangat perlu diperhatikan adalah istiqomah dalam berjuang. Bahwa Muhammadiyah harus terus dipertahankan sebagai gerakan dakwah yang berorientasi pada aspek sosial masyarakat dan pendidikan. Tidak perlu latah memaksakan diri untuk menceburkan diri ke politik praktis. Meski politik memang begitu penting menentukan arah kemajuan bangsa ini. Poin kedua, bahwa Muhammadiyah di masa mendatang adalah Muhammadiyah yang diisi oleh semangat yang benar-benar bisa memegang amanah dan trust.
Kemudian di dalam buku ini juga, saya ingin memberikan catatan bahwa penulis mencoba memposisikan muhammmadiyah dalam banyak aspek yakni aspek gerakan dakwah, tajdid, purifikasi, pendidikan, ekonomi, pemberdayaan serta aspek hukum maupun muhammmadiyah di tinjau dari aspek ideologis. Yang terpenting muhammadiyah tidak mencetak jutaan penganggur, melahirkan pemimpin yang amanah. Apalagi dalam konteks pendidikan muhammmadiyah jangan sampai menghasilkan manusia kalah dalam bersaing dan bermental kapitalisme global. Maka muhammadiyah harus melihat output pendidikan mudah di dikte oleh pengendali politik, ekonomi, budaya, dan militer global. Kita alami harus secara bersama bertanggungjawab untuk mendidik manusia agar memiliki integritas kepribadiannya, kritis, tangguh, progresif, religius produktif, dan memiliki visi jauh kedepannya. Mampu mendidik manusia dalam kerangka keadaban sebagai pembentukan karakter bangsa. Ketika bangsa berkarakter maka akan memiliki peluang untuk memenangkan masa depan. Sedangkan bangsa yang tidak memiliki karakter akan menjadi pecundang.
Tentunya para peimpin Muhammadiyah sebagai pelopor menciptakan keadaan yang kita inginkan bersama yakni Islam yang sebenar-benarnya. Maka oleh karena itu, Muhammadiyah harus ada kolaborasi gerakan dakwah dan tajdid sebagai payung gerakan kultural secara konsistem sehingga bisa di harapkan sebagai pelopor Islam secara lebih utuh. Keutuhan Muhammadiyah kepeloporan adalah keberhasilan melahirkan para kaum intelektual modern yang berbasis nilai dasar keislaman yang kuat dan kepribadian mampu menghadapi tantangan zaman. Muhammadiyah kemampuan holistik yakni keimanan, kesolehan, kepribadian dan kemampuan intelektual, praktikal dan sosial telah berhasil yang berorientasi pada karya dari kepeloporan dalam merintis dan mengembangkan Muhammadiyah yang bersifat menyeluruh dengan kekuatan nilai ketuhanan, dan keagamaan pada sisi kemanusiaan secara berkemajuan. Dalam muhammadiyah hendaknya dibudayakan tradisi membangun imamah dan ikatan jamaah sehingga muhammadiyah dapat tumbuh dan berkembang sebagai kekuatan gerakan da'wah yang kokoh. Dengan semangat tajdid hendaknya muhammadiyah memiliki jiwa pembaru dan da'wah yang tinggi sehingga dapat memelopori kemajuan yang positif bagi kepentingan kejayaan Islam. Setiap kader hendaknya bertanggungjawab dalam mengemban misi muhammadiyah dengan penuh kesetiaan dan kejujuran yang tinggi, serta menjauhkan diri dari berbangga diri manakala dapat mengukir kesuksesan. Sekarang kita menyadari banyak sarana menumbuhkan ide pembaharuan untuk menyelamatkan umat dari kemunduran. Komitmen nilai muhammadiyah sifatnya lebih kepada pemahaman dan penghayatan kembali tentang nilai-nilai ideologis. Betapa pentingnya nilai-nilai yang mengkristal menjadi budaya bagi sebuah organisasi. Nilai dan budaya ini menjadi faktor determinan, penentu bagi perjalanan sebuah organisasi. Selamat membaca.