Pengertian Dan Ruang Lingkup Teori Shafrilisme
Pengertian Teori Shafrilisme dapat di jelaskan dalam beberapa ruang lingkup yang sesuai dengan susunan dan metodologi Shafrilisme dalam Al Qur’an Surat As Syaff [61] : 1-14 adalah sebagai berikut : Perngertian pertama, Syafrilisme adalah suatu masa dan waktu umat Islam (umat yang damai) akan tercapai suatu kehidupan yang harmonis yang disertai dengan nilai teligius atas keberagaman individu, etnik, ras, budaya, ekonomi, politik, dan agama yang disatukan oleh rasa ketauhidan, keislaman (kedamaian) dan keberimanan. Apabila manusia tidak disatukan dalam harmonisasi nilai kemanusiaan—ketuhanan, maka kemunduran dan kerugianlah yang akan kita terima. Sebagaimana di sebutkan dalam Al Qur’an Surat Al Ashr [103] : 1-3 mengatakan bahwa ” Demi masa sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran (Al Qur’an Surat Al Ashr [103] : 1-3) Apabila hal tersebut sudah tercapai maka kita akan dihargai oleh semua orang bahkan Tuhan sekalipun bersama malaikatnya akan mengucapkan kepada umat yang Islam (damai) dengan kata dan kalimat assala mualai’kum (selamat atas kalian semua). Oleh karena telah memberikan faedah atas pekerjaannya maupun kerjasama manusia secara kolektif/jamaah dalam barisan yang kuat dan bersatu padu untuk membangun kadamaian. Perngertian Kedua, Syafrilisme adalah membangun pondasi moral umat Islam maupun non islam agar saling memberi pengertian satu sama lainnya supaya mengetahui tentang kebenaran, karena sesuatu yang akan bangun adalah tempat berteduh yang aman, damai, sejahtera dan penuh keharmonisan. Untuk menjaga semua keharmonisan tersebut tentu harus memiliki pemimpin yang anggun, jujur, adil, terbuka, fatonah, keimanannya kuat, pemaaf, keislamannya tinggi dan ahlaknya mahmudah. Oleh karena dengan ke—Maha—Kuasa—Nya serta pengawasan—Nya terhadap seluruh mahluk ciptaan—Nya maka akan tetap tiba masa yang damai itu.
Pengertian Ketiga; Shafrilisme adalah Sebuah teori yang memiliki cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Islam (damai) yang berada dibawah naungan Makkiyyah of state and madaniyyah of state federation dengan tujuan melindungi masyarakat atau manusia dari berbagai peristiwa politik, kekuasaan, kejahatan perang, dan menyuguhkan fakta atau kebenaran Islam bahwa sesungguhnya Islam itu ad din damai, berkeyakinan yang benar, kesalehan sosial, mendamaikan konflik, Islam yang universal. Maka oleh karena itu, kalau Islam mengatakan hal seperti itu, maka harus di buktikan. Sekian abad yang lalu Islam meraih nobel dan piagam yang sangat luar biasa dalam menciptakan perdamaian diatas dunia ini. Semua umat Islam [un mulai menyadari bahwa kebangkitan Islam sangat perlu didorong dengan upaya dialog perdaban, mereview kembali kelemahan umat Islam kemudian kita perbaiki, memperkuat gerakan dakwah Iqra fil qur’ani, berfikir tentang Tuhan dan Islam, berdiskusi di setiap lorong-lorong kehidupan bahwa manusia ingin perdamaian, dan dialog antar etnik—suku—ras—agama—negara tentang sebuah perdamaian, membangun komitmen berIslam (berdamai) sedunia melalui regulasi konstitusi perdamaian dunia yang harus di sepakati bersama seluruh kepala negara/presiden dan menteri kabinet/perdana Menteri yang berkumpul dalam satu majelis Islam (majelis perdamaian), berdakwah, amar ma’ruf dan nahi mungkar. Pengertian Kempat; Syafrilisme adalah Sebuah teori yang lahir dari hasil pembacaan tentang realitas manusia yang selalu kontradiksi dengan nilai ketauhidan dan kemanusiaannya baik secara pribadi maupun secara jamaah (kolektif). Eksisitensi manusia selalu terjadi pertentangan didalam dan diluar dirinya, bagaimanapun manusia itu memiliki Iman, Islam dan Ilmu akan tetap terjadi karena sesungguhnya manusia di ciptakan dengan akal dan nafsu. Maka oleh karena itu hal-hal yang sangat perlu dibangun antar sesama manusia adalah harmonisasi nilai, manivesto dakwah amar ma’ruf dan nahi mungkar di bawah panji dan visi pembumian Madaniyyah dan Makkiyah. Mengapa perdamaian dunia harus di bawah visi Makkiyah dan Madaniyyah oleh karena surat al Qur’an surat As Syaff turun di Madinah merupakan pilihan Tuhan untuk memperkuat umat Islam atas pengaruh orang-orang jahiliyah, memperkuat barisan dakwah umat Islam, memberikan peringatan kepada umat Islam agar menjaga perbuatan dan perkataanya sehingga Islam tidak mudah di hasut oleh orang lain, menyempurnakan iman, mengorbankan harta dan jiwa untuk Islam dan perintah berjihad melalui menafkahkan harta, beramal soleh, beramar ma’ruf. Daerah makkiyah dan Madaniyyah merupakan tempat kemenangan dan keangungan sebuah masyarakat atau manusia yang damai di bawah kepemimpinan Rasulullah saw dalam melakukan pembebasan, memerdekakan budak-budak, pemberdayaan orang miskin, keadilan, persamaan, toleransi, dan pendidikan generasi Islam (Al Arqam), gerakan penghafal dan pencetak Al Qur’an (kesadaran iqra fil Qur’ani), pemerintahan Islam (damai), perjanjian hudaibiyah (piagam madinah) dan banyak hal yang telah diberikan oleh Rasulullah dan para sahabat, inilah yang dikatakan dengan Revolusi—Makkiyah dan Madanniyah (Makkiyah—Madanniyah Of State Federation).
Pengertian Kelima; Shafrilisme mengandung hurup e dalam penjaelasan asal usul teori syafrlisme. Hurup e diambil dari Asmaul Husna yaitu kata Al Ahaad adalah Esa yang berarti membumikan keesaan Allah sebagai manifestasi ketauhidan dan keberimanan manusia bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Rasul Muhammad saw Nabi terakhir. Keberimanan dan ketauhidan manusia sebagai spirit untuk berbuat keadilan baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bernegara dan berbangsa dan huruf e juga menjadi bahasa bacaan syafrilisme sebagai sebuah spirit manusia seutuhnya dalam mengenal dirinya sendiri kemudian baru mengenal Allah swt. karena sesuatu di bawakan oleh manusia menghadap Allah adalah Ilmu—Iman—Amal—Islam (kedamaian). Syafrilisme adalah sebuah teori yang terinspirasi dari ragam penyakit modern manusia yaitu perang ideologi (Islam—marxisme—kapitalisme), TBC tradisional dan Modern, politisasi agama, perang Islam—Kristen—Yahudi—Nasrani, konflik etnik, kultur, pribadi, organisasi Islam, kepentingan pribadi yang melahirkan penindasan sistem, tidak terbedayakan kaum mustad’afin, KKN, kongklusi dan kongkalikong fakta hukum yang melahirkan ketidakadilan, manusia tidak cinta damai, quo vadis masa depan pemuda Islam, konflik peradaban, rezim liberalisme, rezim sekulerisme, rezim pluralisme, demokrasi yang amburadul, kekuasaan yang menindas yang melahirkan antagonisme politik, gerakan jahat fremansory dan illuminati dengan (gerakan penghapusan agama-agama, mengambil alih hak orang lain, pembebasan kelas, kolaborasi dengan Karl Marx dan Engels), zionisme, orientalisme dan masih banyak persoalan dunia ini yang belum terselesaikan. Maka oleh karena itu dari semua penyakit modern tidak ada manivestasi dan potensi untuk membangun sebuah perdamaian, yang ada hanyalah semangat untuk membuat knflik yang bisamelahirkan kejahatan dan kehancuran, begitu juga dalam konteks negara, biasanya bagi negara-negara baru berkembang, tentu dalam sebuah hegemoni yang menguak konflik sebuah negara—bangsa terhadap negara adidaya. Amerika serikat dalam deklarasi kemerdekaan universalnya menghargai semua agama–agama, menghormati ritual ibadah, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan kebebasan, akan tetapi mengapa Amerika Serikat begitu bengis dengan dunia Islam dan membangun konspirasi politik untuk menjatuhkan negara lain melalui sistem kerjasama ?, memerangi umat Islam dengan agenda memburu teroris yang berasal dari Islam ?. belum lagi konflik yang bersifat horisontal dan vertikal baik dari tingkat etnik sampai agama. Maka dengan demikian teori shafrilisme sebuah reason masa depan untuk menawarkan gagasan dan paradigma lagam perdamaian bahwa untuk mengamankan dunia kita butuh komitmen bersama baik itu umat Islam maupun non Islam melalui berbagai bentuk regulasi. Komitmen manusia dalam penciptaanya sesungguhnya untuk memiliki rasa keislamannya (rasa perdamaian), dengan titik tekan pada ahlak, moral, etika dan prilaku propetiknya. Teori syafrilisme ingin menciptakan sebuah keislaman yang kuat (perdamaian dunia yang kuat) dan mengembangkan peradaban Islami (damai) yang universal tanpa ada penindasan. Untuk menciptakan perdamaian tentu harus memilki formasi dan strategi yang kuat, baik dalam konteks pemikiran, politik, budaya, dan kekuasaan sekalipun.
Dalam rangka pengembangan teori ini pun, kehadiran buku ini adalah sebuah permulaan dan mungkin perkenalan. Tentu dalam proses permulaan ini banyak hal yang sangat penulis butuhkan seperti kritik dan saran serta masukan dari pembaca. Tentu dengan gagasan ini mungkin lebih dan masih kurang, maka kebutuhan saran, nasehat, kritikan dan masukan secara jamaah (As Syaff) dalam teori ini sangat dibutuhkan mengingat manusia memiliki keterbatasan dalam berfikir karena belum tentu dalam pandangan orang lain, walaupun kita gembira dengan kekuatan inspiratif kita semua. Kalau secara personal, Islam tidak bisa berjuang untuk membuktikan identitasnya bahwa Islam memang benar-benar damai dan sejahtera. Akan tetapi kita dalam berislam membutuhkan barisan, jamaah, kelompok, persyarikatan, perkumpulan yang beriman, beramal soleh, berilmu pengetahuan, dan mengesakan Allah swt serta mengimani Muhammad saw maupun melakukan jihad dengan menzakatkan dan mengorbankan harta dan jiwa demi peradaban damai..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar