Asal Usul, Pengertian Dan Kesadaran Shafrilisme
YANTO SAGARINO
Asal Usul Teori Shafrilisme
Syafrilisme berasal dari Al Qur’an Surat Ash Shaff [61] : 1-14. Pertama, Kata Ash berasal dari tiga kategori kalimat dan bahasa dalam Al Qur’an yaitu sebagai berikut :
Kalimat pertama, ash berarti suatu masa dan waktu akan tercapai kedamaian, kata ash ini juga diambil dari Al Qur’an surat Al Ashr (masa) kemudian kalau diambil dari ayat pertama yakni wal asri artinya demi masa. Sebagaimana di sebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Ashr [103] : 1-3 mengatakan bahwa ” Demi masa sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran (Al Qur’an Surat Al Ashr [103] : 1-3) Kemudian kalimat kedua, assala mualai’kum artinya ”selamat atas kalian semua”. Kalimat ini juga biasa di ucapkan oleh seorang muslim kepada saudara seiman dan setakwanya. Makna ucapan ”assalamualai’kum” itu merupakan sesuatu hal yang memberikan faedah atas pekerjaannya maupun kerjasama manusia secara kolektif/jamaah, oleh karena pekerjaan atau perjuangan apapun tak mungkin tercapai tanpa barisa yang kuat dan bersatu padu untuk membangun kadamaian. Orang yang mengucapkan kata salam ini adalah orang yang merasa kagum akan perjuangan umat Islam yang dicapai dengan damai dan melindungi seluruh umat manusia dalam erangka menegakan keadilan.
Begitu juga dengan kalimat Ketiga, arsy, artinya ”sesuatu yang dibangun sebagai tempat berteduh” atau ”sesuatu yang beri atap”. Atau tahta pemimpin yang terkenal dengan keanggunan, kepribadian jujur, adil, terbuka, fatonah, keimanannya, keislamannya dan ahlaknya. Jadi dalam arti arsy dalah tempat bersemayamnya Allah, tempat bersemayam ini bukan dalam arti fisik sebagaimana di bayangkan manusia. Akan tetapi makna dari arsy adalah ke—Maha—Kuasa—Nya serta pengawasan—Nya terhadap seluruh mahluk ciptaan—Nya. Hal itu secara jelas tergambar dalam ayat Al Qur’an dalam surat Al A’raaf [7] :54 yang mengatakan bahwa ”Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu Dia bersemayam didalam Arsy. Dia menutukan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakan pula matahari, bintang-bintang, bulan, masing-masng tunduk kepada—Nya. Ingatlah, menciptakan dan memrintah hanya hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan Alam Semesta”. (Al Qur’an dalam surat Al A’raaf [7] : 54), selain itu juga di jelaskan dalam Al Qur’an surat yunus [10] : 3 yang mengatakan bahwa ”Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa lalu Dia bersemayam didalam Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang memberi syafaat kecuali sesudah ada izin—Nya. Demikian itulah Allah, Tuhan kalian, maka sembahlah Dia. Maka apakah kalain tidak mengambil pelajaran ? (Al Qur’an surat yunus [10] : 3), Ayat yang lain menjelaskan kekuasaan Allah swt adalah ”Allah adalah yang meninggikan langit tanpa tiang yang dapat kalian lihat, kemudian Dia bersemayam diatas arsy dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan mahluk-mahluknya, menjelaskan tanda-tanda kebesarannya, supaya kalian meyakini pertemuan dengan Tuhan kalian (Al Qur’an surat ar Rad [13] : 2). Didalam ayat lain juga memepertegas kepada manusia yang mengakui dan mengatakan ada Tuhan selain dari Allah swt. Maka Allah dengan sikap penuh moderat dan demokratis menyuruh kepada manusia untuk membuktikan Tuhan-Tuhan mereka ”apakah Tuhan orang–orang Yahudi, Nasrani, Yunani, Hinduisme, Budhaisme, Taoisme, Kristen, Komfucianisme, Konghucu, bisa membuat bumi dan langit yang lain sebagai tempat umatnya mencari makan, minum, menikmati udara segar, menciptakan angin, menciptakan air untuk kalian mandi, dan menciptakan segalanya ?, seperti ciptaan Allah swt ?. Sebagaiman Allah menjelaskan dalam Al Qur’an surat Al Isra’a [72] : 42 yang mengatakan bahwa ”Katakanlah : Jikalau ada Tuhan-Tuhan di samping—Nya, sebagaimana yang mereka katakan, Niscaya Tuhan-Tuhan kalian menolak untuk disembah, dan Tuhan-Tuhan itu pun mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai Arsy (Al Qur’an surat Al Isra’a [72] : 42). Kebenaran Allah tidak bisa disangkal lagi, dulu orang romawi kuno dan eropa yang berada dalam alam kegelapan, sebelum masuknya Islam. Mereka senantiasa meyembah dewa-dewa, sebagaimana yang terkenal sekarang ini dewa Hermes atau dewa penafsir segala sesuatu bagi orang Yunani. Sebelumnya dewa Hermes, bersama dewa yang lain mengakui dengan mengatakan bahwa ”jangan menyembah Tuhan lain, sembahlah Tuhan yang satu”, kemudian perkataan dewa ini di teruskan oleh Xenophanes dari colophon (570-475 SM) yang mengatakan bahwa ”Tuhan itu satu, tak berwujud, hanya ada satu Tuhan yang paling akbar diantara para dewa dan manusia yang berbeda dengan mahluk apapun dalam hal bentuknya maupun pemikirannya”. (Graham Higgin, Ontologi Filsafat, di terjemahkan dari buku Porcupines : A Philosophical Anthology, pengguin books inggris 2000, cetakan pertama 2004 hal. 4).
Apa yang dikatakan oleh Xenophanes dari colophon (570-475 SM) menolak tentang penuhanan kepada dewa. Sementara saat itu masyarakat Eropa dan Yunani menyembah Dewa sebagai Tuhan yang ada diatas langit. Dalam perkembangan zaman yang modern dan dunia sudah canggih, maka mereka bingung untuk menyembah Tuhan yang seperti bentuk apalagi. Ternyata mereka berbalik lantaran pihak gereja memutuskan dalam pembaharuan injilnya (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) menginstruksikan kepada umat Yahudi, Nasrani dan bekerjasama dengan agama lainnya agar menyembah patung-patung baik dari kayu, pohon besar maupun terbuat dari emas, sesuai dengan fakta sejarah agama-agama. Sebagaimana kisah orang tua (Bapak) Nabi Ibrahim yang tidak mau bertauhid kepada Allah ketika di ajak oleh Ibrahim.Kemudian pada kurun waktu abad 20 ini dewa Hermes kembali disegarkan dalam ingatan akademis maupun para pemikir barat, liberal, sekuler, pluralisme, zionisme, orientalisme dan gerakan kristenisasi tentang teori Hermeneutika (penafsiran teks-teks), teori ini berasal dari nama dewa hermes yang kemudian di kembangkan oleh plato, aristoteles dan pemikir barat sekarang (Yahudi—orientalisme) untuk menafsirkan teks Al Qur’an kedalam bentuk lainnya. Teori Hermeneutika ini tidak saja berkembang di dunia barat akan tetapi di kembangkan dalam kurikulum Perguruan Tinggi Islam Indonesia. Sekarang ini Perguruan Umat Islam di Indonesia sudah menjelma menjadi dewa Hermes, masalah dan soal yang harus di benah memang ?. Sesuai dengan perkataan Allah swt dalam Al Qur’an surat Al Anbiya’a [21] : 22 yang mengatakan bahwa “Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan - Tuhan selain Allah, tentulah kedua-duanya itu rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy dari pada apa yang mereka sifatkan”. (Al Qur’an surat Al Anbiya’a [21] : 22). Sedangkan kata Syaff diartikan Jama’ah dan barisan yang satu—kokoh—kuat, kelompok, ikatan, perkumpulan dan persyarikatan. Kata syaff ini dalam Al Qur’an di sebutkan adalah barisan yang kuat, kokoh, bersatu untuk mencapai kemenangan oleh karena keharusan bagi umat Islam untuk mempertahankan dan menampilkan Islam otentik, substantif, baik dan damai dalam sebuah komonitas yang teratur, berkemajuan dan pluralitas. Sesuai apa yang di sebutkan dalam Al Qur’an surat As Syaff [61] : 4 yang mengatakan bahwa ”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalan Allah dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti satu bangunan yang tersusun kokoh” (Al Qur’an surat As Syaff [61] : 4). Dunia sekarang berbeda dengan dunia pada masa Rasulullah saw dimana tidak ada satu aliran pemikiran Islam yang timbul ke permukaan. Namun pasca Rasulullah wafat, maka aliran Islam pemikiran maupun gerakan muncul kepermukaan sebagai bentuk ketidakpuasan atas pola berfikir dan pemberlakuan kekuasaan Islam saat iu. Maka semua pemikir Islam yang nota benenya sama dalam konteks visi keislaman namun yang membuat mereka berbeda dalam praksisnya adalah beragama pandangan yang cenderung trut claim, ada model pemikiran tradisonalisme, modernisme, wahabiah, Islam Murni, Pan islamisme, Islam Syariat, khilafah Islamiyah. Dalam berbagai praksis semua organisasi ini memiliki perbedaan yang mencolok yakni pemahaman tentang Islam dan memaknai surat As Syaf tersebut.
Kemudian bagaimana pandangan jihad dalam konteks surat As Syaff [61] : 4 tersebut diatas. Maksud jihad dalam As Syaff [61] : 4 tidaklah mengarahkan semua aktivitas beramar ma’ruf dan nahi mungkar melalui kekerasan, makna dari jihad ini harus dijaga, baik secara pribadi maupun secara kolektif di tingkat al ummah (masyarakat). Jihad terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah menanam kesadaran umat manusia tentang pentingnya bertauhid, beriqra fil al Qur’an, menghafal Al Qur’an, kesadaran bermajelis untuk membicarakan apa kelemahan umat Islam baik dalam konteks politik, ilmu pengetahuan, pendidikan, ekonomi, budaya, metode dakwah, riset ilmu pengetahuan sampai pada peningkatan kesejahteraan dan memerangi kemiskinan. Setelah semua itu telah disadari oleh semua masyarakat dan memiliki kesadaran yang tinggi maka untuk mengekssplorasi dan praksis dari semua kesadaran itu adalah gerakan fil Islam. Tentu semua itu bisa terlaksana dengan baik, maka umat Islam bersama umat lainnya yang bersepakat dengan sistem Islam dalam peningkatan iman, Islam dan amal jihadnya adalah harus melalui pengorbanan harta dan jiwa mereka demi penegakan hukum Islam yang adil dan damai secara kolektif atau as syaff (berjamaah). Kedua ; Kata rilis berasal dari dua anak kalimat dan kata dalam bahasa ilmiah Indonesia dan bahasa Arab yakni pertama, kata rill berarti nyata, fakta, kebenaran dan peristiwa yang terjadi tanpa rekayasa manusia (dunia—akherat). Sedangkan kedua, kata Is’m—Isma—Ismun--As’ma—Islah sebagai kata penyambung dari rill yang berarti paham, keyakinan yang benar, perdamaian, kesalehan sosial, mendamaikan konflik, Islam yang universal. Kemudian kalau disatukan antara kalimat pertama dan kedua yakni kata ril + is menjadi rilis. Kalimat rilis ini dalam bahasa ilmiah Indonesia yang berarti mereview kembali, membaca (Iqra), berfikir, berdiskusi, dan dialog dalam suatu majelis, mempertemukan antara kedua belah pihak, berdakwah, amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Ketiga, Dua huruf di belakang rilis yaitu hurup m dan e. Hurup m saya lebih memilih dan menempatkan pada surat As Shaff yang ketika itu turun di Madinah, jadi Hurup m berarti Madaniyyah. Mengapa di katakan Madaniyyah karena setiap ayat Al Qur’an yang turun di Madinah merupakan pilihan Allah untuk memperkuat umat Islam atas pengaruh orang-orang Yahudi dan Nasrani, memperkuat barisan dakwah Rasulullah saw bersama kaum muslimin, memberikan peringatan kepada umat Islam agar menjaga perbuatan dan perkataanya sehingga Islam tidak mudah di hasut oleh orang lain, menyempurnakan iman, mengorbankan harta dan jiwa untuk Islam dan perintah berjihad melalui menafkahkan harta, beramal soleh, beramar ma’ruf. Oleh karena Madinah sebagai sentrum muamalah Islam dan Makkiyah sebagai sentrum keagamaan (pusat kiblat umat Islam). Kedua daerah ini merupakan tempat kemenangan dan keangungan umat Islam di bawah kepemimpinan Rasulullah saw dalam melakukan pembebasan, memerdekakan budak-budak, pemberdayaan orang miskin, keadilan, persamaan, toleransi, dan pendidikan generasi Islam (Al Arqam), gerakan penghafal dan pencetak Al Qur’an (kesadaran iqra fil Qur’ani), pemerintahan Islam, perjanjian hudaibiyah (piagam madinah) dan banyak hal yang telah diberikan oleh Rasulullah dan para sahabat, inilah yang dikatakan dengan Revolusi—Makkiyah dan Madanniyah (Makkiyah—Madanniyah Of State Federation). Keempat, Kalau hurup e diambil dari Asmaul Husna yaitu kata Al Ahaad adalah Esa yang berarti membumikan keesaan Allah sebagai manifestasi ketauhidan dan keberimanan manusia bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Rasul Muhammad saw Nabi terakhir. Keberimanan dan ketauhidan manusia sebagai spirit untuk berbuat keadilan baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bernegara dan berbangsa dan huruf e juga menjadi bahasa bacaan shafrilisme sebagai sebuah spirit manusia seutuhnya dalam mengenal dirinya sendiri kemudian baru mengenal Allah swt. Huruf e capaian klimaks manusia untuk mengabdikan diri kepada Allah swt dan huruf e yang dibawa kepada Allah swt pada hari akhir yaitu Ilmu—Iman—Amal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar