Gelorakan Pemikiran

Minggu, 26 September 2010

HARMONISASI NILAI : MEREBUT KEMBALI TIANG PEYANGGA PERDAMAIAN
UPAYA SYAFRILISME DALAM MENGISLAMKAN DUNIA
YANTO SAGARINO

Telaah kritis Wacana Teori Dunia—Antara Pertentangan Dan Perdamaian

Dalam bab ini, saya ingin memberikan pemahaman kepda pembaca tentang baagaimana menganalisis dan telaah secara kritis dari seluruh konsepsi dan konstruksi teori besar di dunia ini yang sedanga kita pandang sebagai pembawa kehancuran. Selain itu juga saya akan mencoba mencari relasi dan titik fokus kelahiran semua teori ini yang kemudian menentukan arah perjalanan teori tersebut berdasarkan analisis kritisnya. Uraian tulisan ini, merupakan sebuah niat baik dari saya, oleh karena semua komponen individu maupun kolektif ingin mendapat sebuah kebahagiaan yang hakiki baik dalam konteks agama, kultur, paham, dan pemikiran maupun dari sisi intelektualitasnya. Maka oleh karena dari semua teori yang kita lihat sampai saat ini, tidak pernah mencerminkan akan adanya perbaikan atau penyatuan dengan tujuan mencapai kebahagiaan dan perdamaian itu sendiri. Analisis dan telaah kritis dari semua konsepsi wacana teori tersebut adalah di gunakan untuk memahami berbagai paham yang membawa sistem yang bersifat sektarian dan berimplikasi pada penomena sosial sebagai bentuk pengkonstruksian kewacanaan karena pada prinsipnya semua penomena sosial bisa dianalisis menggunakan piranti kewacanaan. Saya ingin memulai dari; pertama analisis wacana dalam konteks bahasa dan kemudian memperluas analisis wacana keberbagai aspek sistem sosial dengan mencari relasi antara kesadaran spiritualitas (agama), kesadaran iqra (pengetahuan, intelektualitas dan pemikiran), kesadaran material. Karena pembahasaan analisis wacana kritis dari berbagai teori dunia tersebut yang sangat luas, maka saya akan mengunakan konsepsi dasar syafrilisme untuk mengkonstruksikan baik secara teoritis maupun praksisnya agar semua teori tersebut tidak berbicara pada wilayah yang bersifat sektarianisme. Dari keseluruhan teori yang akan di analisis adalah mencari titik temu antara kekuatan bahasa, teori dan praksisnya. Memang kegiatan menulis semacam ini tidak akan pernah selesai untuk di bicarakan dan ini juga selalu menark perhatian baik dalam aktivitas keagamaan maupun aktivitas sosial individu yang melekat identitas militan terhadap pahamnya sendiri. Makna dari semua konstruksi wacana itupun tidak akan bisa tetap dan selalu mengalami perubahan dan pergeseran yang mendasar. Perubahan konstruksi wacana tersebut dapat menjadi lahan garap perjuangan sosial—keagamaan secara terus menerus untuk mendefinisikan masyarakat yang beridentitas dan berkarakter yang nantinya bisa membawa situasi dan kondisi damai. Maka oleh karena itu, dalam pembahasan bab ini mengenai telaah kritis atas berbagai teori tentu saya bertujuan memperkenalkan teori dan konsep baru sebagai sebuah bentuk penawaran dalam memperbaiki sistem kehidupan ini, teori dan konsep baru tersebut tidaklah muluk-muluk hanya berkeinginan besar untuk merekonstruksi pemahaman manusia dalam memandang Islam sebagai solusi dari setiap problem, oleh karena selama ini manusia, baik dari sikap individu maupun kolektif selalu bersikap mengeroyok. Dengan demikian, analisis dan telaah kritis wacana dari teori dunia tersebut yang dikategorikan dalam beberapa teori yakni marxisme, kapitalisme, fremansory, komonisme, iluminatif, zionisme, orientalisme dan lain sebagainya, di pandang sangatlah penting untuk dianalisis agar kita semua mengetahui, apa motif dan misinya.

Telaah kritis wacana teori dunia merupakan sebuah kewajiban bagi penulis untuk mengkonstruksikan dan membuktikan apakah dari sisi teori dan praksis ada kesamaan atau tidak. Saya mencoba untuk hal yang lebih utama di ungkapkan dalam tulisan ini adalah bagaimana seharusnya mengabungkan dan mengkodifikasi antara pemahaman yang tertera dalam teori tersebut dengan dunia keilmuan Islam. Dari sinilah nanti akan kelihatan sebuah warna wacana mana yang lebih unggul dan mendominasi pentas aktivitas manusia di dunia ini. Mungkin kita bisa mulai dari wacana teori Komunisme, Fremasonry, Zionisme, Sekulerisme, Liberalisme, Pluralisme dan lan sebagainya. Pengkategorian ini supaya kita lebih mengenal teori tersebut, bagaimana sebelumnya, gagasan apa yang mereka ajukan, kemudian konsep apa yang ingin mereka raih. Karena ssungguhnya kelahiran teori tidak terlepas pada kajian sejarah dan idiologi yang mungkin selama ini menjadi tujuan dari teori tersebut. Mengapa sangat penting pengkajian teori ini satu persatu, oleh karena kita kita akan sulit mengidentifikasi masa depan Islam, ketika berada dalam kemelut teori yang sangat membumbung tinggi untuk mendukung teori manajemen konflik atas dunia. Dan sentral perlawanan dari semua teori tersebut dari apa yang saya sebutkan adalah sentral perlawanan terhadap Islam, oleh karena mereka menganggap bahwa Islam sangat fanatik dan beragam bentuk pola keyakinannya terhadap Tuhan. Dengan pluralitas pemahaman tersebut itulah, mereka mengambil kesimpulan untuk merubah paradigma doktrin Islam, rekonstruksi kitab sucinya (Al Qur’an). Pengkajian dari seluruh misi teori dunia nantinya, penulis akan memaparkan secara satu persatu guna untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan serta miis idiologisnya dari teori tersebut. Mungkin sekali lagi pembaca, akan bingung, mengapa harus satu persatu dikaji dalam bab ke IV ini, oleh karena penulis ingin memberikan paradigma yang lebih luas dan membuka wawasan kita sebagai generasi muslim, mungkin selama ini kita ada kesalahan bahasa dalam berwacana maupun melakukan diskusi, penelitian dan lain sebagainya, Kita ambil contoh saja sekarang ini banyak diantara pemikir muslim kita yang mengunakan teori humanis, sekuler, liberalisme, pluralisme, persahabat, dan lain lain sebagainya, padahal semua teor itu adalah titipan peradaban mesir kuno yang penuh dengan mitos.
Bagi kita kemudian ketika berbicara mitos atau bid’ah, maka itu sesuatu yang kontradiksi dengan keyakinan kita terhadap Tuhan. Maka oleh karena itu, sangat penting bagi penulis untuk memaparkannya dalam bentuk yang lebih kritis, terbuka dan mengungkapkan serta membongkar sema misi kesesatan yang agendakan oleh teori tersebut. Dengan demikian, bagi umat Islam sangatlah kontradiksi ketika terjadi sebuah jalan yang sesat. Maka dengan kesesatan itulah umat Islam ini akan berada dalam ruang konflik bahkan perang dunia akibat dari pertandingan dan pertentangan idiologi. Maka konsep yang ditawarkan oleh teori syafrilisme adalah konsep harmonisasi nilai sebagai bentuk aksentuasi dan integrasi nilai keislaman dalam konteks membangun peradaban damai (Islam) dunia, agar dunia ini tidak berada dalam ruang pencarian eksistensi yang tidak jelas. Pada item B bab IV ini akan memperjelas kemana arah bab IV ini sebagai jalan keluar dari pertentang teori dunia tersebut. Mungkin dengan bentuk gerakan dakwah dan harmonisasi nilai untuk mengembalikan pemahaman, idiologi, dan agama Tuhan, sehingga dunia ini tampil dengan sikap egalitarianismenya tanpa ada sebuah penindasan dan kekerasan atas nama Tuhan. Bab IV ini juga sangat berkaitan dengan penjelasan pada Bab I dan II sebagaimana penulis jelaskan bahwa keharusan manusia berada dibawah panji risalah agama Tuhan yakni Islam dan menuju kepada Tuhan yang satu (esa). Harapan penulis agar dalam membaca Bab ini, senantiasa bersabar karena bab inilah yang akan mengugah kesadaran berislam kita, ketika membaca dan mengingat akan kebengisan dan kesesatan semua teori dunia yang tak berlandaskan Al Qur’an maupun menolak Tuhan. Teori syafrlisme inilah menawarkan sebuah paradigma untuk memahami kemana arah dari semua teori tersebut sebagai bagian dari pembangkit kesadaran Tauhid, Iqra, majelis dan harakah fil Islam kita.

Teori Komunisme—Marxisme

Berbicara komunisme—Marxisme, yang selama ini kita anggap paling berbahaya dalam ruang lingkup ideologi, kini kita akan menanalisa apa sebenarnya idiologi Komunisme—Marxisme yang kebanyakan orang mentangnya sebagai idiologgi yang tak berguna bagi kehidupan manusia. Memang disatu sisi idiologi ada kalanya memiliki kapasitas struktur berfikir dan alurnya yang positif ada juga teori yang menginginkan sebuah pertentangan belaka dan menghancurkan struktur kehidupan. Sangat perlu kita ketahui bersama-sama bahwa tercetusnya teori karl marx ini, disinyalir sebagai bentukan dari teori yang mengatakan dirinya komonitas cahaya dan memiliki tujuan, visi dan misi yang sama dengan teori Komunisme—Marxisme sebagaimana yang dicetuskan oleh Karl Marx. Teori yang melatar belakangi tercetus Marxisme—Komunisme adalah teori Freemasonry, sebagaimana dikatakan oleh Abdul Qodir Djaelani, mengatakan bahwa; ”dalam wacana teori Freemasonry bahwa pencetus teori komunisme yakni Karl Marx hanya menjadi bayaran dan suruhan untuk menyusun teori komunisme dan atheisme dengan imbalan semua penghidupan karl marx di tanggung oleh Freemasonry dan Karl Marx sendiri tidak menguasai materi dari konsepsi teori yang dimaksud oleh Freemasonry, Karl Marx hanya berupaya menawarkan nama dan bentuk gerakan dari teori komonisme itu yang bersumber dari berbagai saran kaum agamawan dan ateisme juga, termasuk bapaknya Karl Marx sendiri. [Abdul Qodir Djaelani, Anggota Komisi I DPR RI dalam bukunya Komunisme musuh Islam Sepanjang Sejarah, penerbit pembina Islam Madinah – Munawwarah Jakarata] Analisis wacana yang coba kita telusuri, bahwa dari beberapa keterangan dan berbagai penulis yang termasyhur bahwa Karl Marx mengalami kekosongan jiwa spiritualitasnya pada umur 16–17 tahun. Hal ini dapat dibutikan bahwa ayah Karl Marx mengirim surat kepadanya dengan memberi saran bahwa ”agama sangat penting dalam kehidupan manusia untuk melakukan perbaikan moral serta tidak ada salahnya kalau Karl Marx menganut Tuhan”. Karl Marx berusaha menolak surat tersebut dengan olah pikir otaknya yang tidak stabil oleh karena ada sebuah kontradiksi dalam pemahamannya saat itu antara pilihan bertuhan atau tidak. namun kalau di lihat dari perkembangannya ternyata Karl Marx banyak menulis tentang eksistensi Tuhan dan berpihak pada agama manusia atau bertuhan, namun Karl Marx tetap memaksakan dirinya untuk mengatakan tidak bertuhan, mengapa Karl Marx memaksakan dirinya, oleh karena ternyata Karl Marx hanya menjual idealismenya dan mrnrtima bayaran Freemasonry. Dari cerminan itulah para penyusun teori komunisme, menolak agama, karena beranggapan bahwa agama memperlakukan manusia kepada pengasingan spiritualitas jiwa berfikirnya. Akan tetapi saat itu, memang Karl Marx benar-benar membenci agama karena kebiasaan menolak agama. Itulah pandangan Karl Marx dalam konteks kesadarannya dengan argumentasi berfikirnya melakukan penolakan terhadap agama.

Disisi lain teori komunisme mencoba memperkuat diri melalui kosepsi ilmu pengetahuan untuk mendukung teorinya itu. Sekarang ini, kita membuka mata batin dan olah pikir kita secara lebar sambil mencari fakta, bahwa Karl Marx bersama Freud membenci agama atas nama ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sebelumnya mereka mengakui bahwa semua manusia memiliki unsur emosional dan spiritualitas, maka secara logis ilmu pengetahuan tidak bisa berkembang ketika spiritualitas tidak ada. Kelemahan dan tidak konsistenya Karl Marx bersama Freud, ketika sebuah teori ingin dikonstruksikan dalam tatanan sosial, maka teori komunisme melahirkan sebuah stigma dalam sistem kemasyarakatan dan cenderung bersfat radikalisasi gerakan. Teori ini didukung oleh berbagai tokoh utama yang terdiri dari kaum intelektual Kristen dan Yahudi dengan mengemas teori tersebut dalam suatu konstruksi sosial kemasyarakatan agar dapat dikonsumsi oleh manusia. Kecenderungan ini memperkuat pemahaman kita tentang gerakan Yahudi Zionisme dan Fremansonry bahwa teori komunisme adalah bentukan mereka dengan menganut paham atheisme dan sebagai corong strategi untuk melebarkan dan meleburkan pahamanya ke sendi-sendi kehisupan manusia seluruh penjuru dunia. Sebagaimana di ungkapkan oleh Abdul Qodir Djaelani atas penjelasan Ignace dan surat yang ditulis oleh Pike seorang tokoh Freemasonry yang tertanggal 10 Agustus 1871, dengan mengatakan bahwa ”Kita akan memberikan ruang kebebasan kepada gerakan atheisme dan gerakan nihilis. Kita akan berusaha menciptakan suatu tragedi total untuk umat manusia, di mana akan dengan jelas kekejaman yang tidak putus-putus bagi setiap bangsa, sebagai hasil dari atheisme yang mutlak". Selanjutnya Ignace menulis: "Dalam usaha mereka untuk mencari identitas sosial, kaum intelektual Yahudi tersebut secara sadar menentang 'pengasingan religius'. Dengan sengaja mereka menentang agama Kristen yang pemeluk-pemeluknya mengasingkan mereka serta memaksa mereka merasa seperti orang-orang asing di tanah air mereka sendiri. Rasa sakit hati memainkan peranan yang penting. Atheisme bagi orang-orang Yahudi adalah suatu pilihan, dan atheisme Karl Marx peranan rasa sakit tersebut benar-benar dominan." [Abdul Qodir Djaelani, op.cit]
Dari sinilah kita menganalisis bahwa ternyata Karl Marx dalam proses penentangan terhadap agama dan setelah menjadi dewasa, Karl Marx pun berbalik menentang pengasingan akan agama, akan tetapi justru menentang sistem ekonomi manusia yang sangat memerlukan kebutuhan hidupnya. Kita bsa menelusuri dari berbagai tulisan tentang Karl Marx bahwa menentang ekonomi kapitalisme dan menjalankan misi gerakan Yahudi Zionisme dan Freemasonry, Karl Marx pun tanpa memiliki kesadaran intelektual untuk melakukan penolakan terhadap agenda Freemasonry. Perjuangan Karl Marx sama artinya perpanjang tangan dari Yahudi Zionisme bahkan Karl Marx memperkuat gerakan itu dengan berusaha memproklamirkan sebuah filsafat materialisme historisnya atas arahan Freemasonry dan Zionisme serta menyuntikkan perlawanan terhadap superstruktur idiologis agama dengan bahasa dan propaganda revolusi kaum proletariat. Kesadaran dalam perjuangan menentang pengasingan religius merupakan tameng Freemasonry dan Zionisme melalui ide dan gagasan Karl Marx untuk menanam doktrin filosofis Marx mengenai materialisme historisnya. Sekarang ini kita harus memahami arah dan tujuan atheisme modern yang sudah banyak perubahan paradigma dari pemikiran Freemasonry, Zionisme dan Marxisme itu sendiri. Oleh karena marxisme modern muncul adanya keinginan besar dari penerus Karl Marx yang berkesadaran tinggi untuk mematahkan rantai yang membelenggu kemerdekaan dan kemuliaannya.
Dalam beberapa dekade, Marx bersifat politis dan ilmiah dengan membuktikan bahwa atheisme modern merupakan suatu kelanjutan dari pemberontakan. Namun diantara beberapa pemikir seperti Hegel, Strauss, Bauer dan Feuerbach, hanyalah mendorong Marx dan secara rasional membantu merumuskan pemberontakannya terhadap Tuhan. Akan tetapi sebelumnya kita harus mengetahui inspirasi lain, bahwa sebenarnya Karl Marx menganut paham Prometeus ?, Dalam mitos Yunani adalah dewa yang memberikan jasa kepada manusia dengan mengkhianati meupun mentang dewa lainnya. Dewa ini pada suatu malam, selagi semua dewa tertidur; ia mencuri api ketuhanan dan menyerahkannya kepada manusia. Ketika dewa-dewa lain mengetahui hal ini mereka mengikatnya dengan rantai. Mereka gelisah karena manusia memiliki api surga, sebab mereka ingin agar manusia selamanya tetap berada dalam kegelapan dan kelemahan yang hina, tidak boleh naik sampai kepada kedudukan yang dekat dengan para malaikat. Kemudian Karl Marx yang menganut kepercayaan Prometeus dan ide masyarakat Prometeus yang sekarang dikenal dalam teori sosiologi humanistik dan dipengaruhi oleh Saint Simon dan Prodhon, telah mewarisi pandangan religius dari mitos Yunani. (Abdul Qodir Djaelani, Anggota DPR RI Komisi I dalam bukunya yang berjudul komunisme musuh Islam sepanjang sejarah di terbitkan ole yayasan pembina Islam Madinah 0Munawwarah Jakarta). Menyamaratakan hubungan antara manusia dengan Tuhan dalam sebuah paham agama adalah sangat bertentangan dengan paradigma Islam, akan tetapi pertentangan ini pula bukanlah sebuah tameng untuk memusuhi semua orang yang berfikir Marxisme, mereka juga manusia—umat Islam juga manusia, Maka oleh karena itu, kita boleh saja membenci Marxisme sampai pada akarnya, akan tetapi harus di ingat bahwa Islam bukanlah wajah radikalisasi untuk perlawanan terhadap manusia yang hanya segelintir orang di dunia ini. Islam adalah agama yang menciptakan sebuah perdamaian, bagaimana mungkin umat Islam bisa meraih masyarakat Islam yang sebenarnya sekarang ini, ketika kita berada di hadapan pusaran zaman globalisasi yang gelindingkan oleh para pemikir barat dan kapitalisme global, kalau saja kita menciptakan sebuah perlawanan belaka. Untuk tidak mengurangi kebesaran Islam yang sudah terpateri dalam wilayah kultural dan sosiologis manusia itu sendiri, maka sangat perlu ada kesadaran tauhid, kesadaran Iqra, Kesadaran majelis dan harakah fil Islam dari umat Islam, agar semua visi dan misi umat Islam dalam mengislamkan dunia ini tercapai dengan empat kesadaran tersebut tanpa terlibat dalam sebuah konflik.
Ketika Marx menyatakan: "Saya merasa jijik terhadap Tuhan," kita harus memikirkan pilihan susunan katanya. Dalam prakata untuk suatu risalah filosofis, suatu risalah yang membicarakan dewa-dewa, pemilihan kata "jijik" adalah sesuatu yang tidak wajar. Hal ini mengungkapkan emosi bukan suatu hal yang filosofis dan ilmiah. Seseorang harus menyelidiki akar dari reaksi semacam itu dalam kehidupan pribadi Marx. Dalam kekecewaan cinta yang disebabkan oleh pendeta-pendeta. Mari kita perhatikan komentar selanjutnya: "Bukti yang sebenarnya harus mempunyai karakter yang berlawanan, karena alam tidak mempunyai tatanan yang benar, maka Tuhan ada, karena adanya dunia yang tidak dipahami, maka Tuhan ada; dengan kata lain irrasionalitas adalah dasar bagi eksistensi Tuhan." Di dalam ungkapan ini tampak logika yang membingungkan yang menjadikan pandangan yang awam sebagai kriteria pemikiran keagamaan. Padahal pendekatan keagamaan awam selalu mencari Tuhan di luar hukum alam dan rasio dan dalam kejadian-kejadian yang tak terpahamkan; ia mencari bukti-bukti dalam jalannya peristiwa yang luar biasa, dan dalam sumber yang tidak ilmiah dan tidak alamiah. Padahal sesungguhnya Al-Qur'an, telah memberikan rasionalisasi tentang kesadaran tauhid atas dasar alam, kebiasaan, hukum yang konstan dan sifat kehidupan dan peristiwa alam semesta yang teratur dan dapat dimengerti. Kitab-kitab suci ini menganggap hal-hal tersebut sebagai pengesahan obyektif terhadap eksistensi Tuhan yang memerintah atas alam. Kitab suci al-Qur'an mengecam keras kaum materialis, dengan pertanyaan: "Apakah kamu mengira tatanan dunia sia-sia ?" al-Qur'an memberi jawaban: "Tidak Kami ciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antaranya dengan sia-sia" (QS. 28: 27). Tuhan tidak menggerakkan peristiwa-peristiwa dunia tanpa sebab-sebab yang layak. Semuanya bersandar kokoh pada Sunnah Allah (hukum Allah) di dunia: "Tak akan kamu dapati perubahan dalam Sunnah Allah" (QS. Faathir [35] : 43). Segala sesuatu dalam alam, manusia dan sejarah mempunyai kwantitas yang tertentu dan kadar yang pasti. Bukti yang paling penting untuk eksistensi Tuhan yang terdapat dalam Al-Qur'an, menunjukkan eksistensi tatanan rasional dan intelegensia dalam alam. Pada segi ini dapat kita lihat bagaimana Marx, seperti pelajar abad pertengahan yang tegar atau seorang pemeras politik, mengambil pandangan ajaran pemikiran lawan yang sangat tidak dikuasainya, paling kasar dan menyimpang sebagai bulan-butanan untuk diserang dan dihina. Satu-satunya analisis langsung yang dikeluarkan oleh Marx yang berhubungan dengan asal agama adalah pernyataannya yang terkenal: "Manusia adalah pencipta agama, bukan agama pencipta manusia". Di sinipun ia hanya mengulang pemyataan Ludwig Feuerbach (1804--1872); ia berusaha mendapatkan penghargaan dengan cara mengganti kata "Tuhan" dengan kata "agama" dan menjadikannya tak bermakna atau sekurang-kurangnya kabur artinya. (Apa maksudnya: Agama bukanlah pencipta manusia?" Pernahkah seorang mengatakan: "Agama adalah pencipta manusia?). Kemudian Marx mengatakan: "Agama memberikan sesuatu bentuk kesadaran diri untuk mereka yang belum mencapai penguasaan diri, atau mereka yang telah kehilangan dirinya lagi. Meskipun demikian, agama adalah realisasi suprarasional dari nasib manusia, sebab nasib manusia tidak mempunyai eksistensi nyata. Konsekwensinya, memerangi agama berarti memerangi suatu dunia yang di dalamnya adalah esensi spiritual. Musibah agama mengungkapkan penderitaan sebenarnya, sekaligus memberikan suatu protes terhadapnya. Agama adalah keluh-kesah dari wujud yang tiada berdaya, hati dari dunia yang tak berhati, semangat dari mahluk yang tak bersemangat. Ia (agama) adalah candu bagi masyarakat. Mengecam agama tak lain berarti mengecam lautan air mata, yang di atasnya agama menjadi lingkaran sinar". (Ibid, Abdul Qodir Djaelani)
Dari analisis penulis, bahwa Marx tidak memiliki konsistensi akan sebuah teorinya, tidak lain teorinya ahanya sebuah pengacau yang sudah menjalar dan membunuh ribuan manusia, oleh karena pandangan yang dimiliki Karl Marx pada dasarnya berasal dari Feuerbach sehingga yang di rubah oleh Marx dalam berbagai tulisannya hanya gaya bahasanya. Karl Marx juga memaksa otaknya untuk berfikir yang bersifat rasional, padahal Karl Marx belum mencapai kebutuhan kekuatan pikirannya untuk menganalisa kondisi sosial, sehingga dengan keterbatasan Karl Marx itulah mengambil sebuah simposium yang rasional dari pemikiran Feuerbach yang memerangi pengaruh agama dengan cara yang tak jelas: "Mengecam agama dapat membebaskan manusia dari kesalahan, sehingga ia dapat berpikir, bertindak dan menciptakan realitasnya sendiri sebagai seorang melihat melalui kesalahannya sendiri, menguasai inteleknya sendiri, sehingga dapat berputar di sekeliling dirinya, yaitu di sekeliling matahari yang sebenamya". Apakah ini bukan "humanisme atheis" yang itu-itu juga, yaitu dasar dari pendapat Feuerbach ? Agama adalah suatu wujud suprarasional dari nasib (takdir) manusia. Memang, pengaruh Ludwig Feuerbach adalah merupakan hal yang paling penting dan menentukan yang digunakan oleh Marx dalam mengeritik agama. Kita yang hidup lebih dari satu abad setelah revolusi para pengikut Hegel mendapati kepercayaan manusia semacam itu, yang menganggap telah membebaskan manusia dari "tirani Tuhan", adalah sangat naif. Untuk memahami hal tersebut, kita harus mencoba untuk merekonstruksi suasana intelektual di Prusia setelah Perang Napoleon. Kaum intelektual tidak mampu menyokong obskurantisme dari gerakan kontra revolusi sehingga mereka secara melampaui batas memuja Revolusi Perancis sebagai suatu hal dan lambang kemerdekaan dan pencerahan. Karena para tiran mengaku bahwa mereka mempunyai "hak kudus", adalah perlu untuk memerangi paham tentang kekudusan tersebut agar dapat membebaskan manusia dari tirani. Lebih dari para pendahulunya, Feuerbach berusaha merumuskan suatu filsafat yang benar-benar manusiawi (dalam anggapannya). Menurut Feuerbach, manusia adalah satu-satunya obyek yang berharga bagi filsafat. Oleh karena itu, dalam memahami segala sesuatu, termasuk agama, kita harus bertitik tolak pada manusia. Agama tidak dapat mempunyai realitas di luar kesadaran pribadi manusia, dan satu-satunya obyek dari agama adalah manusia sendiri.

Feuerbach adalah orang pertama yang berbicara tentang "pengasingan religius", suatu ungkapan yang telah menjadi sangat terkenal karena propaganda Marxis. Ia berpendapat bahwa manusia bukanlah semata-mata makhluq individual, melainkan pada saat yang sama juga makhluq generik. Tegasnya, di dalam diri seseorang terdapat gambaran dari seluruh umat manusia. Tetapi dalam hal ini manusia merupakan kemanusiaan hanya secara virtual, karena dia mengasingkan sebagian besar dari dirinya atas nama suatu Tuhan yang imaginer. Oleh karena itu agama merupaka keseluruhan hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, dan dengan keberadaannya yang secara generik adalah terasing. Sampai saat ini, manusia masih belum berhasil mengumpulkan keseluruhan hubungan tersebut, tetapi dia mempunyai pengertian tentang semacam hubungan-hubungan itu yang dia proyeksikan dalam suatu realitas khayali yang disebut Tuhan. Menurut Feuerbach dan para pengikutnya, tugas filsafat mencakup pengajaran kepada manusia untuk memperoleh kembali bagian terbesar dari diri mereka yang telah diasingkan oleh agama. Manusia harus segera menyadari dirinya sendiri. Dalam "The Essence of Christianity", Feuerbach menulis: "Tugas kita adalah untuk membuktikan bahwa perbedaan antara hal yang manusiawi dan yang kudus adalah bersifat khayali, bahwa perbedaan tersebut tak lebih hanyalah merupakan perbedaan antara hakikat kemanusiaan, yakni sifat manusiawi, dan manusia itu sendiri. Jadi, obyek dan doktrin agama Kristen tak lain dan tak bukan adalah manusia". Bagi Feuerbach, seperti juga bagi Bauer, Tuhan orang Kristen mewakili "bentuk yang paling tinggi dari gambaran fantasi yang oleh manusia dijadikan dengan unsur-unsur keberadaannya sendiri. Tuhan adalah hasil suatu proses abstraksi panjang, contoh yang paling sempurna dari bermacam-macam dewa, yang dimiliki oleh berbagai suku bangsa dan peradaban". Bagi sebagian di antara kita yang tidak lagi berpikir berdasarkan kategori-kaiegori idealisme Hegel, hal yang paling mengherankan adalah bahwa manusia dapat percaya dengan sungguh-sungguh bahwa dia diciptakan oleh suatu Tuhan yang diciptakannya sendiri. Kalau betul teori Feuerbach ini benar, hal itu pasti telah lama lenyap. Feuerbach akhirnya menyimpulkan: "Bila kekudusan alam merupakan dasar dari semua agama; termasuk agama Kristen, maka kekudusan manusia harus rnerupakan tujuan akhir. Titik tolak yang penting dalam sejarah ialah bila manusia telah menjadi sadar, bahwa satu-satunya Tuhan bagi manusia adalah dirinya sendiri: Homo Homini Deus!" Seperti yang telah kita catat, Karl Marx adalah orang yang sejak awal mulanya atheis. Dia jauh lebih condong kepada motif-motif psikologis dan emosional. Tetapi pada zamannya, Marx memerlukan suatu pengesahan yang rasional terhadap sikap emosionalnya. Dia menemukan pengesahan rasional tersebut pada anthropolog Ludwig Feuerbach dan menganutnya dengan sepenuh hati. Feuerbach dan Marx secara naif mencoba untuk menerangkan dan sekaligus menghina agama dengan pisau rasio semata. Mereka menduga bahwa untuk memahami dan mengerti tentang agama adalah sama dengan cara yang dipergunakan urnuk memahami filsafat atau ilmu pengetahuan. Mereka tidak mengerti bahwa agama bukanlah masalah partial; agama bukanlah masalah rasio semata; atau masalah intuisi saja; dan bukan pula masalah hanya aktivitas manusia. Agama adalah satu manifestasi dari totalitas manusia. Dalam hubungan ini Iqbal telah memberikan jawaban yang jelas tentang masalah agama ini; ia menyatakan antara lain: "Akan tetapi menyesuaikan agama dengan akal bukanlah berarti menerima kelebihan filsafat atas agama. Tidak sak lagi bahwa filsafat memang mempunyai hak untuk mempersoalkan agama, tetapi apa yang akan dipertimbangkan nanti adalah sedemikian rupa sifatnya sehingga ia tidak hendak menyerah kepada wewenang filsafat itu. Sambil duduk mempersoalkan agama; filsafat tidaklah sanggup menyuguhkan kepada agama suatu tempat yang rendah di antara bahan-bahan keterangannya." Agama bukan soal sebagian-sebagian; ia bukanlah akal semata-mata, tidak pula hanya perasaan saja, ataupun tindakan semata-mata; ia adalah ekspresi dari seluruh kemanusiaan. Oleh karena itu dalam memberi penilaian kepada agama, filsafat harus mengakui kedudukan sentral dari agama dan tidaklah ada pilihan lain selain menerimanya sebagai pusat sesuatu dalam proses sinthese pantulan pikiran. Pula tidak ada sesuatu alasanpun untuk menyangka bahwa akal dan intuisi itu pada dasamya adalah berlawanan satu sama lain. Mereka terbit dari tempat yang sama dan saling isi mengisi. Yang satu berpegang pada kebenaran itu secara sepotong-sepotong, yang lain memegangnya dalam kebulatan keseluruhannya. Yang satu menetapkan pandangannya pada sementara dari kebenaran, yang lain pada aspek keabadian. Yang satu adalah nikmat dinihari dari seluruh kebenaran; yang lain bermaksud menjaraki keseluruhan dengan perlahan-lahan memerinci dan menutupi berbagai-bagai dari keseluruhan itu guna peninjauan tersebut. Kedua-duanya mencari penglihatan-penglihatan dari kebenaran yang itu-itu juga, yang menampakkan dirinya pada mereka sesuai dengan fungsi mereka dalam kehidupan. Pada hakekatnya, intuisi itu, sebagaimana kata Bergson secara tepat, adalah hanya semacam akal yang lebih tinggi saja.6 Pandangan yang naif dan emosional terhadap agama, mengakibatkan kaum komunis bersikap sangat benci dan garang terhadap agama. Lenin mengangap Marx terlalu memberi hati kepada agama dengan berbicara bahwa agama merupakan candu bagi masyarakat. Lenin melihat agama lebih mempunyai sifat seperti vodka yang buruk. Pada tahun 1905 Lenin rnenulis: "Agama adalah semacam vodka spiritual yang buruk, yang di dalamnya budak-budak kapitalisme membenamkan sifat manusia dan rasa sakit hati mereka yang timbul dari suatu kehidupan yang sangat tidak berharga". Bagi Stalin, yang pemah menjadi seorang siswa Seminari dari Tiflis, unsur-unsur emosional pribadi dari agama memainkan peranan yang lebih eksplisit dibanding bagi Lenin. Meskipun demikian, tak seorang pun dari pemimpin Soviet dapat membayangkan adanya kemungkinan agama tetap hidup di negara komunis tersebut. Sebab sikap bermusuhan terhadap agama sedemikian garangnya, sehingga sejak tahun 1961, jadi lebih dari 100 tahun setelah kelahiran Marx, teks program resmi negara Soviet dan Partai Komunis menegaskan: "peperangan tanpa ampun dan terus menerus melawan kepercayaan agama dengan tujuan membangun komunisme di tengah-tengah Soviet".8 Selain dari itu, Marx telah menjadikan materialisme sebagai landasan filsafatnya, terbukti dewasa ini sangat lemah. Karena sebagaimana telah kita maklumi dalam teori fisika quantum, terbukti yang semula dikira materi berasal dari "sesuatu yang tidak diketahui" (misteri). Materi dan energi adalah manifestasi bolak-balik dari sesuatu yang tidak diketahui, demikian menurut teori quantum. Jadi materi secara hakiki merupakan misteri yang belum diketahui manusia. Dengan demikian, bagaimana mungkin materi yang masih rnisteri itu bisa dijadikan landasan filsafat yang benar? Jadi materialisme sebagai aliran filsafat yang dipergunakan oleh Marx dan kaum komunis merupakan falsafat ilusi, falsafat khayali, yang secara filosofis tidak bisa diper-tanggung jawabkan. Selanjutnya, dialektika adalah merupakan methoda yang dipergunakan oleh Marx di dalam mendekati dan memahami gejala-gejala alam, adalah berasal dari filsafatHegel (1770-1831). Dialektika mempunyai pengertian bahwa alam semesta ini bukan tumpukan yang terdiri atas segala sesuatu yang berdiri sendiri-sendin dan terpisah-pisah, tetapi merupakan satu keseluruhan yang bulat dan berhubungan satu sama lain; bahwa alam ini bukanlah sesuatu yang diam, tetapi keadaannya terus bergerak dan berkembang; bahwa dalam proses perkembangan alam semesta ini terdapat perubahan dari kwantatif ke kwalitaif dan sebaliknya; bahwa pekembangan ini disebabkan karena adanya pertentangan di dalam benda itu sendiri (kontradiksi intern). Singkatnya dialektika bercirikan 4 asas yaitu: gerak, saling berhubungan, perubahan kualitatif ke kuantitatif atau sebaliknya, dan kontradiksi intem. Gerak diartikan sebagai perubahan pada umumnya. Gerak (motion) adalah satu tanda daripada adanya benda. Setiap dari yang terkecil hingga yang terbesar, dari setitik atom sampai sebuah matahari selalu bergerak, artinya selalu berubah, berkembang dan lenyap. Kadang-kadang gerak membentuk satu keseimbangan, sehingga menjadi diam (tidak bergerak). Demikianlah pada hakekatnya diam itu adalah satu macam gerak. Gerak adalah absolut, sedangkan diam adalah relatif. Perkembangan ini berjalan dari yang rendah kepada yang lebih tingi, dari yang sederhana kepada yang lebih kompleks. Walaupun kadang-kadang seperti kembali ke asal; perkembangan ini sesungguhnya tidak berjalan dalam satu lingkaran, tetapi berupa spiral yang terus maju dan menaik keatas. Perubahan atau pekembangan ini disebabkan karena alam semesta saling berhubungan satu dengan yang lain. Perubahan dalam satu bagian akan menyebabkan pula perubahan dalam bagian lainnya; perkembangan dalam satu benda akan mempengaruhi benda-benda lainnya. Selain disebabkan adanya hubungari antara satu benda dengan benda lainnya, perubahan atau perkembangan itu disebabkan karena adanya kontradiksi intern yang selalu tejadi dalam segala hal. Dalam setiap hal selalu terdapat these dan lawannya yakni anti these. Kontradiksi antara these dan anti these melahirkan synthese. Synthese ini kemudian menjadi these baru dan anti these baru dan melahirkan synthese baru pula; dan begitu seterusnya. Dalam setiap hal selalu terdapat "pertentangan antara yang lama dan yang baru, antara yang mati dan yang lahir, antara yang sedang lenyap dan yang sedang berkembang". (Ibid Abdul Qodir Djaelani)

Setiap perubahan pasti diganti oleh yang baru dengan perkembangan ats kehendak manusia itu sendiri, kecuali penggantian (negasi) dari bentuknya yang lama (terdahulu). Inilah yang disebut "hukum negasi dari negasi" (the law of negatif of negation). Perubahan kuantitatif selalu berlangsung secara kontinyu dan secara berangsur-angsur (evolusi), sedangkan perubahan kualitatif tidak kontinyu, melainkan merupakan loncatan yang terjadi sewaktu-waktu saja. Titik dimana terjadi perubahan dari sesuatu kualitas tertentu ke kualitas lainnya disebut revolusi.9 Marurut Marx, dialektika adalah teori tentang persatuan hal-hal yang bertentangan (theory of the union opposite). Pertentangan yang dimaksudkan oleh Marx itu tidak pernah dijelaskan. Dalam keyakinannya bahwa feodalisme merupakan tesia, kapitalisme merupakan antitesa, kemudian menjelma menjadi sosialisme sebagai sintesa. Teorinya tidak didasarkan kepada penyelidikan yang jauh, hanya teori yang bersifat spekulatif; Marx hanya bersikap abritraire. Kemudian historis-materialis yang merupakan dasar pembahasan penghidupan masyarakat oleh Marx, ternyata berasal dari teori evolusi Darwin. Hal ini terlihat jelas dari surat yang dikirimkan oleh Marx kepada Engels, setelah ia mempelajari buku yang ditulis Darwin, yang antara lain berbunyi: "Aku menerima pandangari ini sebagai dasar biologis untuk filsafat sejarahku". Padahal sebagaimana telah kita ketahui, bahwa teori Darwin mempunyai kelemahan-kelemahan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, sehingga para ahli evolusi alam berseminar selama empat hari di Chicago Amerika Serikat pada bulan Oktober 1980; menolak teori evolusi Darwin tersebut. Kemudian ekonomi dijadikan dasar di dalam menganalisa dari kehidupan masyarakat oleh Marx, khususnya "Teori hak milik dan teori nilai barang", diambil dari Proudhon dan Ricardo. Menurut Proudhon (1809-1865) dalam bukunya "Que 'est ceque la Propriete" (Apakah hak milik itu ?) pada tahun 1840, antara lain menulis: "harta yang tidak wajar yang diperoleh seseorang disebutnya sebagai harta milik/barang curian". Sedangkan Ricardo (1772-1823) yang menyatakan antara lain: "Dari manakah datangnya nilai itu? Nilai semua barang terletak dalam jumlah tenaga yang diperlukan untuk membuatnya". Kedua teori ini, kemudian dipergunakan oleh Marx sebagai teori ekonominya. Marx berkata: "Jika nilai barang itu terletak dalam tenaga yang dipergunakan untuk membuatnya, mengapa nilai tersebut tidak semuanya diberikan kepada manusia yang membuatnya, yakni kaum buruh". Karenanya, menurut Marx, nilai harga yang diambil oleh para pemilik modal dalam suatu proses produksi, disebut sebagai "harta milik curian", yaitu mencuri harta milik kaum buruh. Sebagimana kita ketahui bahwa pada asal mula, para ahli ekonomi memakai perkataan "real value'' (nilai yang sesungguhnya) disamping perkataan "harga". Real value adalah nilai yang tidak ada hubungannya dengan harga. Akan tetapi dewasa ini hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa nilai dan harga adalah sama. Menurut ahli-ahli ekonomi, sesuatu barang akan mempunyai nilai (value), jika barang itu memenuhi dua syarat, pertama, barang itu harus berfaedah (useful), yakni ada orang yang membutuhkannya. Kedua, barang itu telah memerlukan tenaga untuk membuatnya. Sebaliknya suatu barang mungkin memerlukan tenaga kerja bertahun-tahun untuk membuatnya, akan tetapi kalau tak ada orang yang memerlukannya, maka barang tersebut tak mempunyai harga. Demikianlah pentingnya hubungan antara faedah dan nilai; namun Marx tidak memasukkan unsur faedah dalam memberikan definisi mengenai "nilai". Ia hanya berkata bahwa "nilai adalah hasil dari tenaga". Selanjutnya, dalam teori ekonomi, untuk membuat sesuatu barang yang ada nilainya diperlukan 4 unsur; yaitu: ladang (bahan mentah), tenaga, modal (kapital) dan organisasi (management). Masing-masing dari 4 unsur tersebut mendapat bagian dari hasil ladang mendapatkan sewa; tenaga mendapatkan upah; modal mendapat keuntungan (interest) dan managemant, termasuk di dalamnya unsur ketidak-tentuan (resiko) mendapat laba (profit). Marx menolak pendapat tersebut dan mengatakan bahwa "hanya tenagalah yang berhak kepada laba". Menurut Marx, dalam tiap-tiap benda yang dibuat manusia ada suatu hal yang dinamakan "nilai" dan ada pula yang dinamakan "nilai kelebihan" (surplus value). Yang dimaksud nilai adalah nilai jika barang itu ditukar persis sama, tetapi nilai tersebut tak dapat disamakan dengan "harga". Adapun nilai lebih (surplus value) adalah nilai yang menetapkan keuntungan pada umumnya. Apabila kita perhatikan teori ekonomi Marx, khususnya teori tentang "nilai dan nilai kelebihan", dapat disimpulkan sebagai berikut: ”Sesungguhnya teori Marx tentang nilai dan nilai kelebihan itu bukanlah teori ekonomi, akan tetapi suatu alat propaganda politik untuk menunjukkan bahwa kaum kaya itu hidupnya hanya mengeksploitir tenaga kaum miskin; Teori Marx tersebut hanya berdasarkan kepada anggapan bahwa tenaga manusia adalah satu-satunya sumber dari mana nilai itu muncul. Anggapan semacam ini adalah salah, sebab Marx hanya memberikan perhatiannya kepada satu faktor secara berlebihan, padahal masalahnya sangat kompleks, khususnya faktor-faktor yang menentukan masalah nilai; Yang digambarkan oleh Marx tentang kaum kapitalis dari awal abad XVIII adalah orang-orang yang mempunyai kapital dan perusahaan sendiri. Akan tetapi mulai pertengahan abad XVIII tersebut, modal itu tidak dimiliki oleh pengusaha saja. Modal dikumpulkan dari bermacam-macam golongan diantaranya dari golongan buruh sendiri, sedangkan management dilakukan oleh orang-orang yang cakap tetapi mereka itu pada dasamya bekerja sebagai buruh”. Sehubungan dengan ini Raymond Aron menyimpulkan bahwa Marxisme tidak lain adalah himpunan yang dibuat secara cerdik dari segala sesuatu yang telah dikatakan oleh non Marxist. Jadi, apabila atheisme dan materialisme (Feuerbach), dialektika (Hegel), evolusi (Darwin), harta milik (Proudhon), theori nilai (Ricardo), dicopot dari Komunisme-Atheisme, tidak ada yang tinggal kecuali kerangka-kerangka yang kosong. Lalu teori-teori Komunisme-Atheisme tidak ditulis sendirian oleh Marx, tetapi ditulis bersama-sama dengan Engels; dan buku pertamanya berjudul "Manifesto Komunis" terbit pada tahun 1848. Kemudian menyusul buku "Das Kapital I", yang terbit pada tahun 1867; sedangkan Das Kapital jilid II dan IIl diterbitkan oteh Engels sesudah Marx meninggal. Gambaran latar belakang sejarah Komunisme-Atheisme dan memberikan kenyataan bahwa teori-teori komunisme-atheisme yang disusun oleh Marx dan Engels, diambil dari bermacam teori orang lain yang sedikit sekali dikuasainya, sehingga penyusunannya dalam satu kerangka komunisme-atheisme menjadi sangat absurd. Oleh karena itu, kita berkesimpulan bahwa komunisme-atheisme bukan lahir karena pemikiran yang murni dari filsafat Marx dan Engels, tetapi karena ada pesanan dari Freemasonry. (Ibid Abdul Qodir Djaelani.op.cit).

Sikap Terhadap Umat Islam

Diantara pengikut-pengikut Marx di Rusia, Lenin (1870-1924) adalah teorikus yang terkemuka di samping juga politikus yang efektif, praktis dan tangkas. Sumbangan Lenin terhadap teori komunisme, barangkali satu-satunya sumbangan yang paling berharga yang diberikannya, terdapat di dalam selebarannya yang berjudul "What Is To Be Done?" (1902). Sebagaimana Hitler melahirkan secara terang-terangan kepada dunia segala rencananya dalam "Mein Kampf", dan baru dipercaya ketika sudah terlambat, Lenin telah mengeluarkan dalam tulisannya suatu rencana yang seksama tentang tujuan-tujuan komunis serta strategi dan taktik untuk mencapainya. Sedianya banyak kesusahan dan kesedihan dapat dielakkan bagi dunia andaikata buah pikiran pokok Lenin lebihluas diketahui dan ditanggapi dengan seksama. Satu sumbangan Lenin yang terpenting terhadap teori Marxisme-Komunisme adalah konsepsinya mengenai "kaum revolusioner yang profesional". Marx, yang sedikit banyaknya dipengaruhi oleh rasa hormat abad ke-XIX terhadap kesanggupan manusia untuk berpikir buat dirinya sendiri; berpendapat bahwa kelas pekerja akan memperkembangkan kesadaran kelasnya secara spontan, dalam perjuangan sehari-hari untuk kehidupan ekonomi mereka; dan bahwa pimpinan mereka untuk sebagian besar akan berasal dari lingkungan mereka sendiri. Lenin kurang mempercayai akan kemampuan seseorang, walau orang itu termasuk kelas pilihan, yakni proletaris. Kegiatan komunis, demikian pendapat Lenin, harus dilakukan dengan dua cara: Pertama; kaum pekerja harus membentuk organisasi-organisasi buruh dengan tujuan-tujuan ekonomi sebagai pokok, yang bekerja secara terbuka, sah dan sedapat mungkin secara umum. Kedua, berdampingan dengan organisasi-organisasi semacam itu, haruslah ada kumpulan-kumpulan kecil "kaum revolusioner profesional", yang diatur menurut organisasi tentara dan polisi, yang paling terpilih dan seluruhnya dirahasiakan. Lenin tidak ambil pusing apakah kaum revolusioner profesional ini berasal dari golongan proletar atau tidak, selama ia melakukan pekerjaannya dengan baik. Organisasi-orgarusasi kaum revolusioner profesional harus terpusat betul, demikian Lenin selanjutnya, dan harus senantiasa membimbing dan mengarahkan dan mengawasi gabungan-gabungan ekonomi yang umum, yang dipimpin oleh kaum komunis, serikat-serikat buruh, koperasi-koperasi dan lain-lain sebagainya. Lenin terutama mengajarkan agar kaum revolusioner profesional melakukan infiltrasi, merembes dan membentuk sel-sel dalam semua badan-badan sosial, politik, pendidikan dan ekonomi masyarakat, baik badan-badan tersebut berupa sekolahsekolah, gereja-gereja, serikat-serikat buruh, maupun partai politik. Terutama sekali; Lenin menganjurkan agar kaum revolusioner profesional merembes ke dalam angkatan perang, polisi dan pemerintahan. Lenin juga dengan jelas sekali menerangkan bahwa kaum komunis hendaknya melakukan kegiatan di bawah tanah, sekalipun di tempat di mana partai-partai komunis yang sah diperbolehkan. Kesempatan-kesempatan yang sah harus digunakan sepenuhnya, demikian Lenin; ia secara khusus menganjurkan kepada aktivis komunis untuk bekerja melalui organisasi-organisasi front, senantiasa mengubah nama dan petugas-petugas organisasi, tetapi selalu meng-ingat tujuan akhir: merebut kekuasaan secara revolusioner. Terutama, inti dari golongan revolusioner profesional yang dirahasiakan harus bertanggung jawab dalam memilih dan melatih para calon mata-mata, tukang sabot, dan agen-agen untuk kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan tugas dinas rahasia (intelijen), di luar dan di dalam negeri. Ketika nama Gerhart Eisler disebut buat pertama kalinya di Amerika Serikat dalam tahun 1947, namanya yang sebenamya tidak diketahui; tidak saja oleh umum, tapi juga oleh kaum komunis. Sungguhpun demikian Eisler adalah pemimpin rahasia kaum komunis Amerika selama bertahun-tahun dan ia bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan partai yang sah dan yang tidak sah. Pemimpin resmi dari partai tersebut Willian Z. Foster, hanya merupakan simbol yang mempunyai tugas utama mengalihkan perhatian umum dan pemerintah dari pimpinan yang sebenarnya dan kegiatan-kegiatannya. Ketika sebuah komplotan mata-mata terbongkar di Kanada pada tahun 1945, dapat diketahui bahwa sejumlah komplotan rahasia mata-mata komunis, masing-masingnya bergerak terlepas dari yang lain, beroperasi di Kanada, di bawah pimpinan kaum revolusioner profesional, yang kebanyakan hanya sedikit hubungannya dengan kegiatan-kegiatannya dengan partai komunis yang resmi dan sah.
Dari kesaksian yang diberikan oleh bekas-bekas agen komunis teranglah bahwa satu dari hal yang pertama-tama harus dilakukan oleh seseorang calon yang hendak memasuki lingkungan dalam pimpinan komunis yang resmi dan golongan-golongan front, berhenti membaca surat kabar partai, dan menempuh hidup sebagai seorang borjuis tulen dan terhormat. Ada jembatan penghubung antara partai-partai komunis yang sah dan lingkungan dalam, yaitu mata-mata dan agen-agen dari kaum revolusioner profesional, oleh karena kadang-kadang agen-agen itu dipilih dari lingkungan partai; akan tetapi yang paling dikehendaki ialah bahwa kedua organisasi itu harus tetap terpisah. Oleh sebab itu apa yang kelihatan sebagai pernimpin umum dari partai-partai komunis adalah hanya front bagi tuan~tuan besar seperti Eisler; orang-orang yang tidak dikenal oleh umum dan kebanyakan malahan juga tidak dikenal oleh pemimpin-pemimpin komunis yang kelihatan, dan yang memberikan laporan langsung ke Moskow. Teori Lenin ini sepenuhnya pernah dipraktekkan secara jelas oleh Partai Komunis Indonesia (PKl) semenjak mereka bangkit kernbali tahun 1950. Kegiatan kaum revolusioner profesional yang melakukan infiltrasi ke semua aparat sipil dan militer berhasil secara merata dan baru terbongkar pada coup de'tat kaum komunis (Gerakan 30 September PKI) pada akhir September 1965 yang gagal. Dari data yang terungkap, semua Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, baik Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian telah kemasukan kader-kader komunis. Dan di kalangan sipil, Partai Nasional Indonesia (PNI), yang merupakan partai terbesar di Indonesia, dewan pimpinannya telah dikuasai oleh kader-kader komunis; bahkan Sekretaris Jenderal PNI, Surachman, turut memimpin pemberontakan PKI di Blitar Selatan, Jawa Timur. Apabila kita pelajari organisasi rahasia (revolusioner professional) yang ditulis oleh Lenin dalam bukunya ini, dan kita hubungkan dengan organisasi rahasia Yahudi Freemasonry seperti yang telah kita kemukakan pada pasal-pasal di muka, maka pola kerjanya adalah sama. Karenanya kita tambah yakin bahwa komunisme secara ideologis dan teoritis mempunyai kaitan yang erat sekali dengan gerakan Yahudi Zionisme internasional. Selanjutnya, pelarangan terhadap partai komunis bukanlah jaminan atau merupakan jawaban bagi persoalan bagaimana menghadapi komunis; karena inti yang sebenamya dari pimpinan dan kegiatan komunis selalu bergerak di bawah tanah, biarpun undang-undang mengizinkan partai-partai komunis di atas permukaan. Dan karena sedikit banyaknya selalu ada hubungan diantara partai yang sah dengan lingkaran-dalam dari kaum revolusioner professional, dari sudut kontra spionase partai yang bekerja secara sah adalah satu model, biar kecil sekalipun. Selain dari tulisan "What Is To Be Done ?" sebagaimana diuraikan di atas, Lenin pada tahun 1904 menulis satu tulisan yang berjudul "Satu Langkah Maju; Dua Langkah Mundur"; dalam tulisan ini Lenin untuk pertama kali dalam sejarah Marxisme-Komunisme mengolah ajaran tentang partai sebagai organisasi pimpinan daripada proletariat, sebagai senjata terpenting daripada kaum proletar, tanpa itu kemenangan tidak akan tercapai. Di dalam buku ini Lenin memaparkan dasar-dasar organisasi partai komunis. Dalam tahun 1905, Lenin menulis lagi satu buku yang berjudul "Dua Taktik Sosial- Demokrasi Dalam Revolusi Demokratis", di mana Lenin memaparkan garis baru dalam masalah hubungan antara revolusi borjuis demokrasi dan revolusi sosialis; menguraikan teori baru tentang kekuasaan dan kekuatan di sekitar proletariat, tentang mengakhiri revolusi borjuis untuk perpindahan langsung ke revolusi sosialis. Buku ini memperkaya teori-teori tentang revolusi bagi Marxisme dan meletakkan dasar-dasar untuk taktik-taktik revolusioner daripada Partai Bolsyewik Rusia. Pada tahun 1916, Lenin menulis tentang "Imperialisme Tingkat Tertinggi Kapitalisme"; di sini Lenin membuat satu analisa Marxis bahwa imperialisme adalah tingkat terakhir daripada kapitalisme yang menuju kehancuran dan sedang sekarat; bahwa imperialisme adalah tahap terakhir menjelang revolusi sosialis. Dalam bukunya ini, ia mengemukakan teorinya tentang kemungkinan kemenangan sosialisme di satu negara secara sendirian. 1ni berarti menentang teori komunis sebelumnya yang mengatakan bahwa sosialisme hanya bisa menang apabila ada revolusi serentak di semua negeri. Dalam tahun 1917, Lenin menulis lagi mengenai "Thesis April"; di mana ia menetapkan bagi Partai Bolsyewik suatu rencana perjuangan yang berhasil untuk perpindahan dari revolusi borjuis --demokratis ke revolusi-- sosialis. Dengan rencana ini Partai Bolsyewik berhasil menggulingkan "diktator" Tsar pada bulan Oktober 1917.

Pada tahun 1917 itu pula Lenin menulis tentang "Negara dan Revolusi", di mana ia membentangkan tentang borjuis dari pada pandangan kaum oportunis dan anarkis mengenai soal negara dan revolusi. Lenin menghidupkan dan mengembangkan lebih lanjut teori Marxis tentang negara, tentang revolusi proletar dan tentang diktator proletar, tentang sosialisme dan komunisme.
Dalam tahun 1918, Lenin menulis lagi mengenai "Tugas-rugas Segera dari Pemerintah Sovyet", di dalam tulisan ini ia mengolah masalah-masalah pokok daripada pembangunan sosialis, perhitungan dan kontrol dalam ekonomi nasional, hubungan-hubungan produksi sosialis baru, peningkatan kerja, perkembangan kompetisi sosialis, konsolidasi dan perkembangan kekuasaan proletar, persekutuan kaum buruh dan kaum tani, dan perkembangan demokrasi proletar. Dalam tahun 1920 Lenin menulis tentang "Komunisme Saya Kiri Suatu Penyakit Kanak-kanak". Di dalam tulisan ini ia membentangkan peranan internasional daripada revolusi Komunis Rusia, tentang sentralisasi yang kuat dan tentang disiplin yang sangat keras sebagai salah satu syarat pokok untuk memenangkan komunisme atas borjuisme, tentang pentingnya belajar dari pengalaman revolusioner borjuis kecil. 28 Sejak meninggalnya Lenin pada tahun 1924, tidak ada tambahan baru atau perubahan terhadap dasar berpikir Marxis-Leninis. Stalin, yang memerintah Rusia dari tahun 1924 hingga meninggalnya tahun I953, adalah lebih kuat dalam soal pemerintahan praktis dan kesanggupan mengorganisir daripada dalam membuat teori-teori. Kebanyakan dari tulisannya, Stalin tidak lain hanya merupakan ulangan dari keterangan-keterangan Marx dan Lenin, yang disesuaikan dengan kebutuhan sewaktu-waktu pemerintahan diktatornya. Inti kesimpulan Stalin mengenai strategi komunis jangka panjang; yang juga diikuti oleh orang-orang yang menggantikannya sekarang ini, terdapat di dalam konsep mengenai "Empat Ketegangan Pokok" yang terdapat di dunia dewasa ini, yaitu: Ketegangan diantara kaum kapitalis dan kaum proletar di mana-mana; Ketegangan diantara negara-negara imperialis dan daerah-daerah jajahan, Ketegangan diantara negara-negara imperialis yang saling bersaing; Ketegangan diantara negara-negara komunis dan negara-negara kapitalis.

Konsep tentang empat ketegangan pokok ini, yang sama sekali bukanlah sekedar merupakan latihan dalam penggolongan arti menurut bahasa, sebab pada hakikatnya mengandung suatu rencana yang jelas bagi strategi dan taktik komunis. Sesungguhnya tidaklah mungkin untuk membuka surat kabar komunis dengan tidak membaca di dalamnya beberapa bukti tentang pemakaian konsep-konsep ini oleh kaum komunis untuk soal-soal politik. Selain dari itu untuk menghadapi masalah agama; kaum komunis telah membuat satu rencana jangka panjang untuk menghabiskan keyakinan agama bagi warganegara di tiap-tiap negara komunis. Sovyet Rusia, sebagai negara raksasa komunis di dunia, telah menetapkan rencana penghancuran agama di dalam undang-undangnya. Walau di dalam Undang-Undang Dasar Sovyet Rusia pasal 124 dinyatakan antara lain: "Menjaga kemerdekaan beragama bagi semua warganegara"; tetapi di dalam undang-undang hukum pidananya, pasal 122, yang diterbitkan pada tahun 1938 disebutkan sebagai berikut: "memberikan pelajaran agama di sekolah negeri atau sekolah swasta atau badan-badan pendidikan yang menyerupainya, maka orang-orang yang melakukannya dihukum dengan penjara selama-lamanya setahun dengan kerja paksa". Khusus mengenai Islam, rencana penghancurannya dapat kita lihat dalam Encyclopedia Sovyet Rusia "Bolshaya Soviet kaya Encyclopedia", antara lain menulis: Agama Islam, sebagaimana agama-agama lainnya, selalu memainkan peranan yang reaksioner, yang dilakukan oleh kelas-kelas pemeras, sebagai satu senjata untuk menindas secara rohani kaum-kaum yang membanting-tulang dan dilakukan oleh penjajah asing untuk memperbudak bangsa-bangsa Timur. Suatu krisis ekonomi dan sosial sedang tumbuh di kalangan suku-suku bangsa yang akibatnya ialah perkembangan agama Istam, yang menyebarkan ketidak-adilan sosial dan ekonomi dan sistem pemerasan yang sedang ditegakkan. Peninggalan yang besar dari Islam yang mula-mula ialah Al-Qur'an, yang tercantum di dalamnya dasar-dasar dari dogma, kebudayaan dan undang-undang Islam. Dalam mana Allah (Tuhan orang Islam) meramalkan akan datangnya hari kiamat yang cepat, hukuman yang mengerikan dan mengancam orang-orang munafiq yang tidak mengakuinya sebagai Raja Yang Maha Kuasa dengan siksaan-siksaan neraka. Al-Qur'an yang dengan teguh dan tetap mempertahankan perbudakan (menganggap bahwa perbudakan diciptakan oleh Allah) pemerasan, kemiskinan dan ketidak-samaan orang-orang dalam masyarakat, menjadi sanggahan yang terbaik dari pemalsu-pemalsu semacam itu. Pengikut-pengikut Muhammad mengakui Mekah sebagai kota yang suci dan Ka'bah sebagai satu-satunya tempat suci, yang ditentukan sebagai tempat untuk menunaikan Haji dan bahkan mereka tetap memelihara penyembahan berhala, penyembahan batu hitam yang tertetak di Ka'bah. F. Engels: "Islam satu agama yang disesuaikan dengan bangsa-bangsa Timur, terutama dengan bangsa Arab, yakni pada satu pihak dengan penduduk-penduduk kota yang berdagang dan berhubungan, dan pihak lainnya dengan suku-suku bangsa Baduwi yang hidup mengembara. Al-Qur'an melukiskan manusia itu sebagai hamba Allah tanpa kemauan, yang wajib tawakal dan sabar serta menyerahkan diri kepada Allah, Rasul-Nya dan kepada manusia yang memegang kekuasaan: Untuk memperlengkap Al-Qur'an itu, timbullah cerita-cerita orang Islam ialah Sunnah yang terdiri dari banyak hadits-hadits yaitu cerita-cerita yang berisi tindakan-tindakan dan putusan yang katanya dibuat oleh Muhammad. Juga syari'at-syari'at yang sangat teliti mengatur semua segi dari kehidupan seorang muslim, telah dikembangkan atas dasar Al-Qur'an dan Sunnah. Di USSR, sebagai akibat dari kemenangan Sosialisme dan hapusnya golongan-golongan yang memeras, akar-akar sosial Islam, sebagaimana akar semua agama dibinasakan. Di USSR, Islam hidup hanya sebagai sisa-sisa dari bentuk-bentuk dari masyarakat pemeras".

Penyiksaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh penguasa komunis Rusia terhadap umat Islam; sebagaimana diterangkan oleh Sekretaris Jenderal Turkistan Timur, antara lain sebagai berikut: ”Menancapkan paku-paku panjang ke kepala sehingga sampai masuk ke otak; Menggunakan orang-orang tawanan (tahanan) sebagai sasaran-sasaran peluru dalam pelajaran menembak bagi pasukan tentara komunis (merah); Memasukkan para tahanan ke dalam sel-sel tahanan tanpa diberi makan, minum, udara dan lampu sampai mati; Membakar tawanan dan orang-orang hukuman setelah mereka disiram dengan bensin; Meletakkan topi baja ke kepala para tahanan, kemudian diberi aliran listrik, sehingga mata tercabut keluar; Mengikat kepala para tahanan di satu kendaraan dan kakinya di kendaraan yang lain, kemudian kedua kendaraan itu dijalankan ke arah yang berlawanan, sehingga tubuh orang tahanan tersebut menjadi terpotong-potong; Membakar seluruh tubuh para tahanan dengan menggunakan besi panas membara; Menuangkan minyak yang sedang mendidih ke tubuh para tahanan; Mencocokkan paku-paku dan jarum jarum ke seluruh tubuh para tahanan; Menyiksa kemaluan para tahanan; Kuku-kuku para tahanan dicabut sampai copot dengan menggunakan tang-tang besi; Orang-orang tahanan dipaksa tidur dengan telanjang bulat di atas balok-balok es dengan suhu 40 derajat di bawah nol; Sebuah kunci dililitkan ke dalam rambut kepala para tahanan kemudian kunci itu diputar sekuat-kuatnya sehingga kulit kepala menjadi terkelupas seluruhnya; Tubuh para tahanan disikat dengan sikat besi yang tajam, kemudian disiram spiritus; Setetah tubuh para tahanan diikat kuat-kuat, maka dituangkanlah kaustik soda ke dalam mulut, hidung dan telinga; Tangan para tahanan diikat ke belakang, kemudian sebuah batu karang besar dihimpitkan ke punggungnya; Tangan para tahanan diikat dengan tambang, kemudian digantung selama sehari-semalam atau lebih; Tubuh para tahanan dipukul dengan paku tajam secara terus-menerus sampai tubuhnya bermandikan darah; Menyayat dengan pisau atau pedang tubuh para tahanan; Jari tangan dan jari kaki para tahanan dijahit menjadi satu.
Dugans (Cina Muslim) 3% 1% Lain-lain 2% 1% Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk muslim menurun secara drastis dari 90% pada tahun 1949 menjadi 45% pada tahun 1953, sementara penduduk Cina Hans (non muslim) bertambah dengan pesat dari 5% pada tahun l949 menjadi 45% pada tahun 1983. Jumlah ini akan meningkat terus, karena regim komunis Cina terus-menerus memindahkan penduduk Cina Hans ke daerah ini. Methoda untuk melenyapkan umat Islam di Turkistan Timur, meniru metoda yang dilakukan oleh regim komunis Rusia. Para pemimpin politik dan agama ditangkap, dimasukkan ke kamp-kamp kerja-paksa atau dibunuh. Seluruh posisi-posisi pemerintahan dikuasai oleh Cina Han yang komunis. Pada masa kampanye tentang "Commune", tanah-tanah penduduk dirampas, malahan simpanan persediaan pangan yang ada juga dirampok oleh pemerintah komunis serta pasar-pasar ditutup. Kaum muslimin dipaksa bekerja untuk "commune" di bawah pengawasan petugas partai komunis yang kejam dan sadis. Jam kerja rata-rata antara 8-10 jam sehari dengan upah yang sangat murah. Mereka yang dianggap membangkang ditangkap dan dimasukkan ke kamp-kamp kerja-paksa. Usaha-usaha untuk melenyapkan agama Islam di Turkistan Timur, tetah dilakukan oleh regim komunis Cina secara sistimatis, dan memuncak pada masa "revolusi keaudayaan" model Mao Tse Tung yang dilakukan dalam tahun 1966-1967.Tindakan-tindakan pelenyapan Islam, antara lain: ”Menutup masjid-masjid di seluruh desa Turkistan Timur; Masjid-masjid dan lembaga-lembaga Islam yang ada di kota-kota diambil alih oleh pemerintah komunis dan dijadikan kantor partai komunis, asrama, rumah-rumah potong hewan dan lain-lain; Mahkamah Qadhi yang didirikan sejak tahun 1933-1934 semasa Republik Islam Turkistan Timur berkuasa, diubah dan digantikan menjadi Pengadilan Rakyat; Semua kitab suci Al-Qur'an dan Al-Hadits serta semua buku-buku agama dimusnahkan; Pendidikan agama Islam di sekolah dilarang; Huruf Arab yang selama ini menjadi huruf resmi kaum Muslimin diganti dengan huruf Cyriclic dan Latin; Para imam masjid ditangkap, dimasukkan ke kamp-kamp kerja paksa dan atau dibunuh: Selama regim komunis Cina berkuasa di kawasan ini, tercatat tidak kurang 360.000 muslim yang telah dibunuh; lebih dari 100.000 muslim dipaksa pindah ke Turkistan Barat dan 504.000 muslim yang dikirim ke sepuluh tempat kamp-kamp kerja-paksa: Apabila negara-negara Kristen Barat seperti Inggeris, Perancis dan Amerika Serikat telah menciptakan negara boneka Israel di dunia Islam di Timur Tengah, maka regim komunis Rusia telah pula menciptakan negara boneka komunis di Afghanistan sejak tahun 1972, dan menjadi pusat pembantaian kaum muslimin di Asia.

Pada tahun 1953, Dhahir Shah, Raja Afghanistan mengangkat sepupunya, Muhammad Daud memangku jabatan Perdana Menteri, yang merangkap jabatan Menteri Pertahanan dan Luar Negeri. Daud adalah kader komunis, yang dibina oleh Rusia bersama-sama Taraki, Hafidullah dan Babrak Kamal. Daud menjabat Perdana Menteri selama sepuluh tahun sampai saat ia metakukan coup de'tat pada butan Juli 1972, menjungkirkan raja Dhahir Shah. Coup de'tat yang sepenuhnya didalangi regim komunis Rusia, bertugas untuk mendirikan negara boneka komunis Rusia di Afghanistan. Masa jabatan Daud sebagai pimpinan tertinggi regim komunis Afghanistan berjalan sejak Juli 1972 sampai 27 April 1978, dianggap oleh Rusia kurang berhasil, walau telah mampu membantai 600 orang tokoh-tokoh Islam. Sebab perlawanan kaum muslimin, yang mula-mula dipimpin oleh Prof. Gholam Muhammad Niazi dan kemudian dilanjutkan oleh tokoh-tokoh muda Islam seperti Burhanuddin Rabbi, Abdu Rabbi Rasuli Sayaf, Hikmat Yar dan Habibur Rahman, makin meluas dan merakyat, yang digerakkan oleh satu organisasi yang bernama "Jam'yah al-Islamiyah", yang kemudian berubah menjadi "Al Hizbul Islam", yaitu gerakan bersenjata. Dengan alasan itu, Rusia mendongkel Daud dengan membantainya bersama-sama keluarganya, dan mengangkat Taraki sebagai pimpinan tertinggi regim komunis Afghanistan pada bulan April 1978. Untuk membuktikan kesetiaannya kepada Rusia, Taraki mengeluarkan undang undang yang sangat bertentangan dengan hukum Islam, yang telah berlaku beratus-ratus tahun; membunuh 15.000 kaum muslimin, merampas harta benda kaum muslimin, menggantikari pendidikari agama di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi dengan ajaran komunis. Rakyat diwajibkan untuk mengikuti penataran-penataran mengenai komunisme. Tindakan dan kekejaman Taraki mengundang reaksi keras kaum muslimin Afghanistan. Ulama mengeluarkan fatwa: "Mengutuk dan mengkafirkan Taraki, serta mewajibkan perarig (jihad) melawan kekuasaannya dan menggulingkannya". Fatwa ulama menimbulkan semangat jihad yang luar biasa sehingga seluruh umat lslam Afghanistan bangkit untuk melawan regim komunis Taraki dan Rusia. Dengan fatwa ulama ini kaum muslimin merebut daerah Herat. Daerah ini kemudian dijadikan tempat Muktamar umat Islam Afghanistan, yang dihadiri tidak kurang dari 100.000 kaum muslimin. Di saat muktamar berlangsung, regim komunis Taraki menyerbu dengan menggunakan kekuatan militer maksimal, darat dan udara, dan berhasil membunuh 30.000 umat lslam. Tragedi Herat ini tidak mematahkan semangat dan perlawanan kaum muslimin, malah menambah tingginya ruhul jihad, sehirigga banyak dari tentara Taraki, seperti Brigade Zabie,. Brigade Amir, dan Brigade Nahrain membelot dan bergabung dengan para mujahidin. Dengan bergabungnya tentara ke dalam pasukan mujahidin bertambah kuatlah perlawanan kaum muslimin dalam menghadapi regim komunis Taraki. Taraki berusaha menekan dan menghancurkan pasukan mujahidin dengan jalan membantai 200.000 kaum muslimin, tetapi perlawanan malah tambah menjadi-jadi. Akibatnya Rusia menyingkirkan Taraki yang dianggapnya tak mampu mengendalikan keadaan, dan meng-gantikannya dengan Hafidullah Amin. Amin membuat perjanjian kepada umat Islam, bahwa pembantaian kepada umat Islam akan dihentikan. Janji Amin ini untuk sementara dapat meredakan keadaan, tetapi tiga bulan kemudian pasukan mujahidin bangkit kembali secara intensif menghancurkan regim komunis Amin. Bersamaan dengan itu tentara komunis Rusia sebanyak 100.000 orang pada tanggal 27 Desember 1979, melakukan invasi ke Afghanistan menggulingkan regim Hafidullah Amin dan menggantikannya dengan Babrak Kamal. Walau Rusia telah mengerahkan 100.000 tentaranya untuk menumpas pasukan mujahidin, ternyata tidak mampu dan tidak berhasil, malah pasukan mujahidin tambah hari tambah kuat. Padahal Rusia tiap hari tetah mengeluarkan biaya antara 40-60 juta dollar Amerika. Dalam kondisi demikian, akhirnya Rusia mengajak Amerika Serikat untuk merundingkan masalah Afghanistan, agar Rusia bisa keluar dari sana dengan selamat dan terhormat, dan mereka tidak menginginkan pasukan mujahidin memegang tampuk kekuasaan di Afghanistan. Kerjasama Rusia dan Amerika Serikat menelorkan kesepakatan bahwa Raja Dhahir Shah, boneka Amerika Serikat, yang pemah digulingkan oleh Daud, yang sekarang berada di Roma, boleh kembali berkuasa. Keputusan Rusia Amerika Serikat ini disampaikan kepada Dhahir Shah di Roma, dan serentak ia mengadakan konferensi pers, serta berucap: "Mujahidin Afghanistan mengundang saya untuk bertahta lagi di Afghanistan". Tetapi keterangan pers Dhahir ini langsung dijawab oleh Sayyaf, pimpinan pasukan mujahidin Afghanistan, dengan kata-kata: "Kami akan sambut kedatangan Dhahir di lapangan terbang dan langsung akan kami penggal kepalanya". Untuk menghadapi strategi dan taktik Rusia-Amerika Serikat dalam melumpuhkan pasukan mujahidin, maka pada tanggal 9 Sya'ban 1402/22 Mei 1983, pimpinan-pimpinan dari tujuh organisasi perlawanan umat Islam, yaitu: Al Ittihad al Islami: pimpinan Saiyaf; A1 Hizbul Islam: pimpinan Hikmat Yar; A1 Jam'iyah al Islami: pimpinan Rabbani; Al Hizbul Islam: pimpinan Yunus Khalis; Jabhat al Inqilab al Islami: pimpinan Rafi'ullah; Jabhat al lnqilab al Islami: pimpinan Nashrullah; Jabhat Najati Mali : Pimpinan Muhammad Mei, Mereka memfusikan organisasi-organisasinya menjadi satu organisasi tunggal yaitu "Persatuan Mujahidin Islam Afghanistan" dengan pimpinan Abdu Rabbani Rasul Saiyaf sebagai Ketua Umum dan Komandan Tertinggiriya. Sebagai gambaran kemajuan pasukan Mujahidin dalam menghadapi regim komunis Afghanistan dan Rusia, seperti yang dilaporkan Biro Kebudayaan Persatuan Mujahidin Islam Afghanistan, tercatat bahwa hasil pertempuran antara pasukan Mujahidin melawan tentara komunis Afghanistan dan Rusia selama satu tahun saja yaitu Oktober 1981 sampai Oktober 1982, adalah sebagai berikut: Pasukan Mujahidin melancarkan serangan sebanyak 824 kali dengan kerugian di pihak Mujahidin: Sejumlah 1.856 mujahidin menjadi syuhada; Sejumlah 391 mujahidin menderita tuka-luka. Pasukan tentara komunis Afghanistan dan Rusia melancarkan serangan sebanyak 149 kali dengan kerugian di pihaknya: Sejumlah 2.048 buah kendaraan lapis baja hancur; Sejumlah 1.128 buah kendaraan militer hancur; Sejumlah 33.129 tentara afghanistan dan rusia mati terbunuh; Sejumlah 1.272 tentara luka-luka; Sejumlah 2.289 tentara tertawan; Sejumlah 772 pucuk senjata hancur; Sejumlah 3.692 pucuk senjata dirampas oleh pasukan mujahidin; Sejumlah 18 buah kendaraan lapis baja yang masih utuh dan baik dirampas pasukan mujahidin; Sejumlah 58 buah kendaraan miiiter dalam keadaan baik dirampas oleh pasukan mujahidin.
Walaupun kekalahan demi kekalahan telah dialami oleh pasukan komunis Afghanistan dan Rusia, tetapi regim komunis Moskow terus mengirimkan pasukannya ke Afghanistan, sehingga sekarang ditaksir telah mencapai 200.000 orang. Dengan sistem bumi hangus, mengakibatkan kaum muslimin Afghanistan banyak yang mengungsi ke Pakistan dan diperkirakan tidak kurang dari sejumlah 3.000.000 orang; sedangkan yang mengungsi ke Iran lebih dari 1.000.000 orang. Nasib 4.000.000 pengungsi Afghanistan yang merupakan jumlah pengungsi terbesar di dunia; adalah sangat menyedihkan dan mengharukan. Kondisi militansi pasukan mujahidin Afghanistan terlihat dari ungkapan pasukan tentara komunis Rusia yang berbunyi: "Bangsa Afghanistan tidak bisa mati; upaya kami untuk menumpas mereka sulit sekali". Tetapi sebaliknya pernyataan pasukan Mujahidin berkata dengan lantang: "Senjata Rusia tak dapat menghabisi dan tak mampu mengalahkan kami". Dr. Abdullah Azam dalam wawancaranya dengan para Mujahidin, dari anak yang berumur 11 tahun sampai kakek-kakek berumur 104 tahun, berkesimpulan bahwa keyakinan dan ruhul jihad begitu tinggi untuk berjuang menegakkan hukum Allah tegak di bumi Afghanistan dan bersedia mengorbankan segala-galanya termasuk jiwa dan raga. Oleh karena itu, tidak aneh apabila ada seorang pengamat Barat, berkebangsaan Amerika, berucap di TV Amerika Serikat sebagai berikut: "Bangsa Afghanistan akan menang melawan Rusia, kemudian pengaruh Islam akan melanda Rusia, kemudian Eropa dan Amerika. Setelah itu Amerika, Rusia dan Eropa akan beraliansi menghadapinya". Barangkali memang sulit untuk menjumpai suatu bangsa seperti Afghan, yang mempunyai watak sederhana, kemahiran perang merupakan kepandaiannya, hidup keras dan terhormat menjadi kebiasaannya. Para ahli perang Barat hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat banyaknya rakyat muslim Afghanistan yang bersedia menjadi pasukan mujahidin; karena sekitar l.000.000 orang tanpa gaji dan jaminan hidup, mampu hidup dengan makan buah-buahan hutan dan daun-daunan selama berbulan-bulan, sambil memanggul senjata, menyerang musuh, mempertahankan jiwa dan membelinya dengan mati syahid. Dalam medan pertempuran yang dahsyat dan kejam, karena tentara Komunis Rusia mengerahkan semua persenjataan yang mutakhir, pasukan Mujahidin Afghanistan, hampir tak pemah meninggalkan shatat malam, bermunajat kepada Allah; luar biasa! Oleh sebab itu pasukan Mujahidin senantiasa mendapatkan pertolongan Allah SWT yang apabila dianalisa secara rasional tidak mungkin terjadi. Mana mungkin pasukan Mujahidin, yang semula hanya terdiri dari beberapa ratus orang dengan persenjataan yang sangat sederhana mampu menghadapi tentara regim komunis dari sejak Daud (1972) yang ditopang sepenuhnya oleh tentara komunis Rusia (negara adidaya) yang menggunakan senjata yang mutakhir, kalau bukan pertolongan Allah? Pasukan Mujahidin yang bermula hanya beberapa ratus orang sekarang telah berkembang dan memiliki anggota sejumlah 1.000.000 (satu juta) orang, dari persenjataan beberapa pucuk saja, sekarang telah memiliki ratusan kendaraan lapis baja, senjata-senjata otomatis, meriam-meriam dan roket, yang semuanya hasil rampasan dari tentara komunis Afghanistan dan Rusia.
Bahkan sekarang, bumi Afghanistan hampir 80%-nya terbebas dari kedaulatan pemerintah regim komunis Afghanistan. Charles Down Bar, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kabul, pada bulan Mei 1983 diwawancarai oleh wartawan US News and World Report, antara lain menyatakan: "Sesungguhnya pemerintah Kamal cuma mengurus administrasi saja. Sulit buat saya memperkirakan pemerintahannya dapat bertahan lama. Kaum Mujahidin di daerah yang dikuasainya mampu menyelenggarakan sekolah dan menyelenggarakan pemerintahan, dan kontak antar daerah yang dikuasainya dengan rapi. Persenjataan mereka bertambah baik, mereka dapatkan itu dengan merampas dari tentara Rusia dan Kamal. Pemerintah Kamal seperti keranjang bolong, diberi senjata oleh Moskow, jatuh ke tangan Mujahidin. Sekarang basis-basis Mujahidin jaraknya tak lebih 5 km dari Kabul" Francois Mitterand, Presiden Perancis berkata: "Afghanistan bagaikan penyakit kanker di tubuh Rusia, makin lama makin melalap tubuhnya".

Najibullah, penguasa regim komunis Afghanistan, yang pada awal Mei 1986 berhasil menjungkirkan Babrak Kamal, telah sesumbar akan melakukan pembersihan terhadap pasukan Mujahidin secara besar-besaran, ternyata tidak berjalan sebagaimana rencana semula. Dengan tambahan 56 pesawat jet pembom Rusia jenis MiG 22, 23 dan 25, Najibullah mengerahkan hampir 3.000 tentara Afghanistan dan Rusia menggempur pangkalan-pangkalan kaum Afghanistan selama dua minggu, yaitu sejak tanggal 7-12 Mei 1986. Semula menurut rencana penggempuran terhadap basis Mujahidin paling tidak akan dilakukan sedama 4 minggu; sehingga tentara komunis Afghanistan dan Rusia telah membangun 6 buah kamp sementara di sekitar daerah itu. Tetapi secara mendadak penggempuran itu dihentikan, dan pasukan tentara komunis meninggalkan daerah itu, menuju pos-pos mereka di sebelah Barat. Pengunduran diri pasukan komunis ini, karena tidak mampu menghadapi serbuan pasukan Mujahidin yang diperkirakan sekitar 4.000 orang di daerah itu dengan menggunakan roket-roket secara efektif, sehingga menimbulkan banyak korban yang jatuh di kalangan tentara komunis Afghanistan maupun Rusia. Kekalahan yang diderita tentara komunis selama dua minggu di daerah ini, mengakibatkan Najibullah merubah taktik dengan bermuka manis terhadap kaum Mujahidin. Dalam pidatonya pada tanggal 20 Mei 1986 di depan kepala-kepala suku yang berpandangan Marxis, Najibullah menghimpun kaum Mujahidin untuk mengakhiri peperangan dengan jalan damai secara terhormat. Kepada para pengungsi Afghanistan, yang dewasa ini diperkirakan berjumlah hampir 4.000.000 jiwa, diharapkan segera kembali ke Afghanistan secara damai. Sikap permusuhan dan tindakan yang kejam secara sadis terhadap kaum muslimin yang dilakukan oleh regim komuriis baik Rusia, Cina maupun Afghanistan, sebagaimana terungkap di muka, adalah merupakan watak setiap regim atheis sepanjang sejarah. Allah SWT telah menetapkan fakta sejarah ini di dalam Kitab Suci-nya (Al-Qur'an), yang membentangkan peristiwa regim atheis Fir'aun di dalam menghadapi Nabi Musa a.s. Watak itu tergambar dengan jelas di dalam Al-Qur'an, antara lain yang tertuang di dalam Surat Asy-Syu'ara (26) ayat 41-51 yang berbunyi: Maka tatkala ahli syihir datang dan bertanya kepada Fir'aun, "Sesungguhnya ganjaran apakah yang dapat kami terima, seandainya kami menang?" Ia menjawab: "Betul! kamu akan menjadi orang-orang kesayanganku." Musa berkata kepada mereka, "Lemparkanlah apa-apa yang kamu hendak lemparkan!" Lalu mereka lemparkan tali-tali tongkat-tongkat milik mereka, sambil berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami, pasti menang." Kemudian Musa melemparkan tongkatnya maka tongkat itu menelan semua sihir yang mereka adakan. Lantas spontan para ahli sihir merendahkan diri dan bersujud, sambil berucap: "Kami beriman kepada Tuhan Pemilik Alam Semesta. Tuhan Musa dan Harun." Berkata Fir'aun, "Kamu telah beriman kepadanya sebelum aku mengizinkannya. Sesungguhnya ia (Musa) adalah pemimpin kamu yang telah mengajarkan kamu sihir. Kamu akan merasakan segala resikonya nanti. Sesungguhnya aku akan memotong tangan-tangan dan kaki-kaki kamu secara bersilang dan aku akan menyalibkan kamu semua." (Mereka para ahli sihir) menjawab: "Tidak soal! Karena sesungguhnya kepada Tuhan kamilah, kami akan kembali. Sesungguhnya kami sangat mengharap, bahwa Tuhan kami akan mengampuni dosa-dosa kami, sebab kami termasuk orang-orang yang pertama-tama beriman." Apabila kita teliti dengan seksama sejarah Fir'aunisme dan kita cocokkan dengan latar belakang sejarah, pandangan hidup dan sikap Marxisme terhadap umat Islam (Umat Tauhid), maka mau tidak mau kita akan berkesimpulan bahwa Fir'aunisme adalah Marxisme-Komunisme secara hakiki.
Persamaan-persamaan asasi antara Fir'aunisme dengan Marxisme-Komunisme, yaitu atheisme, diktatorial, dan sadisme adalah begitu mencolok, walau bagi para pengamat yang tidak teliti sekalipun. Sebagaimana Musa menghadapi Fir'aun, dimana ia tidak dalam posisi berbahaya, sampai akhirnya Fir'aun dan regimnya hancur. Demikian pula kaum muslimin tidak akan lemah dan berhenti menghadapi Marxisme-Komunisme, walaupun keadaannya, sampai Marxisme-Komunisme lenyap dari permukaan planet bumi ini. Kekuatan politik, ekonomi, militer yang dimiliki oleh kaum komunis, sehingga mereka menjadi salah satu negara adidaya, bukan halangan buat umat Islam untuk meraih kemenangan, dan menghancurkan mereka. Perang Afghanistan antara pasukan Mujahidin melawan tentara komunis di Rusia adalah merupakan indikasi bahwa kekuatan aqidah (iman kepada Allah), yang merupakan kekuatan spiritual yang paling tinggi ternyata lebih ampuh dan lebih kuat daripada kekuatan senjata dan ekonomi dan ilmu. Selama hampir 17 tahun pasukan Mujahidin berperang melawan pasukan Komunis Afghanistan dan Rusia, terbukti kekuatan pasukan Mujahidin tiap hari bertambah ke-kuatannya, baik manpower maupun persenjataannya serta daerah yang.dikuasainya. Perang Afghanistan adalah merupakan contoh yang dapat diterapkan oleh kaurn muslimin di mana saja mereka berada di dalam mereka menghadapi Komunisme. Sekarang marilah kita lihat sepintas konfrontasi Marxisme dan Komunisme dengan Islam dalam sepintas sejarah Indonesia. Sarekat Dagang Islam (SDI) didirikan pada tanggal 16 Oktober 1905 di Solo; kemudian pada tanggal 10 September 1912 dalam rapatnya di Surabaya, SDI telah mengubah dirinya menjadi Sarikat Islam (SI). Perkembangan SI pesat sekali, sehingga Muktamar yang pertama pada tanggal 26 Januari 1913 telah mempunyai anggota lebih dari 12.000 orang. Tampilnya HOS Cokroaminoto, Agus Salim dalam SI mempercepat berkembangnya SI, hampir di seluruh nusantara. Tetapi kehadiran organisasi Indische Social Democratisch Vereeniging (ISDV) yang beraliran Marxis-komunis, yang dipimpin H.J.F.M. Sneevleit dan A. Bars pada tahun 1914 menjadi mala-petaka bagi SI. Sebab ISDV telah berhasil menyusupkan kader-kader nya seperti Darsono menjadi pengurus SI Semarang dan Semaun menjadi pengurus SI Surabaya.

Kemajuan SI memang luar biasa, sebab Muktamar pada tanggal 17-2l Juni 1916 di Bandung telah dihadiri oleh l6.000 orang peserta yang mewakili 800.000 anggotanya dari Jawa, Sumatera, Bali dan Sulawesi. 47 Kemajuan yang dicapai SI tidak membawa kekuatan untuk mampu melaksanakan semua program perjuangannya; karena infiltran Marxis-komunis telah memulai aksinya, seperti Darsono dan Semaun melakukan intrik memecah belah, dari mulai aksi menfitnah menuduh pimpinan SI menyelewengkan uang partai oleh Darsono sampai mosi tidak percaya terhadap pimpinan SI yang dilakukan oleh Semaun. Aksi kader-kader Marxis-Komunis didalam SI tambah semarak, setelah ISDV pada tanggal 20 Mei 1920 mengganti namanya menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Aksi-aksi kader Marxis-Komunis yang makin berani, maka pimpinan SI mengadakan Muktamarnya di Surabaya pada tahun 1921 dan behasil memecat kader-kader Marxis-Komunis. Tapi akibatnya SI pecah, karena banyak cabang-cabang SI telah kemasukan ideologi Marxis-Komunis seperti Semarang, Solo, Salatiga, Sukabumi dan Bandung. 48 Dalam menghadapi gerakan SI ini, maka PKI mengadakan Kongres pada tanggal 24-25 Desember 1921, dan memutuskan bahwa cabang-cabang SI yang telah dikeluarkan harus membentuk SI Merah sebagai tandingan SI Putih. Sekembalinya Semaun dan Darsono dari Moskow, maka pada tanggal 4 Maret 1923 diselenggarakan kongres gabungan antara PKI dan SI Merah di Bandung, yang dihadiri oleh l6 cabang PKI dan 14 cabang SI Merah. Pada tanggal 6 Maret 1923, kongres luar biasa di Sukabumi memutuskari SI Merah menjadi "Sarekat Rakyat" yang langsung di bawah PKI. Gerakan yang menggebu-gebu melahirkan berbagai aksi huru-hara oleh PKI dan Sarekat Rakyat pada akhir tahun 1926; akibatnya PKI dan Sarkat Rakyat dilarang oleh penguasa kolonial Belanda. 49 Pada tanggai 3 Juli 1947 Amir Syarifuddin (kader Marxis-Sosialis dan Ketua Pemuda Sosialis-Pesindo), berhasil menyusun Kabinet di bawah pimpinannya. Masyumi tidak turut dalam Kabinet Syarifuddin ini. Tetapi Syarifuddin berhasil memecah-belah Masyumi, dengan jalan mengangkat Wondoamiseno (salah seorang pimpinan Masyumi) dari unsur SI (PSII) menjadi salah seorang Menteri dalam Kabinetnya. Kemudian diikuti oleh Arudji Kartawinata, juga dari unsur SI yang keluar dari Masyumi. Kabinet Hatta terbentuk pada tanggal 29 Januari 1948, menggantikan kabinet Syarifuddin. Kabinet Hatta ditentang oleh golongan Marxis dan Komunis. Pesindo di bawah pimpinan Amir Syarifuddin, yang selama ini berkuasa telah dipersenjatai, ditopang oleh organisasi-organisasi beraliran Marxis-Komunis yang tergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR), melakukan aksi demonstrasi dalam menentang kabinet Hatta di Solo; akibatnya terjadilah bentrok senjata antara Pesindo dengan Siliwangi; Pesindo kalah; tetapi FDR melakukan aksi pemogokan di sekitar Solo, khususnya di perkebunan milik negara seperti perkebunan kapas Delanggu. Syafruddin Prawiranegara, Menteri Perekonomian dalam Kabinet Hatta :tidak membiarkan aksi mogok FDR untuk melumpuhkan perekonomian RI, maka ia memerintahkan Serikat Tani Islam Indonesia (STII) anak organisasi Masyumi untuk mengambil alih semua tenaga buruh perkebunan di perkebunan-perkebunan milik negara. Akibat lanjutannya STII bentrok dengan SOBSI, SARBUPRI, LBT milik golongan Marxis-Komunis. Tampilnya kekuatan STII dan Masyumi dalam menentang gerakan buruh tani golongan Marxis-Komunis, bukan saja berhasil mematahkannya, tetapi berarti Kabinet Hatta disokong sepenuhnya oleh umat Islam. Hal ini sangat penting karena pada tanggal 18 September 1948, Muso, Amir Syarifuddin dan Setiadji melakukan pemberontakan di Madiun menentang pemerintah RI, yang dikenal dengan pemberontakan PKI-Madiun. Karena anggota STII dan Masyumi yang paling depan menentang golongan Marxis-Komunis ini, maka para pemberontak PKI-Madiun membunuh secara massal dan sadis semua anggota STII dan Masyumi yang tertangkap oleh mereka. Lahirnya konsepsi Soekarno yaitu Demokrasi Terpimpin dalam rangka kembali ke Undang-Undang Dasar 1945, pada dasarnya adalah srategi PKI. Sebab sejak sidang pleno ke-7 Central Committe PKI bulan November 1958 telah mengusulkan masalah tersebut kepada Presiden Soekarno. Bahkan secara kongkrit PKI mengusulkan agar Soekarno mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945. Dengan terlaksananya "Konsepsi Soekarno"; maka berarti ia akan menjadi penguasa tunggal, yang sejak awal lahirnya konsepsi tersebut secara terbuka telah merangkul PKI dengan penuh semangat. 51 Setelah dekrit berjalan, Soekarno maju selangkah untuk menerapkan gagasan-gagasannya dalam bentuk pidato yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi Kita", yang diucapkan pada tanggal 17 Agustus 1959. Pidato ini diberikan kepada Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang dipimpin D.N. Aidit (Ketua Umum PKI) untuk dijadikan bahan dalam menyusun Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam kesempatan ini PKI (melalui Aidit) memasukkan konsepsinya yang terkenal dengan nama "Masyarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia" (MIRI) ke dalam GBHN dengan nama Manifesto Politik RI. Antara MIRI-PKI dengan GBHN-MANIPOL hampir-hampir tidak ada perbedaan yang berarti. 52 Sekarang benar-benar PKI telah menjadi tulang punggung kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh Soekarno. Melalui intrik PKI, Soekarno membubarkan partai Islam Masyumi dengan surat Keputusan Presiden No. 200 tanggal 17 Agustus 1960, dengan dalih Masyumi terlibat dengan pemberontakan PRRI. 53 Pembubaran Masyumi ini memang benar-benar konspirasi antara PKI dan Soekarno, terlihat dari pembicaraan antara Bernhard Dahm dengan Soekarno pada tahun 1966, setelah terjadinya G30S/PKI. Dahm bertanya: "Mengapa Anda tidak melarang PKI?" Soekarno menjawab: "Engkau tak dapat menghukum suatu partai secara keseluruhan berdasarkan kesalahan segelintir orang". Setelah mendengar jawaban itu, Dahm lantas mengemukakan bahwa ia (Soekarno) pernah berbuat begitu terhadap Masyumi pada tahun 1960. Soekamo lalu menjelaskan bahwa Masyumi merusak perjalanan revolusi kami, sedangkan PKI merupakan ujung tombak (avant garde) dari kekuatan-kekuatan revolusioner. Kemudian bubarnya Masyumi tahun 1960 dan GPII tahun 1963, tidak menyebabkan umat Islam diam dalam menghadapi kekuatan Marxis-Komunis. Pelajar Islam Indonesia (PII) yang lahir pada tanggal 4 Mei 1947 tampil ke muka menentang PKI. PII dengan selebaran gelapnya mencoba menyudutkan PKI dan menyadarkan rakyat bagaimana bahayanya PKI. Selebaran gelap yang berbunyi antara lain: "Nyono, Aidit dan Marxisme"; "Bahaya Subversi PKI", "Jiwa para Pemimpin PKI" bertebaran dalam jumlah puluhan ribu eksemplar. Oleh karena itu, tidak heran apabila PII telah menjadi sasaran PKI untuk dihancurkan. Di dalam dokumen penting PKI yang terungkap pada akhir 1964, menyatakan bahwa PKI adalah musuh yang harus dihadapi secara khusus. Dan untuk itu, IPPI (Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia) ormas pelajar PKI diharuskan untuk menghadapinya dengan sungguh-sungguh. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang juga merupakan salah satu organisasi pemuda Islam yang anti komunis, menjadi bulan-bulanan untuk dihancurkan. Aidit (Ketua Umum CC PKI) di depan Kongres Central Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) pada awal September 1965, telah menyatakan, apabila CGMI tidak mampu membubarkan HMI lebih baik pakai sarung saja. Pernyataan Aidit ini disambut dengan "Demonstrasi perang" oleh PII dan HMI di depan Front Nasional dan KOTRAR pada tanggal 19 September 1965. Dengan semboyan "Langkahi mayatku sebelum membubarkan HMI". Begitu juga dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang terbentuk pada tanggal 14 Maret 1964, ketika melaksanakan kongres pertamanya. Saat itu sempat diserang oleh kader-kader CGMI sempalan dari PKI atas suruhan Aidit, dengan tujuan agar organisasi Islam tidak tumbuh di Indonesia ini. Berkat lindungan Soekarno, akhirnya PKI melakukan kudeta G30S/ PKI dengan jalan membunuh tujuh orang jenderal Angkatan Darat pada tanggal 30 September 1965. Dan akibatnya PKI dibubarkan!

Sikap Muslim Terhadap Komunisme

Untuk menghadapi rencana, strategi dan taktik golongan Komunis (kafir), Allah SWT telah memberikan garis-garis kebijaksanaan yang harus dan wajib dilaksanakan oleh kaum Muslimin dalam menentukan sikap dan langkah-langkahnya. Landasan utama yang menjadi pedoman untuk menentukan garis-garis kebijaksanaan itu tertuang di dalam Firman Allah SWT pada surat Al-Fath (48) ayat 29, yang berbunyi: "Muhammad itu adalah Rasul Allah dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan berkasih sayang terhadap sesama mereka." Muhammad Ali Shabuni mengomentari ayat ini sebagai berikut: "Yang dimaksud dengan Muhammad Rasul Allah adalah seorang rasul yang bernama Muhammad dan ia benar-benar seorang rasul dan tidak sebagaimana yang dikemukakan oleh orang-orang kafir musyrik. Dan orang-orang yang bersamanya adalah para sahabatnya, yang merupakan orang-orang pilihan, yang senantiasa bersikap keras terhadap kaum kafir dan berkasih sayang di antara sesama mereka. Hal ini konsisten dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah (5) ayat 54, yang berbunyi: "Yang lemah lembut sesama mukmin, yang bersikap sombong terhadap orang-orang kafir". Abu Su'ud menyatakan pengertian ayat ini sebagai berikut: "Mereka tampilkan sikap keras dan tegar terhadap orang-orang yang menentang agama mereka; dan orang-orang yang sepaham dan sependapat di dalam Islam, mereka bersikap kasih-sayang dan merendahkan diri". Para ahli tafsir berpendapat: "Hal yang demikian itu karena perintah Allah kepada mereka umat Islam untuk bersikap keras/sombong terhadap mereka orang-orang kafir". Bertitik pangkal dari pengertian ayat ini, maka kaum Muslimin harus mempunyai sikap dasar yang pasti, yang berlaku di sepanjang zaman dan di setiap tempat di permukiman bumi ini. Sikap dasar itu adalah "keras dan tegar" terhadap golongan kafir (komunis). Manifestasi sikap dasar ini harus tergambar dan tercermin dalam bidang-bidang sebagai berikut: Sebagaimana kita ketahui bahwa semua Nabi dan rasul yang diutus oleh Allah swt ke tengah-tengah umat manusia, dari sejak Adam As. sampai dengan Muhammad saw mempunyai risalah pokok yang sama, yang tidak pernah berubah yaitu permurnian aqidah "tauhid" dari segala bentuk syirik, yang jelas atau yang sinkritis; baik dalam bidang tauhid rububiyah maupun tauhid uluhiyah. Selanjutnya, pengertian pemurnian aqidah tauhid tidak hanya dilarangnya mempersekutukan Allah dengan tuhan-tuhan imajiner, yang dianggap memiliki kekuatan dan kekuasaan, yang berada di luar diri manusia, tetapi juga anggapan adanya kekuatan dan kekuasaan yang ada pada diri manusia seperti akal, intuisi dan kemauan yang berwatak sebagai hawa nafsu, yang dijadikan sumber kebenaran dan ajaran yang wajib ditaati. Produk dari akal, intuisi dan kemauan bisa berbentuk filsafat, mistik dan ilmu pengetahuan, yang kemudian berkembang menjadi ideologi atau ajaran seperti Komunisme. Larangan mensyarikatkan Allah dengan hawa nafsu manusia tertera pada firman Allah SWT dalam surat Al-Furqan (25) ayat 43 yang berbunyi: "Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya." Maududi memberi penjelasan ayat ini sebagai berikut: "Pengertian 'ilah' (tuhan) pada ayat ini, bukan kekuatan dan kekuasaan alam, tetapi kekuatan dan kekuasaan dalam diri manusia sendiri (akal, intuisi dan hawa nafsu), dimana ia telah dianggap sebagai sesuatu yang menjadi sumber ajaran (ideologi) sendiri, sehingga semua produknya harus ditaati, sebagaimana golongan Yahudi dan Kristen yang telah mengangkat pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai 'ilah' (tuhan)". Dalam sebuah hadits Turmudzi dan Ibnu Jarir dari 'Ady bin Hatim, berbunyi: "Bahwa Ady masuk ke rumah Rasululah SAW sedang di lehernya ada kalung salib dari emas. Beliau sedang membaca ayat ini. Aku berkata: 'Mereka tidak menyembah mereka; beliau menjawab: 'Benar, tetapi mereka telah mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram, maka kepatuhan mereka itulah berarti penyembahan (ibadah) terhadap mereka". Kesimpulannya yaitu bahwa syirik tidak hanya berlaku dalam menyekutukan Tuhan dengan benda-benda lainnya, tetapi juga termasuk syirik barangsiapa yang mempunyai kepercayaan dan kepatuhan terhadap ajaran, hukum dan undang-undang buatan manusia, dan bukan ajaran, hukum dan undang-undang Tuhan, dengan keyakinan bahwa ajaran, hukum dan undang-undang itu lebih baik. Untuk kepentingan kemurnian tauhid, yang mempunyai pengertian seperti tersebut dimuka, maka umat Islam harus bersikap keras dan tegas terhadap ajaran dan ideologi kaum Komunis. Sikap itu harus lahir dalam bentuk tidak boleh membenarkan ajaran dan ideologi tersebut; dan bahkan umat Islam wajib menyatakan kekeliruan dan kesalahan ajaran dan ideologi yang demikian itu secara tegas dan jelas, dalam bentuk lisan maupun tulisan, di hadapan mereka maupun di hadapan kaum Muslimin dan tidak boleh menerima dan mempergunakan ajaran dan ideologi yang lahir dari golongan Komunis (kafir). Karena Islam itu sendiri adalah satu-satunya sistem hidup yang lengkap dan sempurna, yang tidak memerlukan ajaran atau ideologi lain, baik sebagai sistem maupun subsistem kehidupan kaum Muslimin.

Begitu juga, dalam bentuk kehidupan sosial dan kemasyarakatan, pergaulan antara seseorang Muslim dengan orang Komunis (kafir) dibatasi oleh suatu ketentuan-ketentuan yang tegas dan jelas, yaitu antara lain tidak dibenarkan seseorang kafir dijadikan teman kepercayaan, orang kesayangan oleh seorang Muslim. Larangan itu antara lain tertuang di dalam firman Allah SWT pada surat Ali Imran (3) ayat 118-120, yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan sebagai teman kepercayaan selain dari golongan kamu (mukmin); mereka tidak putus-putusnya (berusaha) mendatangkan kecelakaan atas kamu; mereka suka akan hal-hal yang dapat menyusahkan kamu; sesungguhnya kebencian yang keluar dari mulut mereka telah nyata, tetapi yang disembunyikan dalam hati mereka adalah lebih besar. Kami terangkan tanda-tanda mereka kepadamu, jika kamu mau berfikir." Kemudian dalam kerjasama untuk tolong-menolong, bergotong-royong antara kaum Muslimin dengan golongan kafir di dalam kehidupan masyarakat, umat Islam harus tunduk pada kriteria-kriteria Islam dalam menentukan bentuk-bentuk kerjasama itu. Sebab, tidak semua kegiatan dan aktifitas di dalam masyarakat dapat dilakukan kerjasama antara kaum Muslimin dengan golongan kafir. Ada kegiatan-kegiatan di mana umat Islam dapat ikut bersama-sama, ada pula aktifitas-aktifitas di mana umat Islam tidak boleh melakukannya. Kriteria-kriteria itu terbagi dalam dua kelompok, yaitu : Kegiatan yang bernilai "kebajikan dan ketaatan" kepada Allah ('alal birri wa taqwa); kaum muslimin dibolehkan untuk melakukan kerjasama dengan golongan kafir. Kegiatan yang bernilai "permusuhan" (alal itsmi wal udwan) umat Islam dilarang ikut kerjasama untuk melakukannya. Ketetapan ini tertuang di dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah (5) ayat 2, yang berbunyi: "Dan hendaklah kamu bertolong-tolongan atas kebajikan dan taqwa dan janganlah kamu bertolong-tolongan atas dosa dan permusuhan, dan takutlah kamu kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu sangat keras siksa-Nya."
Hal lain yang sangat pentng adalah posisi kunci untuk melakukan kebijaksanaan dan kegiatan politik terletak pada faktor pimpinan. Betapapun baiknya konsepsi dan teori-teori politik, baik yang tertera di dalam undang-undang dasar, undang-undang dan peraturan-peraturannya, apabila pelaksanaannya yakni para pemimpin politiknya buruk, maka akan sia-sialah konsepsi dan teori-teori yang baik itu. Karena demikian pentingnya posisi pimpinan ini di dalam kehidupan politik, maka Islam menyoroti masalah ini dengan sangat tajam dan jelas, dan tidak boleh sembarang orang bisa jadi pemimpin politik. Pimpinan politik yang disoroti oleh Islam ini adalah semua pimpinan yang mempunyai posisi-posisi penting di dalam kehidupan politik baik eksklusif, legislatif maupun yudikatif. Salah satu faktor yang sangat penting dalam pimpinan politik ini yaitu larangan mengangkat orang-orang kafir menjadi pemimpin kaum Muslimin. Banyak ayat-ayat yang membicarakan masalah ini, antara lain: Surat Ali Imran [3] : 28 dan 149; Surat An-Nisa [4] : 144; Surat Al-Maidah [5] : 51 dan 57; Surat At-Taubah [9] : 23; Surat Al-Mumtahanah [60] : l. Firman Allah swt dalam surat Al-Maidah [5] : 57, berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu ambil mereka menjadi pemimpin yang menjadikan agama kamu sebagai ejekan dan permainan, yaitu dari ahli kitab yang sebelum kamu dan orang-orang kafir; dan takutlah kepada Allah jika betul kamu orang-orang yang beriman." Pengertian ayat ini menurut Muhammad Ali Syabuni ialah: "Janganlah kamu jadikan musuh-musuh agama, yaitu mereka yang menghina dan memperolok-olok agama kamu, untuk menjadi pemimpin atau teman; yakni mereka itu adalah orang-orang Yahudi, Kristen dan orang-orang kafir seluruhnya. Kamu senang dan mencintai mereka, padahal mereka musuh kamu. Barangsiapa yang menghina dan merendahkan agama, tidak dapat dibenarkan menjadikan mereka pemimpin kamu. Malah wajib kamu murka dan memusuhi mereka." Selanjutnya, sikap permusuhan yang ditampilkan dalam bentuk ucapan, tulisan dan perbuatan oleh golongan Komunis (kafir) terhadap Islam dan kaum Muslimin, mengakibatkan putus rasa cinta dan kasih sayang umat Islam kepada mereka, walaupun mereka itu mempunyai hubungan kekeluargaan, bangsa dan tanah air. Cinta dan kasih sayang kaum Muslimin terputus secara otomatis kepada setiap orang yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin, walaupun mereka itu bapaknya sendiri, anaknya sendiri, saudaranya sendiri, familinya sendiri atau bangsanya sendiri. Sikap tegas dan keras dengan jalan memutuskan hubungan cinta kasih terhadap setiap orang atau golongan yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, yang juga berarti memusuhi Islam dan kaum Muslimin, bersumber dari antara lain firman Allah swt dalam surat Al-Mujadilah (58) ayat 22, yang berbunyi: "Tidak akan kamu dapati kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir itu akan mencari orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka itu adalah bapak-bapak mereka sendiri atau anak-anak mereka sendiri atau saudara-saudara mereka sendiri atau keluarga mereka sendiri."

Teori Freemasonry (Masonry)

Sudah sekian abd atau ratusan tahun kita lewati bersama, bahwa ternyata organisasi dunia dengan teori Freemasonry telah mengundang semua pemikir dunia terutama pemikir Islam kontemporer untuk melakukan kajian-kajian tentang Freemasonry. Banyak kalangan pemikir Islam mengalihkan semua pembicaraan pada Masonry, oleh karena banyak kejahatan yang mereka lakukan. Namun orang Masonry menghindari tuduhan tersebut dengan menggalang bahasa “persaudaraan” dan Masonry semakin bersikukuh menahan tuduhan tersebut dan Masonry memilih jalan dalam mengambil keputusan mereka dengan melebur dalam organisasi sosial, padahal dengan peleburan mereka bukanlah bentuk identitas aslinya. Masonry suatu aliran pemikiran dan memiliki pengaruh yang sangat luar biasa dalam hal filsafat “materialisme” dan “humanisme sekuler”. Bagi saya untuk mengkritisi teori Masonry sangatlah bagus dan kita harus memiliki argumentasi kuat oleh karena teori ini ternyata telah menghasilkan berbagai cabang teori, misalnya teori materialisme, filsafat materialisme historis Karl Marx, filsafat humanisme, dan filsafat dialektika. Selain itu juga bagi saya Masonry merupakan sebuah konstruksi teori dan filsafat yang tidak memiliki landasan yang kuat baik secara ilmiah maupun empiris serta banyak anggapan bahwa Masonry sebagian besar dari teori yang selalu menimbulkan konflik dan pertentangan. Logikanya, kalau berfikir dengan akal sehat bahwa ternyata teori Mason cacat oleh karena sering menyulut api konflik dunia. (Baca; Rusdianto,.sip Kejahatan Freemasonry : Membedah Jantung Dunia Kelas) Pentingnya kritisisme semacam itu perlu diungkapkan sejak awal, tidak hanya untuk menjelaskan kepada non-Masonry, tetapi untuk mengajak para Masonry memahami tentang sebuah kebenaran. kalau Mason bebas memilih dan mengambil cara pandang apa pun tentang dunia dan hidup, Ini memang adalah hak asasi Masonry. Akan tetapi, orang lain pun memiliki kekuatan hak untuk memaparkan dan mengkritisi kekeliruan Masonry. Proses kritisisme dari teori syafrilisme terhadap berbagai teori yang memunculkan persfektif konflik misalnya terhadap Marxisme, komunisme, sosialisme, kapitalisme, freemasonry, illuminatif dan termasuk teori sejarah. Yang terpenting harus diingat adalah kritisisme yang coba di utarakan oleh teori syafrilisme adalah mengkontruksikan sebuah sejarah dengan berbagai konspirasi dengan sentralisasi dinamikanya pada ”Teori Konspirasi Yahudi-Masonik”. Dalam konteks ini, teori syafrilisme tidak pernah akan sepakat dengan Masonry ketika dunia ini dipandang hanya satu dinamika dan memang selayaknya pemikir muslim sejati dan intelektual harus mengatakan sebuah kebenaran walalupun akan terhegemoni. Memang saat ini harus kita memandang secara kritis akar Masonry, sasaran dan sejarah pertarungan Mason dalam melawan agama ketuhanan dengan filsafat materialisme dan humanisme sekulernya serta melakukan. penekanan terhadap peradaban Islam dengan metode memasukkan kembali budaya negatif Barat kepada peradaban Islam, baik melalui hegemonik fisik maupun paradigma kekuasaan.

Konspirasi Masonry Dalam Perang Salib
Terbentuknya Freemasonry oleh karena di latar belakangi oleh Perang Salib dan diresmikan di Inggris pada abad 18, sebenarnya sebelum itu Masonry telah menancapkan kakinya pada Perang Salib abad 12. Dalam komponen perang salib tersebut terdapat nama dari bataliyon yang dikenal dengan Ksatria Templar. Akar dari terbentuknya Freemasonry Global ketika terjadi perang salib dan pemboikotan militer kristiani hanya ingin meraih pengakuan dunia akan kehebatan filsafat materialisme dan humanisme. Selain itu juga, ekspedisi militer tersebut bertepatan dengan kondisi eropa mengalami kemiskinan dan kesengsaraan yang berat. Dari kondisi itulah mereka melirik kekayaan bangsa dan negara Islam. Mereka selalu menampilkan wajah religiusnya dengan simpul-simpul kristiani, Masonry-lah yang menyebabkan sebuah simpul perdamaian rusak yang beralih pada agresi militer salib. Dibalik perang salib tersebut, pada tahun 1095 Masonry membangun konspirasi melalui Paus Urban II, dengan menyelenggarakan konsili clermont dengan menanamkan doktrin kristen yang radikal kemudian menyerukan dan memberikan perintah untuk melakukan serangan atas nama perang salib dengan tujuan untuk merebut tanah suci Makkah dan negara-negara Islam. Harus Yahya dalam artikelnya dengan mengutif Donald Queller dari Universitas Illinois mengatakan bahwa, “Ksatria-ksatria Prancis menginginkan lebih banyak tanah. Pedagang-pedagang Italia berharap untuk mengembangkan perdagangan di pelabuhan-pelabuhan Timur Tengah. Sejumlah besar orang miskin bergabung dengan ekspedisi sekadar untuk melarikan diri dari kerasnya kehidupan sehari-hari mereka.” Sepanjang sejarah perang salib yang serakah membunuh ribuan umat Islam dengan harapan untuk mengambil harta kekayaannya dan menguasai kota Istanbul dan Yerussalem pada Perang Salib IV dengan melakukan perampasan dan pembantaian umat Islam. Fakta sejarah “Mereka membunuh orang Saraken dan Turki, memenggal kepala umat Islam; memanah, menyiksa dan melemparkan ke dalam api. Selama dua hari, pasukan Pejuang Salib membunuh sekitar 40.000 Muslim dengan cara yang sangat biadab. (harun Yahya; www.pakdenono.com) Pejuang salib kemudian menjadikan Yerusalem ibukota mereka, dan membangun Kerajaan Latin yang membentang dari perbatasan Palestina hingga ke Antioch (Antakia). Selanjutnya, para pejuang salib mulai berupaya untuk memperjuangkan posisinya di Timur Tengah. Untuk mempertahankan apa yang telah mereka bangun, mereka perlu mengorganisirnya. Untuk itu mereka membentuk ordo-ordo militer, dalam bentuk yang belum pernah ada sebelumnya. Anggota ordo-ordo ini datang dari Eropa ke Palestina, dan tinggal di semacam biara, di mana mereka menerima latihan militer untuk memerangi orang Muslim. Secara khusus, salah satu dari ordo-ordo ini berbeda dengan yang lainnya. Ia mengalami transformasi yang akan memengaruhi jalannya sejarah. (Harun Yahya;www.pakdenono.com)
Para ordo templar (tentara miskin pengikut yesus kristus), didirikan oleh Hugh de Payens dan Godfrey de St. Omer pada tahun 1118 setelah 20 tahun tentara salib menguasai kota Yerusalem, penamaan ordo tersebut karena saat itu mereka berbasis dikuil sulaiman. Para ordo templar ini serng menampilkan sikapnya sebagai orang miskin namun ketika mereka menyerang kekuasaan Islam di timur tengah mereka menjadi sangat makmur, oleh karena mereka dalam penyerangan tersebut merampas dan menindas semua umat Islam dengan mengambil harta kekayannya. Selain itu juga mereka menarik pajak orang-orang agamawan baik Islam maupun kristen ketika banyak orang melakukan hijrah dari Eropa ke Palestina sehingga mereka sangat kaya dan menjadi para donatur bagi negara-negara muslim seperti yang kita kenal sekarang ini adalah lembaga letter of inten, IMF, WB, dan lain sebagainya. Lembaga inilah menguasai seluruh aspek kehidupan manusia terutama misinya terhadap umat Islam dan kekuasaan Islam itu sendiri. Menurut Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang berbasis bunga. (Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81). Para Templar inilah yang paling bertanggungjawab atas serangan-serangan pejuang salib dan pembantaian bangsa Muslim. Karena itulah, komandan besar Islam Salahudin (Shalahuddin Al Ayyubi), yang mengalahkan pasukan salib pada tahun 1187 pada pertempuran hattin, dan kemudian membebaskan Yerusalem, menghukum mati para templar karena pembunuhan yang mereka lakukan, walaupun sebenarnya ia mengampuni banyak sekali orang Kristen. Namun, sekalipun kehilangan Yerusalem dan mengalami kekalahan besar, para templar terus bertahan. Dan walaupun bangsa Kristen terus menyusut di Palestina, mereka meningkatkan kekuatan di Eropa dan, pertama di Prancis, kemudian di negara-negara lain, menjadi negara dalam negara. Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan politik mereka menyusahkan raja-raja Eropa. Tetapi ada segi lain dari para Templar yang segera mengganggu kalangan kependetaan: ordo tersebut sedikit demi sedikit telah menyeleweng dari iman Kristen, dan sewaktu di Yerusalem telah mengambil sejumlah doktrin mistik yang asing. Berkembang juga desas-desus bahwa mereka menyelenggarakan ritus-ritus aneh untuk memberi bentuk pada doktrin mereka. Akhirnya, pada tahun 1307, Raja Prancis Philip le Bel memutuskan untuk menangkap anggota-anggota ordo ini. Sebagiannya berhasil melarikan diri tetapi kebanyakan mereka tertangkap. Paus Clement V juga bergabung dalam pembersihan ini. Setelah periode panjang interogasi dan pengadilan, banyak anggota Templar mengakui keyakinan 'bidah' mereka, bahwa mereka menolak iman Kristiani dan menghina Yesus dalam misa mereka. Akhirnya, para pemimpin Templar, yang dinamai “Imam Besar (Grand Master)”, mulai dari yang terpenting dari mereka, Jacques de Molay, dihukum mati pada tahun 1314 atas perintah Gereja dan Raja. Kebanyakan mereka dijebloskan ke dalam penjara, dan ordo tersebut tumpas dan secara resmi menghilang. Segolongan ahli sejarah cenderung melukiskan sidang pengadilan para Templar sebagai konspirasi dari Raja Prancis, dan menggambarkan para ksatria itu tak bersalah atas segala dakwaan. Tetapi, cara interpretasi ini keliru dalam beberapa segi. Nesta H. Webster, ahli sejarah Inggris terkenal dengan begitu banyak mengetahui sejarah okultisme, menganalisis berbagai aspek ini dalam bukunya, Secret Societies And Subversive Movements. (Harun Yahya. lo.cit) Menurut Webster, kecenderungan untuk melepaskan para Templar dari bid’ah yang mereka akui dalam masa pengadilan tidak tepat. Pertama, selama interogasi, walau secara umum terjadi, tidak semua Templar disiksa: Lagipula, apakah pengakuan mereka tampak seperti hasil imajinasi murni orang-orang yang disiksa? Tentunya sukar dipercaya bahwa cerita tentang upacara pembaiatan—yang disampaikan dengan rinci oleh orang-orang di berbagai negara, dituturkan dalam kalimat yang berbeda, namun semuanya saling menyerupai—merupakan karangan semata-mata. Jika para korban dipaksa untuk mengarang-ngarang, cerita mereka tentu akan saling bertentangan; segala macam ritus liar dan fantastis diteriakkan dengan penuh kesakitan untuk memenuhi tuntutan interogator mereka. Tetapi sebaliknya, masing-masing tampak seperti mendeskripsikan upacara yang sama, baik lengkap maupun tidak, dengan sentuhan personal si pembicara, dan pada dasarnya semua cerita tersebut cocok. (Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924) Sidang pengadilan Templar berakhir dengan memutuskan di bubarkan, walaupun keputusna itu sudah diambil akan tetapi ordo templar tersebut tidak benar-benar bubar, mereka masih bekerja dalam berbagai cara termasuk gabung dalam beberapa anggota CIA Amerika Serikat, ordo templar yang tergabung dalam CIA ini adalah ordo yang lolos dalam pengejaran pada tahun 1307 yang kemudian mereka melahirkan beberapa generasi baik pemikir maupun gerakan sosial dengan fungsi dan peran untuk memainan isu-isu dunia.
Menurut harun Yahya dalam berbagai tulisannya yang mendokumentasikan sejarah, sejumlah besar mereka berlindung di satu-satunya kerajaan di Eropa yang tidak mengakui kekuasaan Gereja Katolik di abad keempat belas, yaitu Skotlandia. Di sana, mereka menyusun kekuatan kembali di bawah perlindungan Raja Skotlandia, Robert the Bruce. Tak lama kemudian, mereka menemukan penyamaran yang tepat untuk melanjutkan gerakan rahasia mereka: mereka menyusup ke dalam gilda (serikat sekerja) terpenting di Kepulauan Inggris abad pertengahan—loge (pemondokan) para tukang batu, dan segera, mereka menguasai loge-loge ini sepenuhnya. Loge para tukang batu berganti nama pada awal era modern, dengan “Loge masonik”. Ritus Skot merupakan cabang Masonry tertua, dan berasal mula di awal abad keempat belas, dari para Templar yang berlindung di Skotlandia. Dan, nama-nama yang diberikan kepada tingkat tertinggi dalam Ritus Skot adalah gelar-gelar yang diberikan kepada para ksatria dalam ordo Templar berabad-abad sebelumnya, pendeknya, para Templar tidak tertumpas. Mestilah ada sesuatu yang menuntun para Templar, walau pada faktanya mereka sebelumnya adalah pengikut Kristen dan datang dari bagian dunia Kristen, untuk mengadopsi suatu sistem keimanan dan filsafat yang sepenuhnya berbeda dari agama Kristen, merayakan misa-misa bid’ah, dan melakukan berbagai upacara sihir. Menurut pandangan umum dari banyak peneliti, “sesuatu” itu adalah Kabbalah (Qabbala). Arti kata Kaballah adalah “tradisi lisan”. Berbagai ensiklopedia dan kamus mendefinisikannya sebagai suatu cabang mistik agama Yahudi dan hanya dipahami sedikit orang. Menurut definisi ini, Kabbalah mempelajari arti tersembunyi dari Taurat dan naskah agama Yahudi. Tetapi, ketika kita mengkaji masalah ini lebih dekat, kita menemukan berbagai faktanya adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Fakta-fakta ini membawa kita kepada kesimpulan bahwa Kabbalah adalah suatu sistem yang berakar kepada penyembahan dan pemujaan berhala; bahwa ia ada sebelum Taurat, dan menjadi tersebar luas bersama agama Yahudi setelah Taurat diturunkan. Fakta yang menarik tentang Kabbalah ini dijelaskan oleh sumber yang sama menariknya. Murat Ozgen, seorang Freemason Turki, menulis sebagai berikut ini di dalam bukunya, Masonluk Nedir ver Nasildir ? (Apa dan Seperti Apa Freemasonry Itu?): Kita tidak mengetahui dengan jelas dari mana Kabbalah datang atau bagaimana ia berkembang. Ia adalah nama umum untuk sebuah filsafat yang unik, berbentuk metafisik, esoterik, dan mistik, yang terutama berhubungan dengan agama Yahudi. Ia diterima sebagai ilmu kebatinan Yahudi, tetapi sebagian elemen yang dikandungnya menunjukkan bahwa ia terbentuk jauh lebih dahulu dari Taurat. Ahli sejarah Prancis, Gougenot des Mousseaux, menjelaskan bahwa Kabbalah memang jauh lebih tua daripada agama Yahudi. Ahli sejarah Yahudi, Theodore Reinach, mengatakan bahwa Kabbalah merupakan “suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi.” Solomon Reinach mendefinisikan Kabbalah sebagai “salah satu penyimpangan pikiran manusia yang terburuk”. Alasan Reinach menyatakan Kabbalah sebagai “salah satu penyimpangan pikiran manusia yang terburuk” adalah karena doktrinnya sebagian besar berhubungan dengan ilmu sihir. Selama ribuan tahun, Kabbalah telah menjadi salah satu batu pondasi bagi setiap jenis upacara sihir. Para rabbi yang mempelajari Kabbalah dipercaya memiliki kekuatan gaib yang besar. Juga, banyak non-Yahudi yang telah terpengaruh dengan Kabbalah, dan mencoba memraktikkan ilmu sihir dengan menggunakan doktrin-doktrinnya. Kecenderungan esoterik yang terjadi di Eropa selama akhir Abad Pertengahan, khususnya sebagaimana yang dipraktikkan oleh para ahli alkimia, sangat banyak yang berakar dari Kabbalah. Hal ini sungguh aneh, jika kita memandang Yahudi sebagai sebuah agama Monoteistik, yang diawali dengan turunnya Taurat kepada Musa a.s. Kenyataannya, di dalam agama ini ada sebentuk sistem yang disebut Kabbalah, yang mengadopsi praktik-praktik dasar sihir yang dilarang oleh agama. Hal ini memperkuat apa yang telah disebutkan sebelumnya, dan menunjukkan bahwa Kabbalah sebenarnya merupakan elemen yang menyusup ke dalam agama Yahudi dari luar. Tetapi, apa sumber dari elemen ini? Ahli sejarah Yahudi Fabre d'Olivet menyebutkan bahwa Kabbalah berasal dari Mesir Kuno. Menurut penulis ini, Kabbalah mengakar hingga ke Mesir Kuno. Kabbalah merupakan suatu tradisi yang dipelajari oleh sebagian pemimpin Bani Israil di Mesir Kuno, dan diteruskan sebagai tradisi dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Karena itulah, kita harus menengok ke Mesir Kuno untuk menemukan sumber utama dari rantai Kabbalah-Templar- Freemasonry ini. (Harun Yahya. lo.cit)

Keluaran adalah judul kitab kedua dari Taurat. Kitab ini menceritakan bagaimana bani Israil, di bawah pimpinan Musa, meninggalkan Mesir dan melarikan diri dari kekejaman Fir’aun. Fir’aun memperbudak bani Israil dan tidak mau membebaskan mereka. Tetapi, ketika berhadapan dengan mukjizat yang ditunjukkan Allah melalui Musa, dan berbagai bencana ditimpakan kepada rakyatnya, Fir’aun melunak. Maka, suatu malam bani Israil berkumpul, dan memulai migrasi mereka keluar dari Mesir. Kemudian, Fir’aun menyerang bani Israil, tetapi Tuhan menyelamatkan mereka dengan mukjizat selanjutnya melalui Musa. Tetapi, di dalam Al Quran lah kita menemukan kisah yang paling akurat tentang eksodus dari Mesir, karena Taurat telah mengalami banyak perubahan teks dari apa yang asalnya diturunkan kepada Musa. Sebuah bukti penting tentang ini adalah bahwa isi kelima kitab Taurat—Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan—banyak yang saling bertentangan. Fakta bahwa kitab Ulangan ditutup dengan kisah kematian dan penguburan Musa merupakan bukti yang tak dapat disangkal bahwa bagian ini sudah pasti ditambahkan setelah kematian Musa. Di dalam Al Quran, pada pengisahan tentang keluarnya bani Israil dari Mesir, sebagaimana juga pada semua kisah lain yang berhubungan dengannya, tidak ada sedikit pun pertentangan; kisah tersebut diceritakan kembali dengan jelas. Bahkan, seperti pada kisah-kisah lain, Allah mengungkapkan banyak kebijaksanaan dan rahasia di dalamnya. Karena itulah, ketika kita mengkaji kisah-kisah ini dengan cermat, kita dapat menarik banyak pelajaran dari mereka. Di dalam buku mereka, The Hiram Key, penulis Mason berkebangsaan Inggris, Christopher Knight dan Robert Lomas, berpendapat bahwa Mesir Kuno memiliki posisi penting dipandang dari segi asal usul Masonry. Menurut kedua penulis ini, gagasan terpenting yang telah mencapai Masonry modern dari Mesir Kuno adalah tentang alam semesta yang ada oleh dan dari dirinya sendiri, lalu berkembang melalui kebetulan. Mereka menjelaskan gagasan yang menarik ini dengan kata-kata berikut: Orang Mesir percaya bahwa materi selalu ada; mereka menganggap tidak logis pendapat tentang sebentuk tuhan yang membuat sesuatu dari ketiadaan mutlak. Mereka berpandangan bahwa permulaan dunia adalah ketika keteraturan muncul dari kekacauan, dan semenjak itu terjadi pertarungan antara kekuatan pengaturan dan kekacauan… keadaan kacau ini dinamai Nun, dan seperti penggambaran orang Sumeria, yang ada hanyalah adalah sebuah jurang dalam, berair, gelap tanpa cahaya matahari yang padanya terdapat suatu kekuatan, daya penciptaan yang memerintahkan keteraturan bermula. Kekuatan laten di dalam zat kekacauan ini tidak mengetahui keberadaan dirinya; ia adalah suatu kemungkinan, sebuah potensi yang berjalin di dalam acaknya ketidakteraturan. Akan teramati bahwa kepercayaan yang dideskripsi di atas selaras dengan apa yang menjadi pendirian materialis masa kini, yang didukung oleh agenda komunitas ilmiah dengan berbagai istilah seperti “teori evolusi”, “teori chaos”, dan “pengaturan esensial dari materi”. Knight dan Lomas meneruskan pembahasan terdahulu dengan mengutarakan: Yang menakjubkan, penggambaran tentang penciptaan ini dengan sempurna mendeskripsikan pandangan yang dipegang oleh sains modern, terutama “teori chaos” yang telah menunjukkan berbagai desain ruwet yang berkembang dan berulang secara matematis di dalam peristiwa-peristiwa sama sekali tak terstruktur. Knight dan Lomas mengklaim bahwa terdapat keselarasan antara kepercayaan Mesir Kuno dengan sains modern, tetapi apa yang mereka maksudkan dengan sains modern, sebagaimana telah kami tekankan, adalah konsep-konsep materialis seperti teori evolusi dan teori chaos. Walau pada kenyataannya teori-teori ini tidak memiliki dasar ilmiah, mereka telah dipaksakan pada bidang sains selama dua abad lalu, dan ditampilkan seakan memiliki kelayakan ilmiah. (Ibid Harun Yahya).
Allah mengungkapkan di dalam Al Quran bahwa Taurat adalah sebuah kitab suci yang diturunkan sebagai cahaya bagi manusia: Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. Al Maidah, 5: 44) Karenanya, Taurat, seperti Al Quran, adalah sebuah kitab yang berisi ilmu dan perintah yang berhubungan dengan topik-topik seperti keberadaan Allah, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan makhluk lainnya, tujuan penciptaan manusia, dan hukum-hukum moral Allah bagi manusia. (Namun, sekarang Taurat asli ini tidak ada lagi. Yang kita dapati sekarang adalah versi Taurat yang telah “diubah-ubah” oleh tangan manusia). Ada sebuah poin penting yang sama dimiliki Taurat yang asli dan Al Quran: Allah merupakan sang Pencipta. Allah itu mutlak, dan telah ada sejak waktu bermula. Segala sesuatu selain Allah adalah ciptaan-Nya, yang diciptakan-Nya dari ketiadaan. Dia telah menciptakan dan membentuk seluruh alam semesta, benda-benda langit, materi-materi tak hidup, manusia, dan semua makhluk hidup. Allah itu Maha Esa; Dia ada dengan sendirinya. Berlawanan dengan kebenaran ini, terdapat penafsiran yang sangat berbeda di dalam Kabbalah, yakni "suatu racun teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." Doktrinnya tentang Tuhan sepenuhnya bertentangan dengan “fakta penciptaan”, yang terdapat di dalam Taurat yang asli dan Al Quran. Dalam salah satu karyanya tentang Kabbalah, peneliti Amerika, Lance S. Owens, mengemukakan pendapatnya tentang kemungkinan asal usul doktrin ini: Pengalaman kabbalistik menimbulkan beberapa pemahaman tentang Tuhan, yang kebanyakan menyimpang dari pandangan ortodoks. Prinsip paling inti dari kepercayaan bani Israil adalah persaksian bahwa “Tuhan kami satu”. Tetapi Kabbalah menyatakan bahwa sementara Tuhan ada dalam bentuk tertinggi sebagai suatu keesaan yang sepenuhnya tak terlukiskan—Kabbalah menamainya Ein Sof, yang tak berhingga—singularitas yang tak terpahami ini perlu menjelma menjadi banyak sekali bentuk ketuhanan: suatu pluralitas dari banyak Tuhan. Inilah yang oleh para pengikut Kabbalah dinamai Sefiroth, berbagai bejana atau wajah Tuhan. Para pengikut Kabbalah mencurahkan banyak meditasi dan spekulasi kepada misteri bagaimana Tuhan turun dari keesaan yang tak terpahami kepada pluralitas. Sudah tentu, citra Tuhan berwajah banyak ini memberi ruang untuk tuduhan sebagai politeistik, sebuah serangan yang dibantah para pengikut Kabbalah dengan penuh semangat, walau tak pernah sepenuhnya berhasil. Tidak hanya Tuhan itu plural dalam teosofi Kabbalistik, tetapi sejak pemunculan pertamanya yang halus dari keesaan yang tak terpahami, Tuhan telah memiliki dwibentuk sebagai Lelaki dan Perempuan; sebentuk Ayah dan Ibu supernatural, Hokhmah dan Binah, merupakan bentuk-bentuk pemunculan Tuhan yang pertama. Para pengikut Kabbalah menggunakan metafor seksual yang terang-terangan untuk menjelaskan bagaimana persetubuhan dari Hokhmah dan Binah menghasilkan ciptaan yang lebih jauh27 Ciri yang menarik dari teologi mistis ini adalah bahwa menurutnya manusia tidaklah diciptakan, tetapi dalam suatu cara bersifat ketuhanan. Owens menguraikan mitos ini: Citra Tuhan yang kompleks juga dilukiskan oleh Kabbalah memiliki sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi Kabbalistik, Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk pola dasar pertama manusia. Manusia berbagi dengan Tuhan, baik kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak diciptakan, juga bentuk yang organik dan kompleks. Persamaan aneh tentang Adam sebagai Tuhan didukung oleh sebuah sandi Kabbalah: nilai numeris dari nama Adam dan Jehovah dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vav he) adalah sama-sama. Jadi, dalam penafsiran Kabbalah, Jehovah sama dengan Adam: Adam adalah Tuhan. Dengan penegasan ini datanglah pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan tertinggi menyerupai Tuhan.28 Teologi ini tersusun dari mitologi paganisme, dan menjadi basis bagi kemerosotan agama Yahudi. Orang Yahudi pengikut Kabbalah melanggar batas-batas akal sehat sedemikian jauh sampai-sampai mereka mencoba membuat manusia menjadi tuhan. Apalagi, menurut teologi ini, selain bersifat ketuhanan, manusia hanya terdiri dari bangsa Yahudi; suku bangsa lain tidak dipandang sebagai manusia. Akibatnya, di dalam agama Yahudi, yang awalnya didirikan berdasarkan pengabdian dan ketaatan kepada Tuhan, mulailah doktrin yang rusak ini berkembang, dengan maksud untuk memuaskan arogansi bangsa Yahudi. Walaupun sifat dasarnya bertentangan dengan Taurat, Kabbalah dimasukkan ke dalam agama Yahudi. Pada akhirnya, Kabbalah mulai merusak Taurat itu sendiri. Hal lain yang menarik tentang doktrin-doktrin Kabbalah yang rusak adalah kesamaannya dengan berbagai pemikiran pagan dari Mesir Kuno. Bangsa Mesir Kuno meyakini bahwa materi telah selalu ada; dengan kata lain, mereka menolak pemikiran bahwa diciptakan dari ketiadaan. Kabbalah menyatakan hal yang sama sehubungan dengan manusia; Kabbalah mengklaim bahwa manusia tidak diciptakan, dan mereka bertanggung jawab untuk mengatur keberadaan mereka sendiri. Untuk diungkapkan dalam istilah modern: bangsa Mesir Kuno adalah materialis, dan pada dasarnya, doktrin Kabbalah dapat dinamai humanisme sekuler. Menarik untuk dicatat bahwa kedua konsep ini—materialisme dan humanisme sekuler—menguraikan ideologi yang telah mendominasi dunia selama dua abad ke belakang.

Gerakan Masonry Bawah Tanah Di Abad Kedua Puluh

Tentunya tampak bahwa sejauh yang telah kita kaji, aktivitas kaum Mason di negara seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Rusia, jelas-jelas menunjukkan sasaran Masonry berupa revolusi sosiopolitis. Masonry hendak membangun sebuah tatanan baru di mana lembaga-lembaga keagamaan dan keyakinan religius dihapuskan, dan untuk mencapai tujuan ini mereka telah berupaya menggulingkan monarki-monarki pendukung agama. Pada banyak negara Eropa, loge-loge Masonik menjadi pusat berkumpulnya para penentang agama, di sana disusun konspirasi untuk berbagai kudeta, pemberontakan, pembunuhan, plot politis dan politik antiagama. Di balik aneka aktivitas tersebut, baik berskala kecil atau besar, yang telah berlangsung sejak Revolusi Prancis di tahun 1789 hingga abad kedua puluh, ditemukan pengaruh Masonry.

Teori Humanisme

Humanisme dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan perikemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme jauh lebih signifikan: humanisme adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep perikemanusiaan sebagai fokus dan satu-satunya tujuan. Dengan kata lain, humanisme mengajak manusia berpaling dari Tuhan yang menciptakan mereka, dan hanya mementingkan keberadaan dan identitas mereka sendiri. Kamus umum mendefinisikan humanisme sebagai "sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural mana pun". Namun, definisi paling jelas tentang humanisme dikemukakan oleh pendukungnya. Salah seorang juru bicara humanisme paling terkemuka di masa kini adalah Corliss Lamont. Dalam bukunya, Philosophy of Humanism, ia menulis: (Singkatnya) humanisme meyakini bahwa alam merupakan jumlah total dari realitas, bahwa materi-energi dan bukan pikiran yang merupakan bahan pembentuk alam semesta, dan bahwa entitas supernatural sama sekali tidak ada. Ketidaknyataan supernatural ini pada tingkat manusia berarti bahwa manusia tidak memiliki jiwa supernatural dan abadi; dan pada tingkat alam semesta sebagai keseluruhan, bahwa kosmos kita tidak memiliki Tuhan yang supernatural dan abadi. Sebagaimana dapat kita lihat, humanisme nyaris identik dengan ateisme, dan fakta ini dengan bebas diakui oleh kaum humanis. Terdapat dua manifesto penting yang diterbitkan oleh kaum humanis di abad yang lalu. Yang pertama dipublikasikan tahun 1933, dan ditandatangani oleh sebagian orang penting masa itu. Empat puluh tahun kemudian, di tahun 1973, manifesto humanis kedua dipublikasikan, menegaskan yang pertama, tetapi berisi beberapa tambahan yang berhubungan dengan berbagai perkembangan yang terjadi dalam pada itu. Ribuan pemikir, ilmuwan, penulis, dan praktisi media menandatangani manifesto kedua, yang didukung oleh Asosiasi Humanis Amerika yang masih sangat aktif. Jika kita pelajari manifesto-manifesto itu, kita menemukan satu pondasi dasar pada masing-masingnya: dogma ateis bahwa alam semesta dan manusia tidak diciptakan tetapi ada secara bebas, bahwa manusia tidak bertanggung jawab kepada otoritas lain apa pun selain dirinya, dan bahwa kepercayaan kepada Tuhan menghambat perkembangan pribadi dan masyarakat. (www.pakdenono.com)
Enam pasal dari Manifesto Humanis adalah sebagai berikut: Pertama: Humanis religius memandang alam semesta ada dengan sendirinya dan tidak diciptakan. Kedua: Humanisme percaya bahwa manusia adalah bagian dari alam dan bahwa dia muncul sebagai hasil dari proses yang berkelanjutan. Ketiga: Dengan memegang pandangan hidup organik, humanis menemukan bahwa dualisme tradisional tentang pikiran dan jasad harus ditolak. Keempat: Humanisme mengakui bahwa budaya religius dan peradaban manusia, sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh antropologi dan sejarah, merupakan produk dari suatu perkembangan bertahap karena interaksinya dengan lingkungan alam dan warisan sosialnya. Individu yang lahir di dalam suatu budaya tertentu sebagian besar dibentuk oleh budaya tersebut. Kelima: Humanisme menyatakan bahwa sifat alam semesta digambarkan oleh sains modern membuat jaminan supernatural atau kosmik apa pun bagi nilai-nilai manusia tidak dapat diterima. Keenam: Kita yakin bahwa waktu telah berlalu bagi teisme, deisme, modernisme, dan beberapa macam “pemikiran baru”. Kita melihat ekspresi dari sebuah filsafat umum yang mewujudkan dirinya di bawah nama materialisme, Darwinisme, ateisme, dan agnotisisme. Pada pasal pertama, dogma materialis tentang keberadaan abadi alam semesta dikemukakan. Pasal kedua menyatakan, sebagaimana dinyatakan teori evolusi, bahwa manusia tidak diciptakan. Pasal ketiga menyangkal keberadaan jiwa manusia dengan mengklaim bahwa manusia terbentuk dari materi. Pasal keempat mengajukan sebuah “evolusi budaya” dan menyangkal keberadaan sifat manusia yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan (sifat istimewa manusia yang diberikan pada penciptaan). Pasal kelima menolak kekuasaan Tuhan atas alam semesta dan manusia, dan yang keenam menyatakan bahwa telah tiba waktunya untuk menolak "teisme", yakni kepercayaan pada Tuhan. Akan teramati bahwa klaim-klaim ini adalah gagasan stereotip, khas dari kalangan yang memusuhi agama sejati. Alasannya adalah bahwa humanisme adalah pondasi utama dari perasaan antiagama. Ini karena humanisme adalah ekspresi dari “manusia merasa bahwa dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)”, yang merupakan dasar utama bagi pengingkaran terhadap Tuhan, sepanjang sejarah. Dalam salah satu ayat Al Quran, Allah berfirman: Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban) ? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah) yang berbuat demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati ? (QS. Al Qiyaamah, 75: 36-40). Allah berfirman bahwa manusia tidak akan “dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)”, dan segera mengingatkan bahwa mereka adalah ciptaan-Nya. Sebab, begitu menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan Allah, seseorang akan memahami bahwa dia bukannya “tanpa pertanggungjawaban”, tetapi bertanggung jawab kepada Allah. Karena inilah, klaim bahwa manusia tidak diciptakan telah menjadi doktrin dasar filsafat humanis. Dua pasal pertama dari Manifesto Humanis pertama mengungkapkan doktrin ini. Lebih jauh lagi, kaum humanis berpendapat bahwa sains mendukung klaim ini. Namun, mereka keliru. Sejak Manifesto Humanis pertama dipublikasikan, kedua premis yang dikemukakan kaum humanis sebagai fakta ilmiah tentang gagasan bahwa alam semesta abadi dan teori evolusi, telah runtuh: pertama; Gagasan bahwa alam semesta adalah abadi digugurkan oleh serangkaian penemuan astronomis yang dilakukan ketika Manifesto Humanis pertama tengah ditulis. Penemuan seperti fakta bahwa alam semesta tengah berkembang, dari radiasi latar kosmis dan kalkulasi rasio hidrogen atas helium, telah menunjukkan bahwa alam semesta memiliki permulaan, dan muncul dari ketiadaan sekitar 15-17 miliar tahun yang lalu dalam sebuah ledakan yang dinamai "Dentuman Besar". Walaupun mereka yang mendukung filsafat humanis dan materialis tidak rela menerima teori Dentuman Besar, mereka akhirnya dikalahkan. Sebagai hasil dari bukti ilmiah yang telah diketahui, komunitas ilmiah akhirnya menerima teori Dentuman Besar, yakni bahwa alam semesta memiliki permulaan, dan karenanya kaum humanisme tidak dapat membantah lagi. Demikianlah pemikir ateis Anthony Flew terpaksa mengakui: karenanya saya mulai mengakui bahwa ateis Stratonisian telah dipermalukan oleh konsensus kosmologis kontemporer. Karena tampaknya para ahli kosmologi memberikan bukti ilmiah tentang apa yang oleh menurut St. Thomas tak dapat dibuktikan secara filosofis; yakni bahwa alam semesta memiliki permulaan. Kedua; Teori evolusi, pembenaran ilmiah terpenting di balik Manifesto Humanis pertama, mulai kehilangan pijakan satu dekade setelah Manifesto itu ditulis. (www.pakdenono.com)
Saat ini diketahui bahwa skenario yang dikemukakan sebagai asal usul kehidupan oleh kaum evolusionis ateis (dan tak diragukan, humanis), seperti oleh A.I. Oparin dan J.B.S. Haldane pada tahun 1930, tidak memiliki keabsahan ilmiah; makhluk hidup tidak dapat diturunkan secara spontan dari materi tak-hidup sebagaimana diajukan oleh skenario ini. Catatan fosil menunjukkan bahwa makhluk hidup tidak berkembang melalui sebuah proses perubahan kecil yang kumulatif, tetapi muncul secara tiba-tiba dengan berbagai karakteristik yang berbeda, dan fakta ini telah diterima oleh para ahli paleontologi evolusionis sendiri sejak 1970-an. Biologi modern telah menunjukkan bahwa makhluk hidup bukanlah hasil dari kebetulan dan hukum alam, tetapi bahwa pada setiap sistem kompleks dari organisme yang menunjukkan sebuah perancangan cerdas terdapat bukti bagi penciptaan. Lebih-lebih lagi, klaim keliru bahwa keyakinan religius merupakan faktor yang menghambat manusia dari perkembangan dan membawanya kepada konflik telah digugurkan oleh pengalaman sejarah. Kaum humanis telah mengklaim bahwa penyingkiran kepercayaan religius akan membuat manusia bahagia dan tenteram, namun, yang terbukti justru sebaliknya. Enam tahun setelah Manifesto Humanis dipublikasikan, Perang Dunia II meletus, sebuah catatan malapetaka yang dibawa ke dunia oleh ideologi fasis yang sekuler. Ideologi humanis lainnya, komunisme, mendatangkan kekejaman yang tak terperi, pertama terhadap bangsa Uni Soviet, kemudian Cina, Kamboja, Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan berbagai negara Afrika dan Amerika Latin. Sebanyak 120 juta manusia terbunuh oleh rezim atau organisasi komunis. Juga telah jelas bahwa merek humanisme Barat (sistem kapitalis) tidak berhasil membawa kedamaian dan kebahagiaan kepada masyarakat mereka sendiri ataupun kepada wilayah-wilayah lain di dunia. Keruntuhan argumen humanisme tentang agama juga telah tampak pada lapangan psikologi. Mitos Freudian, sebuah batu pijakan dari dogma ateis semenjak awal abad kedua puluh, telah digugurkan oleh data empiris. Patrick Glynn, dari Universitas George Washington, menerangkan fakta ini di dalam bukunya yang berjudul God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World: Seperempat abad terakhir dari abad kedua puluh tidaklah ramah terhadap pandangan psikoanalitik. Yang paling signifikan adalah ditemukannya bahwa pandangan Freud tentang agama (belum lagi sekumpulan besar masalah lain) adalah benar-benar keliru. Yang cukup ironis, riset ilmiah dalam psikologi selama dua puluh lima tahun terakhir telah menunjukkan bahwa, jauh dari sebagai penyakit saraf atau sumber dari neuroses sebagaimana dinyatakan Freud dan murid-muridnya, keyakinan agama adalah salah satu kolerasi yang paling konsisten dari kesehatan mental dan kebahagiaan yang menyeluruh. Kajian demi kajian telah menunjukkan hubungan kuat antara keyakinan dan praktik agama di satu sisi, dan tingkah laku yang sehat sehubungan dengan masalah-masalah seperti bunuh diri, penyalahgunaan alkohol dan obat terlarang, perceraian, depresi, bahkan mungkin mengejutkan, tingkat kepuasan seksual di dalam perkawinan, di sisi lain. (www.pakdenono.com)

Kelahiran humanisme justru dari dalam kabbalah itu sendiri sebagai sebuah doktrin yang berasal dari Mesir Kuno, lalu masuk dan mencemari agama yang diturunkan Allah kepada bani Israil. Humanisme ini juga berlandaskan pada cara berpikir sesat, yang menganggap manusia sebagai makhluk agung yang tidak diciptakan oleh Tuhan dan telah ada tanpa permulaan. Humanisme memasuki Eropa dari kabbala yang kemudian kabbala juga tidak konsisten terhadap apa yang mereka yakini, oleh karena saat itu untuk mendapat ruang dan memperluas kawasan kekuasaan kabbala dengan terpaksa harus mengikuti keyakinan agama kristiani dengan syarat menyebarkan paham humanisme. Pada abad 15 teori humanisme mulai memperlihatkan geliatnya untuk memberikan ruang yang abstrak dalam pandangan semua orang tentang kekejaman mereka sebelumnya dalam kancah pemikiran Eropa. Hubungan humanisme dan Kabbalah bercita-cita melepaskan diri dari kendali yang menyeluruh dari tatanan kekuasaan dan bersifat rahasia. Namun di samping kerahasiaan, kelompok-kelompok humanis ini ditandai oleh dua ciri utama. Pertama, mereka memberontak terhadap penafsiran tradisional tentang Injil sebagaimana dipertahankan oleh otoritas gereja dan sipil, serta menentang pilar-pilar filosofis dan teologis yang dikeluarkan oleh gereja bagi kehidupan sipil dan politis. Dengan sikap permusuhan seperti itu, tidak mengagetkan jika kelompok-kelompok ini memunyai konsepsi sendiri tentang pesan orisinil dari Injil dan wahyu Tuhan. Mereka mengunci diri di dalam apa yang mereka sebut sebagai bentuk pengetahuan yang sangat rahasia, sebuah gnosis, yang sebagiannya mereka landaskan pada rantai kepemujaan dan klenik yang berasal dari Afrika Utara khususnya Mesir dan, sebagiannya, Kabbalah Yahudi yang klasik itu. Kaum humanis Italia membuang bagian dari gagasan Kabbalah nyaris tanpa dikenali. Mereka merekonstruksi konsep gnosis, dan memindahkannya ke latar duniawi yang sepenuhnya ini. Gnosis khusus yang mereka cari adalah suatu pengetahuan rahasia tentang bagaimana menguasai kekuatan alam yang buta untuk tujuan sosio-politis. Pendeknya, masyarakat humanis yang terbentuk pada masa itu ingin menggantikan budaya Katolik Eropa dengan sebuah budaya baru yang berakar pada Kabbalah. Mereka bermaksud menciptakan perubahan sosiopolitis untuk mewujudkannya. Prof. Martin menulis: Para calon anggota persekutuan humanis awal ini adalah pengikut Kuasa Agung Arsitek Kosmos yang Agung yang mereka representasikan dalam bentuk Tetragrammaton Sakral. Menarik sekali bahwa kaum humanis menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta”, sebuah istilah yang masih digunakan oleh kaum Mason saat ini. Ini menunjukkan bahwa pastilah terdapat hubungan antara kaum humanis dan Mason. Prof. Martin menulis: Sementara, di daerah utara lainnya, berlangsung sebuah persatuan yang jauh lebih penting dengan para humanis. Sebuah persatuan yang tak diduga siapa pun. Di tahun 1300-an, selama masa persekutuan pengikut kaballah dan humanis mulai menemukan bentuknya, telah ada terlebih dahulu terutama di Inggris, Skotlandia, dan Prancis berbagai gilda manusia abad pertengahan. Tidak seorang pun yang hidup di tahun 1300-an dapat memperkirakan penggabungan pemikiran antara gilda-gilda freemasonry dan kaum humanis Italia. Freemasonry baru bergeser dari semua kesetiaan kepada agama Kristen gereja Romawi. Sebagaimana pada para humanis klenik Italia, kerahasiaan yang dijamin oleh tradisi Loge sangat penting dalam keadaan tersebut. Namun selain kerahasiaan, kedua kelompok memiliki kesamaan yang lebih banyak lagi. Dari berbagai tulisan dan catatan Masonry yang spekulatif, jelaslah bahwa ajaran keagamaan pusat menjadi kepercayaan kepada Arsitek Agung Alam Semesta suatu sosok yang sekarang akrab dari pengaruh para humanis Italia. Arsitek Agung ada dan menjadi bagian penting dari materi kosmos, sebuah hasil dari pemikiran yang “tercerahkan.” Tidak ada dasar konseptual yang dapat menghubungkan keyakinan seperti ini dengan agama Kristen. Belum lagi semua gagasan seperti dosa, Neraka sebagai hukuman dan Surga sebagai ganjaran, dan Pengorbanan abadi dari Misa, santo dan malaikat, pendeta dan paus. (Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522 di publikasikan oleh www.pakdenono.com).

Singkatnya, di Eropa abad keempat belas, sebuah organisasi humanis dan Masonik lahir dengan mengakar kepada Kabbalah. Dan bagi organisasi ini memandang Tuhan itu adalah materialisme, bukanlah memandang Tuhan seperti pandangan umat Islam. Dengan kata lain, organisasi ini menolak Tuhan melalui konsep “Arsitektur Agung Alam Semesta” menerima alam materi sebagai suatu bentuk ketuhanan mereka. Salah satu pengikut Mason Turki adalah seorang Selami Isindag mengarang buku berjudul Masonluktan Esinlenmeler mengungkapkan bahwa: Konsep Tuhan dalam Masonry adalah sebuah prinsip agung, Ia berada pada puncak evolusi, dengan mengkritisi keberadaan di dalam diri kita, mengenal diri kita, dan secara sengaja menempuh jalan sains, kecerdasan, dan kebajikan, kita dapat mengurangi sudut antara ia dan diri kita. Kemudian, Tuhan memiliki ciri-ciri baik dan buruk dari manusia, Ia tidak mewujud sebagai pribadi. Ia tidak dipandang sebagai tuntunan alam dan umat manusia. Ia adalah arsitek dari karya agung alam semesta, kesatuan dan keselarasannya. Ia adalah totalitas dari semua makhluk di alam semesta, sebuah kekuatan total yang mencakup segala sesuatu, dan energi. Walau begitu, tidak dapat dianggap bahwa ia adalah suatu permulaan sebuah misteri besar. (Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 73). Kalau yang dimaksud seperti itu, maka mereka dapat disimpulkan bahwa memang teori humanisme, marxisme, illuminatif dan freemasonry menyebut tentang “Arsitek Agung Alam Semesta”, maka mereka adalah menyembah alam semesta sebagai Tuhannya, bagi mereka menyembah alam merupakan bentuk pertangungjawaban mereka atas pikiran atau tindakannya. Prinsip dan doktrin Masonry adalah fakta-fakta ilmiah yang berdasarkan kepada sains dan kecerdasan. Selebihnya bagi mereka adalah bahwa menganggap Tuhan merupakan sebuah evolusi unsur-unsur kekuatan alam sebagai realitas absolut dalam proses evolusi itu sendiri dan energi yang mencakupnya.
Majalah Mimar Sinan, sebuah organisasi penerbitan khusus bagi kaum Freemason Turki juga memberikan pernyataan tentang filsafat Masonik yang sama: Arsitek Agung Alam Semesta adalah kecenderungan menuju keabadian. Ia adalah jalan masuk ke keabadian. Bagi kami, ia adalah suatu pendekatan. Ia menuntut pencarian tanpa henti terhadap kesempur-naan mutlak di keabadian. Ia membuat jarak antara saat sekarang dan Freemason yang berpikir, atau, kesadaran. (Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45), Inilah kepercayaan yang dimaksudkan para Mason ketika berujar, "kami memercayai Tuhan, kami sama sekali tidak menerima ateis di sekitar kami." Bukannya Tuhan yang disembah para Mason, namun konsep-konsep naturalis dan humanis semacam alam, evolusi, dan kemanusiaan yang dituhankan oleh filosofi mereka. Jika kita sekilas mengamati literatur Masonik, kita dapat mulai melihat bahwa organisasi ini tidak lebih dari humanisme yang terorganisasi, juga memahami bahwa sasarannya adalah untuk menciptakan sebuah tatanan humanis sekuler di seluruh penjuru dunia. Berbagai gagasan ini lahir di antara kalangan humanis dari Eropa abad keempat belas; sementara para Mason saat ini masih mengajukan dan membelanya. Humanisme telah memalingkan wajahnya dari Pencipta umat manusia dan menerima manusia sebagai “bentuk tertinggi dari keberadaan di alam semesta”. Nyatanya, ini bermakna penyembahan terhadap manusia. Keyakinan tidak rasional ini, yang diawali dengan kaum humanis pengikut Kabbalah di abad keempat belas dan kelima belas, berlanjut hari ini dengan Masonry modern. Gereja memandang ini sebagai gagasan bid’ah dan tidak pelak lagi adalah penyembahan terhadap manusia. Memang, ini merupakan gagasan bidah karena tidak ada sesuatu pun yang patut dimuliakan selain Allah, Manusia hanyalah ciptaan-Nya. Dewasa ini, kaum Mason memroklamirkan pemikiran bid’ah Mirandola tentang penyembahan manusia secara jauh lebih terbuka. Pada sebuah buku kecil Masonik dikatakan: Masyarakat-masyarakat primitif dahulu lemah, dan karena kelemahan ini, mereka menuhankan kekuatan dan fenomena di sekitar mereka. Namun Masonry menuhankan manusia saja. Artinya, menurut kepercayaan palsu Masonry, manusia adalah tuhan, namun hanya pemimpin agung yang mencapai kesempurnaan ketuhanan. Agar menjadi seorang pemimpin agung adalah dengan menolak sepenuhnya keimanan pada Tuhan dan fakta bahwa manusia adalah abdi-Nya. Satu-satunya Tuhan yang diterima Freemasonry adalah kemanusiaan sempurna karena kemanusiaan adalah satu-satunya tuhan. Jelaslah bahwa Masonry adalah suatu bentuk agama. Namun, agama di sini tidaklah Monoteistik; melainkan suatu agama humanis yang keliru. Ia mencakup penyembahan atas manusia, bukan Tuhan. Mereka selalu menyatakan bahwa cita-cita tinggi Masonry terletak pada doktrin 'Humanisme'. Terbitan Turki lainnya menerangkan bahwa humanisme adalah sebuah agama: Sama sekali bukan upacara kering dari dogma-dogma keagamaan, melainkan sebuah agama yang murni. Humanisme hidup mengakar, akan memenuhi kerinduan yang tidak disadari kaum muda. (Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference), Istanbul, 1973, hal. 46, di kutif dari harun Yahya www.pakdenono.com).
Selain itu juga kaum masonry memainkan peran dengan mengajukan wacana dan bahasa harus ada gerakan “moral humanis Tanpa Agama”. Yang paling berbahaya dari turunan teori Humanis ini adalah “Gerakan Moral Humanis”. Herakan ini di pelopori oleh sebagian besar kaum Masonry, dengan metode memperkenalkan teori ini melalui banyak saluran dan jaringan para politisi negara, internet, konferensi pers, iklan koran dan pernyataannya, mereka berkomentar dan kebanyakan tulisannya memperlihatkan sebuah wajah yang manis dan penawaran akan pengabdian dirinya untuk kebaikan masyarakat melalui berbagai lembaga donor keuangan internasional. Studi kasus pada beberapa negara terdapat organisasi-organisasi amal yang didukung oleh kaum Mason internasional. Memang mereka bekerja untuk kebaikan masyarakat, namun di balik klaim mereka terdapat sebuah pesan yang memerdaya masyarakat. Kaum Mason mengklaim bahwa moralitas dapat terwujud tanpa agama, dan dunia yang bermoral dapat dibina tanpa agama. Pada situs internet milik Mason, kemungkinan “moralitas tanpa agama” dijelaskan sebagai berikut: apakah manusia itu ? dari mana ia datang dan ke mana ia menuju ?, bagaimana seseorang hidup ? bagaimana ia seharusnya hidup ? agama-agama mencoba menjawab aneka pertanyaan ini dengan bantuan prinsip-prinsip moral yang mereka pegang. Namun mereka menghubungkan prinsipnya dengan konsep metafisis seperti Tuhan, surga, neraka, ibadah dan mereka membelokkan wacana tersebut menjadi pandangan kearah filsafat materialisme. Freemasonry telah menyatakan prinsip ini selama berabad-abad sebagai kemerdekaan, kesetaraan, persaudaraan, kecintaan terhadap kerja dan perdamaian, demokrasi, dan seterusnya. Semua ini membebaskan manusia sepenuhnya dari berbagai kredo agama namun tetap memberikan sebuah prinsip hidup. Mereka mencari landasan-landasan mereka tidak pada konsep-konsep metafisis tetapi di dalam diri seorang manusia dewasa yang hidup di bumi ini. (www.pakdenono.com). Kaum Mason yang berpikir seperti ini sepenuhnya bertolak belakang dari manusia yang beriman kepada Tuhan dan beramal saleh untuk menggapai ridha-Nya. Namun sebenarnya, moralitas tanpa agama tidak lebih dari retorika pura-pura. Sejarah telah membuktikan bahwa, tanpa disiplin diri yang diberikan agama atas jiwa manusia, dan tanpa hukum tuhan, moralitas sejati tidak dapat dibangun dengan cara apa pun juga, contohnya revolusi prancis tahun 1789 kaum Mason yang menggerakkan revolusi tersebut, maju dengan slogan-slogan yang meneriakkan cita-cita moral berupa “kemerdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan”. Namun, ratusan ribu orang yang tak bersalah dikirim ke negeri berkubang darah.
Pada abad kesembilan belas, sosialisme lahir dari gagasan tentang kemungkinan moralitas tanpa agama, dan membawa malapetaka yang jauh lebih dahsyat. Sosialisme menurut dugaan menuntut sebuah masyarakat yang sama rata, adil, tanpa eksploitasi dan, pada akhirnya, mengajukan penghapusan agama. Namun, pada abad kedua puluh, ia membawa manusia kepada kesengsaraan yang mengerikan di tempat-tempat seperti Uni Soviet, Blok Timur, China, Indochina, beberapa negara di Afrika dan Amerika Tengah. Rezim-rezim komunis membunuh tak terhitung banyaknya manusia; jumlah totalnya mendekati 120 juta jiwa. Apalagi, berlawanan dengan apa yang diklaimkan, keadilan dan kesetaraan tidak pernah terwujud di rezim komunis mana pun; para pemimpin komunis yang bertanggung jawab atas negara terdiri dari segolongan kaum elit. Dalam buku klasiknya, The New Class, pemikir Yugoslavia Milovan Djilas, menjelaskan bahwa para pemimpin komunis, yang dikenal sebagai “nomenklatur” membentuk sebuah “golongan dengan hak-hak istimewa” yang bertentangan dengan klaim-klaim sosialisme. Begitu pula di masa kini, ketika kita mengamati Masonry itu sendiri, yang terus-menerus menegaskan cita-citanya tentang “pelayanan masyarakat” dan “pengorbanan untuk kemanusiaan”. Pada skandal Loge Masonik di Italia pada tahun 1980, bahwa Masonry menjalin hubungan erat dengan mafia, dan para direktur “loge” terlibat dalam aktivitas penyelundupan senjata, perdagangan obat terlarang dan pencucian uang. Pada “Skandal Loge Timur Raya” di Prancis pada tahun 1992, dan pada operasi “Tangan Bersih” di Inggris, yang dilaporkan oleh pers Inggris pada tahun 1995, aktivitas-aktivitas loge Masonik demi kepentingan keuntungan ilegal menjadi jelas. Gagasan kaum Mason tentang “moralitas humanis” hanyalah kepura-puraan. Terjadinya hal semacam itu tak terhindarkan, karena, sebagaimana disebutkan di awal, moralitas hanya terbina di masyarakat berdisiplin agama. Pada landasan moralitas tiada arogansi dan egoisme, dan satu-satunya yang dapat mewujudkan keadaan ini adalah mereka yang menyadari tanggung jawab mereka terhadap Tuhan. (Ibid Harun Yahya; www.pakdenono.com) Di dalam Al Quran, setelah Allah menceritakan tentang pengorbanan diri orang beriman, Dia memerintahkan, “Dan barang siapa yang terpelihara dari sipat kikir, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (QS. Al Hasyr [59] : 9) Inilah landasan sejati bagi moralitas. Dalam Al Quran ciri moralitas orang mukmin sejati digambarkan sebagai berikut: ”Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal." Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian. Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (QS. Al Furqan [25] : 63-73) Jadi, tugas utama orang-orang mukmin adalah beribadah kepada Allah dengan merendah, “untuk tidak berpaling, seakan mereka tuli dan buta tatkala diingatkan akan tanda-tanda-Nya”. Oleh karena tugas ini, seseorang selamat dari egoisme, nafsu keduniaan, ambisi, dan keinginan untuk menjadikan dirinya seperti orang lain. Jenis moralitas yang disebutkan pada ayat-ayat di atas hanya dapat dicapai dengan cara bahwa kita harus berislam dengan baik. Sebenarnya, tujuan utama dari filosofi moral humanis-sekuler Masonry adalah, bukannya untuk membangun sebuah dunia yang bermoral, tetapi membangun sebuah dunia sekuler. Dengan kata lain, kaum Mason tidak mendukung filosofi humanisme karena mereka mengakui amat pentingnya moralitas, namun hanya untuk menyampaikan kepada masyarakat gagasan bahwa agama tidak penting.
Filosofi humanis, yang dipandang tinggi oleh kaum Mason berlandaskan pada penolakan keimanan kepada Tuhan, dan penyembahan manusia, atau pemujaan ”kemanusiaan” sebagai pengganti-Nya. Tujuan organisasi ini adalah untuk menyebarkan filosofi humanis ke seluruh penjuru dunia, dan menyingkirkan agama-agama Monoteistik (Islam, Kristen, dan Yahudi). Selami Isindag, menulis: ”menurut Masonry, untuk menyelamatkan kemanusiaan dari moralitas supranatural yang berdasarkan sumber-sumber agamis, perlu dikembangkan moralitas yang berdasarkan cinta kepada kemanusiaan yang tidak relatif. Di dalam prinsip-prinsip moral tradisionalnya, Masonry telah memperhitungkan berbagai kecenderungan organisme manusia, kebutuhan, hati nurani, kebebasannya untuk berpikir dan berbicara, serta pada akhirnya, semua hal yang terlibat dalam pembentukan hidup secara alamiah. Oleh karena itu, tujuannya adalah untuk membentuk dan mendorong berkembangnya moralitas manusia di dalam semua masyarakat. Yang dimaksudkan menyelamatkan umat manusia dari sebuah moralitas yang berdasarkan pada sumber-sumber agamis adalah pengasingan semua orang dari agama. Dan menjelaskan tujuan iprinsipnya untuk pembentukan sebuah peradaban yang maju: prinsip positif Masonry adalah: Pengakuan bahwa Tuhan yang impersonal (Arsitek Agung Alam Semesta) adalah evolusi itu sendiri; Penolakan terhadap kepercayaan akan wahyu, kebatinan, dan keyakinan-keyakinan kosong; Superioritas humanisme rasional dan tenaga kerja; (Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32)
Jika kita ingat betapa telah mengakarnya gagasan-gagasan ini di dunia saat ini, kita dapat memahami pengaruh Masonry. Ada hal penting lainnya untuk dicatat: bagaimana Masonry menggerakkan misinya melawan dan ingin menghancurkan agama, Misi mereka untuk menghancurkan agama-agama dan menyelamatkan manusia dari hegemoni iman dan dogma-dogma agama, malahan menghasilkan reaksi yang berlawanan: kita mengetahui secara bersama-sama bahwa, tempat-tempat ibadah yang ingin mereka tutup, sekarang ini lebih penuh dari sebelumnya oleh manusia yang melaksanakan ibadah untuk menambah iman dan dogma agamanya. Setelah mengalami kegagalan, maka mereka berbahasa satu sebagai strategi untuk membawa manusia dari kegelapan menuju pencerahan adalah sains positif serta prinsip-prinsip logika dan kebijaksanaan, agar manusia lupa dengan dimensi agama dan keyakinan akan Tuhanya. Untuk memahami apa yang dimaksud denga strategi barunya, bahwa represi atas agama akan membuat orang-orang religius jauh lebih termotivasi dan akan memperkuat agama. Oleh karena itu, untuk mencegah agama menguat, kaum Mason menghancurkan agama pada tingkat intelektualnya melalui berbagai metode pendidikan. Yang ia maksudkan dengan “sains positif dan prinsip-prinsip logika dan kebijaksanaan” adalah filosofi materialis humanis semata, yang menggunakan berbagai ungkapan menarik sebagai kamuflase, seperti halnya dengan Darwinisme. Isindag menegaskan bahwa, tatkala berbagai pemikiran ini tersebar di tengah masyarakat, “hanya unsur-unsur humanis di dalam agama yang akan dihormati”, artinya, yang akan tersisa dari agama hanyalah unsur-unsur yang disetujui oleh filosofi humanis. Dengan kata lain, mereka hendak menolak kebenaran-kebenaran dasar yang terkandung pada pondasi agama Monoteistik. Singkatnya, kaum Mason bermaksud menghancurkan unsur-unsur keimanan yang merupakan esensi agama. Mereka ingin mereduksi peranan agama sebagai unsur kultural dengan memaksakan ateisme kepada masyarakat di balik kedok sains dan logika. Tujuan akhir mereka adalah menyingkirkan agama dari posisinya walau sebagai unsur kultural belaka, dan membangun sebuah dunia yang sepenuhnya ateis.

Di dalam artikelnya yang berjudul “Sains Positif—Hambatan Pemikiran dan Masonry” pada majalah Mason, Isindag berkata: Sebagai hasil dari semua ini, saya ingin katakan bahwa tugas humanistik dan Masonik, kita semua adalah untuk tidak berpaling dari sains dan logika, untuk mengakui bahwa inilah cara terbaik dan satu-satunya menurut evolusi, untuk menyebarkan keimanan kita ini di tengah masyarakat, dan untuk mendidik manusia di dalam sains positif. Kata-kata dari Ernest Renan sangat penting: “Jika manusia dididik dan dicerahkan dengan sains positif dan logika, kepercayaan-kepercayaan yang gagal dari agama akan runtuh dengan sendirinya.” Kata-kata Lessing mendukung pandangan ini, “Jika manusia dididik dan dicerahkan dengan sains positif dan logika, suatu hari agama tidak akan dibutuhkan lagi.” (Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" Positive Science-The Obstacles of Mind and Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), Inilah sasaran utama Masonry. Mereka ingin menghancurkan agama seluruhnya, dan membangun sebuah dunia humanis yang berdasarkan pada “kesakralan” manusia. Tepatnya, mereka ingin mengembangkan sebuah tatanan baru kejahilan, di mana manusia mengingkari Tuhan yang menciptakannya, dan mempertuhankan dirinya, inilah maksud keberadaan Masonry. Untuk mencapai tujuan ini, kaum Mason bekerja di berbagai negara di dunia. Organisasi Masonik berpengaruh di banyak universitas, lembaga-lembaga pendidikan, media, dunia seni dan pemikiran. Ia tidak pernah berhenti berupaya menyebarkan filosofi humanisnya dalam masyarakat dan mendiskreditkan kebenaran tentang iman yang menjadi basis agama. Kita akan cermati selanjutnya bahwa teori evolusi adalah salah satu sarana propaganda utama Mason. Lebih-lebih lagi, mereka bermaksud membangun sebuah masyarakat yang tidak memedulikan sama sekali Tuhan atau agama, tetapi hanya memenuhi kesenangan, nafsu, dan ambisi duniawi. Jadilah masyarakat ini terbentuk dari orang-orang yang telah "menjadikan (Tuhan) sebagai olok-olokan di balik punggung mereka" (QS. Hud, 11: 92), Pertarungan terus-menerus melawan agama ini berlandaskan pada dua argumen atau pembenaran yang mendasar: filosofi materialis dan teori evolusi Darwin. Maka, kita akan dapat memahami dengan lebih jelas hal di balik layar dari pemikiran-pemikiran ini, yang telah memengaruhi dunia semenjak abad kesembilan belas. Sejauh ini, kita telah memahami bahwa asal usul Masonry terletak pada suatu doktrin pagan yang merentang hingga ke Mesir Kuno, dan bahwa di sanalah makna sejati dari konsep-konsep dan simbol-simbolnya tersembunyi. Oleh sebab inilah, Masonry bertentangan dengan agama-agama Monoteistik. Masonry adalah humanis, materialis, dan evolusionis. Artinya, tampilan luar Masonry sebagai organisasi amal atau sosial sebenarnya adalah penyamaran untuk menyembunyikan filosofi organisasi tersebut. Dalam kenyataannya, Masonry adalah sebuah organisasi yang bertujuan menanamkan filosofi tertentu secara sistematik kepada anggota-anggotanya, juga kepada masyarakat lainnya. (Ibid Harun Yahya; www.pakdenono.com)
Sebagai bagian dari keyakinan materialis mereka, kaum Mason tidak menerima keberadaan roh manusia dan menolak sepenuhnya gagasan tentang hari akhirat. Walau demikian, tulisan-tulisan Masonik terkadang menyebut tentang mereka yang meninggal “telah melangkah ke keabadian” atau ungkapan spiritual sejenisnya. Mungkin tampaknya bertolak belakang, tetapi sebenarnya tidak, karena semua rujukan Masonry kepada keabadian ruh adalah simbolik. Mimar Sinan menyinggung topik ini di dalam sebuah artikel bertajuk, “Setelah Kematian menurut Masonry”: Di dalam mitos Master Hiram, kaum Mason meyakini kebangkitan setelah mati secara simbolik. Kebangkitan ini menunjukkan bahwa kebenaran selalu menang atas kematian dan kegelapan. Masonry tidak menganggap penting keberadaan roh yang berada di luar jasad. Di dalam Masonry, kebangkitan setelah kematian adalah dengan meninggalkan karya spiritual dan material sebagai warisan kepada umat manusia. Inilah yang mengekalkan manusia. Barang siapa yang tidak mampu mengabadikan nama di kehidupan manusia yang jelas-jelas singkat ini adalah orang yang gagal. Kita menganggap barang siapa yang telah mengabadikan nama sebagai mereka yang telah mengerahkan segenap daya upayanya, baik bagi orang-orang sezamannya maupun generasi setelah mereka, untuk memberi kebahagiaan dan memastikan sebuah dunia yang lebih ramah bagi manusia. Tujuan mereka adalah untuk memuliakan gerak hati yang ramah yang memengaruhi kehidupan manusia. Manusia yang telah berupaya selama berabad-abad untuk memperoleh kekekalan dapat mencapainya dengan karya yang ia lakukan, pelayanan yang ia berikan, serta pemikiran yang ia hasilkan; dan ini akan memberi arti pada kehidupannya. Seperti dijelaskan oleh Tolstoy, “Surga akan tercipta di dunia ini dan manusia akan mencapai kebajikan tertinggi yang dapat diraih” (Hasan Erman, "Masonlukta Olum Sonrasi" (After Death in Freemasonry), Mimar Sinan, 1977, No. 24, hal. 57) Tentang topik serupa, Imam Mason Isindag menulis: hakikat segala sesuatu: Masonry memahami ini sebagai energi dan materi. Mereka berkata bahwa segala sesuatu berubah tahap demi tahap dan akan kembali kepada materi: Secara ilmiah, ini didefinisikan sebagai kematian. Mistisisme tentang hal ini, yaitu kepercayaan tentang kedua daya yang membentuk manusia—roh dan jasad—bahwa tubuh akan mati dan roh tetap hidup; bahwa roh itu berpindah ke alam roh, meneruskan keberadaan mereka di situ dan kembali ke tubuh lainnya jika Tuhan berkehendak, tidak sesuai dengan gagasan perubahan-transformasi yang diyakini oleh Masonry. Gagasan Masonry tentang hal tersebut dapat diungkapkan seperti ini: “Setelah kematian, satu-satunya hal yang tersisa dari Anda, dan tidak mati, adalah kenangan tentang kedewasaan Anda dan apa yang telah Anda capai.” Gagasan ini adalah semacam cara berpikir filosofis yang didasarkan atas prinsip-prinsip sains positif dan logika. Keyakinan religius tentang keabadian roh dan kebangkitan kembali setelah mati tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip positif. Masonry telah mengambil prinsip-prinsip pemikiran dari sistem filosofis rasional dan positif. Maka, dalam pertanyaan filosofis ini, Masonry memunyai cara berpikir dan penjelasan yang berbeda dari agama. (Dr. Selami Isindag, Masonlugun Kendine Ozgu Bir Felsefesi Var Midir, Yok Mudur? (Does Freemasonry Have an Original Philosophy or Not?), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 97) Mengingkari kebangkitan setelah mati dan mencari kekekalan dengan warisan duniawi. Bahkan jika kaum Mason menampilkan gagasan ini seakan bersesuaian dengan sains modern, nyatanya ia tak lain dari mitos yang dipercayai oleh orang-orang tak bertuhan sejak abad-abad awal sejarah. Al Quran menyebutkan tentang orang-orang yang tak bertuhan sebagai “mendirikan bangunan-bangunan indah dengan maksud supaya kekal.” Hud (’alaihi salam), salah seorang nabi di masa silam, memperingatkan kaum ‘Ad akan bentuk kejahilan ini, sebagaimana ayat-ayat berikut: Ketika saudara mereka Hud berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan kepadamu, Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. Asy-Syu'araa, 26: 124-131)

Penolakan kaum Mason atas keberadaan roh, dan klaim mereka bahwa kesadaran manusia tersusun dari materi, tidak bersesuaian dengan sains. Sebaliknya, penemuan-penemuan ilmiah modern menunjukkan bahwa kesadaran manusia tidak dapat direduksi menjadi materi, dan bahwa kesadaran tidak dapat dijelaskan dengan syarat-syarat fungsi otak. Pengamatan atas literatur yang relevan menunjukkan bahwa para ilmuwan tidak mencapai kesimpulan apa pun sebagai hasil upaya mereka, yang didorong oleh keyakinan materialis, untuk mereduksi kesadaran menjadi otak, dan banyak yang akhirnya menyerah. Saat ini, banyak peneliti yang berpendapat bahwa kesadaran manusia datang dari sebuah sumber yang tak diketahui di luar neuron-neuron di dalam otak dan molekul-molekul serta atom-atom yang membentuk mereka. Setelah kajian bertahun-tahun, salah seorang peneliti, Wilder Penfield, mencapai kesimpulan bahwa keberadaan ruh adalah fakta yang tak terbantahkan: Setelah bertahun-tahun berupaya keras untuk menjelaskan pikiran berbasiskan kegiatan otak saja, saya mencapai kesimpulan bahwa lebih sederhana (dan jauh lebih mudah menjadi logis) jika kita mengambil hipotesis bahwa keberadaan kita memang meliputi dua unsur fundamental (otak dan pikiran [atau jiwa]). Karena tampaknya pasti bahwa untuk menjelaskan pikiran dengan basis kegiatan neuron di dalam otak akan selalu sangat mustahil…. Saya terpaksa memilih dalil bahwa keberadaan kita akan terjelaskan atas landasan dua unsur fundamental. [otak dan pikiran, atau tubuh dan jiwa] (Wilder Penfield, The Mystery of the Mind: A Critical Study of Consciousness and the Human Brain, Princeton, New Jersey, Princeton University Press, 1975, hal. 80), Yang membawa para ilmuwan kepada kesimpulan ini adalah fakta bahwa kesadaran tidak akan pernah dapat dijelaskan dengan ketentuan-ketentuan berbagai faktor materi belaka. Otak manusia bagaikan sebuah komputer yang luar biasa, tempat informasi dari pancaindera kita dikumpulkan dan diproses. Namun, komputer ini tidak memunyai perasaan “diri”; ia tidak dapat memahami, merasa, atau berpikir tentang sensasi yang diterimanya. Ahli fisika Inggris terkemuka, Roger Penrose, di dalam bukunya The Emperor's New Mind, menuliskan: Apa yang memberikan seseorang identitas pribadinya? Apakah, hingga batas tertentu, atom-atom yang menyusun tubuhnya? Apakah identitasnya tergantung pada pilihan tertentu elektron, proton, dan partikel lainnya yang menyusun atom itu? Setidaknya ada dua alasan mengapa hal ini tidak mungkin. Pertama, terjadi pergantian yang terus-menerus pada material tubuh setiap manusia yang hidup. Ini terjadi terutama pada sel-sel pada otak seseorang, walaupun faktanya tidak ada sel-sel otak yang benar-benar baru yang diproduksi setelah lahir. Kebanyakan atom di dalam masing-masing sel hidup (termasuk setiap sel otak) dan tentu saja sebenarnya, keseluruhan material tubuh kita telah berganti berulang kali sejak lahir. Alasan kedua datang dari fisika kuantum. Jika elektron dari otak seseorang dipertukarkan dengan elektron dari batu bata, maka keadaan sistem akan tepat sama keadaannya dengan sebelumnya, tidak sekadar tak dapat dibedakan! Hal serupa berlaku bagi proton dan jenis partikel apa saja, dan untuk keseluruhan atom, molekul, dan seterusnya. Jika keseluruhan kandungan material seseorang dipertukarkan dengan partikel yang sepadan pada batu bata rumahnya, maka dalam pengertian yang kuat, tidak ada sesuatu pun yang akan terjadi. (Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 24-25) Prose jelas-jelas mengatakan bahwa jika semua atom manusia dipertukarkan dengan atom batu bata, kualitas yang membuat seseorang manusia berkesadaran akan tetap sama. Atau kita dapat balikkan. Jika kita pertukarkan partikel-partikel atom di otak dengan atom di batu bata, tidaklah batu bata itu akan memiliki kesadaran. Singkatnya, yang membuat seseorang menjadi manusia bukanlah sifat material; namun sifat spiritual, dan jelaslah bahwa sumbernya adalah suatu entitas yang berada di luar materi. Pada kesimpulan bukunya, Penrose berkomentar: Kesadaran bagi saya merupakan suatu fenomena penting yang tak dapat saya percayai begitu saja sebagai sesuatu yang “secara kebetulan” muncul dengan perhitungan yang rumit. Ini adalah fenomena untuk mengetahui keberadaan alam semesta itu sendiri. (Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 448) Lalu apa pendirian materialisme di bawah sorotan berbagai temuan ini ? Bagaimana mungkin kaum materialis mengklaim bahwa manusia tersusun semata dari materi, dan bahwa seorang manusia dengan kecerdasan, perasaan, pemikiran, ingatan, dan indera, dapat muncul melalui komposisi kebetulan dari atom-atom yang tidak hidup dan tanpa kesadaran ? Bagaimana mereka dapat berpikir bahwa proses sedemikian itu mungkin terjadi? Pertanyaan-pertanyaan ini penting bagi semua materialis. Namun, berbagai tulisan Masonik dengan topik-topik ini berisi gagasan-gagasan yang jauh lebih aneh dari apa yang ditemukan pada tulisan kaum materialis. Jika kita amati berbagai tulisan ini, kita melihat dengan jelas bahwa di balik filosofi materialis terdapat “penyembahan atau penuhanan materi”. (www.pakdenono.com)

Teori Evolusi Darwin

HMS Beagle melintasi Lautan Atlantik yang luas. Kapal itu tampak seperti kapal barang atau penumpang biasa saja, namun perjalanannya adalah perjalanan untuk melakukan penemuan, yang akan berlangsung bertahun-tahun. Dari Inggris, ia akan menyeberangi lautan dan mencapai pantai Amerika Selatan. Beagle, sebuah kapal dengan kepentingan yang sedikit diketahui hingga saat itu, berangkat untuk perjalanan lima tahun lamanya. Yang pada akhirnya akan membuat kapal itu terkenal adalah penumpangnya, Charles Robert Darwin, seorang penyelidik alam berusia 22 tahun. Dia tidak benar-benar mempelajari biologi namun menjadi mahasiswa teologi di Universitas Cambridge. Walaupun anak muda ini mendalami teologi secara luas, zamannya kuat dipengaruhi oleh pemikiran materialis. Memang, setahun sebelum memulai perjalanannya dengan Beagle, ia telah menolak sejumlah ajaran dasar agama Kristen. Darwin muda menafsirkan semua penemuan yang diperoleh selama perjalanannya dalam kerangka pemikiran materialis, dan berusaha menjelaskan makhluk hidup yang diselidikinya tanpa merujuk kepada penciptaan oleh Tuhan. Selama tahun-tahun selanjutnya, ia mengembangkan, memperhalus, dan akhirnya menerbitkan gagasan-gagasan ini. Teorinya diajukan tahun 1859, di dalam sebuah buku berjudul Origin of Species (Asal Usul Spesies), yang tidak diterima secara baik di dunia intelektual abad kesembilan belas, walaupun akhirnya akan menyediakan basis yang seolah ilmiah yang telah dicari-cari ateisme selama berabad-abad. Apakah teori evolusi penemuan asli Darwin? Apakah ia sendiri mengembangkan sebuah teori yang membuka jalan kepada salah satu penipuan terbesar dalam sejarah dunia? Sebenarnya, Darwin tidak melakukan apa-apa selain mengubah gagasan yang landasannya telah dibangun sebelumnya. (Harun Yahya www.pakdenono.com)

Intisari dari teori evolusi Darwin adalah klaim bahwa di bawah kondisi alamiah murni, materi tak hidup secara spontan memunculkan makhluk hidup pertama, dan bahwa dari mereka, lagi-lagi di bawah kondisi serupa, semua spesies lain berkembang oleh kebetulan belaka. Dengan kata lain, teori evolusi mengajukan keberadaan sebentuk sistem yang swakelola, yang telah mengorganisasi dirinya sendiri tanpa pencipta, dan secara spontan menciptakan makhluk hidup. Gagasan bahwa alam mengorganisasi dirinya sendiri tanpa pencipta ini disebut “naturalisme”. Teori naturalisme sama absurdnya dengan gagasan bahwa sebuah perpustakaan dapat menciptakan dirinya sendiri tanpa para pengarang. Namun, semenjak abad-abad awal sejarah, gagasan ini telah dipertahankan oleh banyak pemikir dengan dilandaskan semata pada dorongan filosofis dan ideologis mereka, dan telah diadopsi oleh sejumlah peradaban. Naturalisme lahir dan tumbuh subur di dalam masyarakat pagan seperti Mesir Kuno dan Yunani Kuno. Namun, dengan tersebarnya agama Kristen, filosofi pagan ini banyak ditinggalkan, dan gagasan bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam dan semesta mulai mendominasi. Begitu pula, begitu Islam tersebar di Timur, gagasan naturalis dan berbagai kepercayaan pagan, seperti Zoroasterianisme dan persihiran tersingkir, dan fakta penciptaan diterima. Walaupun demikian, filosofi naturalis tetap bertahan di bawah tanah. Filosofi ini dipelihara oleh masyarakat-masyarakat rahasia dan bangkit kembali di bawah keadaan yang lebih sesuai. Pada dunia Kristen, sebagaimana disebutkan di awal buku ini, naturalisme dipelihara oleh kaum Mason, dan masyarakat-masyarakat rahasia lainnya yang mengikuti mereka. Sebuah majalah Turki bernama Mason, yang diterbitkan untuk anggota ordo, memberikan informasi menarik berikut ini: Mereka yang sampai pada berbagai penemuan baru di dunia peristiwa dan fenomena alam tanpa memperhitungkan Tuhan terpaksa menyimpan penemuan mereka untuk diri sendiri. Riset yang dilakukan secara rahasia dan bahkan mereka yang terlibat di riset serupa harus menyembunyikan hubungan mereka. Kerahasiaan ini membutuhkan pemakaian beberapa tanda dan simbol sepanjang proyek yang dilaksanakan. Apa yang dimaksud dengan “penemuan baru” di sini adalah pemahaman sains yang bersekutu dengan naturalisme, sebuah teori yang tidak menerima keberadaan Tuhan. (Harun Yahya www.pakdenono.com)

Pendekatan kajian sains yang menyimpang ini dikembangkan secara rahasia di dalam masyarakat bawah tanah yang perlu menggunakan tanda-tanda dan simbol-simbol untuk tujuan ini dan begitulah akar Masonry dibentuk. Salah satu dari yang disebut masyarakat rahasia ini, yang bertanggung jawab atas penanaman akar Masonry adalah ordo Mawar-Salib (Rosicrucian), sebentuk titik temu antara Templar dan Mason. Ordo ini, pertama kali terdengar di abad kelima belas, menciptakan gelombang minat akan alkimia, khususnya di Eropa, yang para anggotanya dikatakan memiliki pengetahuan rahasia. Namun warisan terpenting dari ordo Mawar Salib adalah filosofi naturalis, dan gagasan tentang evolusi, yang menjadi bagiannya. Majalah Mason menyatakan bahwa akar Masonry merentang kepada para Templar dan Rosicrucian, yang menekankan filosofi evolusionis: Masonry Spekulatif atau organisasi Masonry kontemporer didirikan di serikat-serikat pekerja bangunan Abad Pertengahan yang kita sebut sebagai Masonry Operatif. Namun, mereka yang membawa unsur-unsur spekulatif utama ke pondasi ini adalah anggota dari organisasi-organisasi tertentu yang mempelajari sistem-sistem bawah tanah masa prasejarah dan pengetahuan mereka. Di antara organisasi ini yang terpenting adalah Templar dan Rosicrucian. Tidak diketahui di mana dan bagaimana ordo Rosicrucian didirikan. Jejak pertamanya terdapat di Eropa abad kelima belas, tapi jelas bahwa ordo itu lebih tua lagi. Jauh dari para Templar, minat utama Rosicrucian bersifat ilmiah. Anggotanya secara luas melibatkan diri dalam alkimia. Karakteristik terpenting anggota-anggotanya adalah fakta bahwa mereka memercayai bahwa setiap tahap perkembangan adalah tahapan dalam proses evolusi. Oleh karena itu, mereka menempatkan naturalisme sebagai dasar filosofi mereka sehingga dikenal sebagai “kaum naturalis.” Organisasi Masonik lainnya yang mengembangkan gagasan evolusi tidak berada di Barat tetapi dibangun di Timur. Imam Besar Selami Isindag menyebutkan informasi berikut ini di dalam sebuah artikel berjudul “Masonry dan Kita: Dari Pembentukannya hingga Hari Ini”: Di dalam dunia Islam terdapat padanan Masonry yang disebut Ikhwan as-Safa' (Persaudaraan Suci). Perkumpulan ini didirikan di Basrah pada zaman Abbasiyah dan menerbitkan sebuah ensiklopedia yang terdiri dari 54 jilid besar. Tujuh belas di antaranya berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam dan berisi penjelasan ilmiah yang sangat mirip dengan penjelasan Darwin. Pemikiran ini bahkan berkembang hingga ke Spanyol dan memengaruhi pemikiran Barat. Walaupun berkembang di dunia Islam, perkumpulan ini menjauhkan diri dari ajaran-ajaran Islam yang utama. Ia dipengaruhi oleh filosofi Yunani Kuno, yang diungkapkannya melalui simbolisme rahasia. Selami Isindag melanjutkan: Perkumpulan ini berasal dari sekte Ismailiyah dan tujuan utamanya adalah membuat dogma-dogma agama dapat diterima dengan berbagai penjelasan alegoris dan simbolik. Filosofinya dipengaruhi oleh Pythagoras dan Plato. Untuk memasuki perkumpulan ini, pertama seseorang dipikat dengan petunjuk mistik dan kemudian dibersihkan dari berbagai kepercayaan dan dogma agama yang sia-sia. Selanjutnya ia dibiasakan dengan metoda-metoda filosofis dan simbolik. Calon anggota yang melewati masa penerimaan ini kadang-kadang diajarkan tentang pemikiran neo-Platonik, dan kemudian kimia, astrologi, dan numerology, ilmu tentang makna angka-angka. Tetapi semua pengetahuan ini dirahasiakan dan diberikan hanya kepada mereka dianggap layak menerimanya. Sebagian dari arti simbolik dari unsur-unsur ini tidak berlawanan dengan ilmu pengetahuan dan logika sehingga dapat bertahan pada berbagai ritual kita saat ini. Kata-kata yang dikutip di atas, “dibersihkan dari berbagai kepercayaan dan dogma agama yang sia-sia” berarti bahwa calon anggota dibuat menolak agama sama sekali. Begitulah Isindag sang Mason mendefinisikan agama. Namun, sebagaimana dikaji kepercayaan dan dogma yang sia-sia adalah eufemisme khusus dari filosofi Masonik. Harus dipahami bahwa Masonry materialis lainnya, mengungkapkan gagasan anti agama semacam itu tanpa pembenaran logis; mereka hanya bersandar pada propaganda dan sugesti. Karena mereka tidak dapat mencela agama secara rasional, mereka menggunakan cara sugesti dan kata-kata pilihan ini untuk menciptakan efek psikologis tertentu. Dari kutipan di atas, kita memahami bahwa Ikhwan as-Safa', sebuah padanan masyarakat Masonry dalam dunia Islam, melakukan berbagai aktivitas yang menyerupai kaum Masonry modern. Metoda mereka adalah mendukung filosofi pagan yang bertolak belakang dengan agama sejati, mengungkapkannya dengan simbol-simbol, dan memperkenalkan filosofi rahasia ini kepada anggotanya sedikit demi sedikit. Di dalam sejarah Islam terdapat beragam pemikir yang dengan cara ini menjauhkan diri dari Islam, dan dipengaruhi oleh mitos-mitos materialis dan evolusionis Yunani Kuno. Fakta bahwa aliran pemikiran ini, yang begitu dibenci dan disangkal oleh imam besar Islam Al Ghazali di dalam karya-karyanya, memunyai karakter Masonik sudah tentu memperjelas sebagian masalah ini. Di dalam karyanya Al Munqidh min al-Dalal (Membebaskan Diri dari Kesesatan), Ghazali secara langsung mengkritik perkumpulan Ikhwan as-Safa, menjelaskan bahwa perkumpulan itu mendukung filosofi sesat yang dipengaruhi oleh pemikiran Yunani Kuno. Dan, di dalam karyanya Fadaidh al Bathiniyyah, ia menunjukkan penyimpangan ajaran sekte Ismailiyah, di mana Ikhwan as-Safa tergabung. (Harun Yahya www.pakdenono.com)

Gagasan materialis dan evolusionis dari organisasi Masonik semacam Rosicrucian atau Ikhwan as-Safa yang diungkapkan secara rahasia, namun paling sering secara simbolis, menjadi lebih terbuka begitu kekuatan sosial Gereja Katolik melemah di Eropa. Akibatnya, ajaran-ajaran pagan ini, yang berada di bawah tanah selama 1000 tahun oleh karena dominasi politis dan intelektual agama Kristen, menjadi mode lagi di tengah-tengah para pemikir Eropa abad ketujuh belas dan delapan belas. Periode ketika pemikiran materialis dan evolusionis mendapatkan penerimaan luas di masyarakat Eropa, dan memengaruhinya agar menjauhkan diri dari agama dikenal sebagai Zaman Pencerahan. Sudah barang tentu, mereka yang memilih kata ini (yakni mereka yang menganggap positif perubahan pemikiran ini bagaikan perpindahan menuju cahaya) adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka menggambarkan periode sebelumnya sebagai “Abad Kegelapan” dan menyalahkan agama sebagai penyebabnya. Mereka mengklaim Eropa menjadi tercerahkan ketika dilakukan sekularisasi dan dijauhkan dari agama. Sudut pandang yang bias dan palsu ini sampai hari ini masih menjadi salah satu mekanisme propaganda utama bagi mereka yang menentang agama. Memang benar bahwa agama Kristen abad pertengahan sebagiannya “gelap” dengan takhyul dan kefanatikan, dan hampir semuanya telah dibersihkan pada pascaabad pertengahan. Nyatanya, Zaman Pencerahan pun tidak membawa banyak hasil positif bagi Barat. Hasil terpenting dari Zaman Pencerahan, yang terjadi di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara itu menjadi lautan darah. Hari ini literatur yang dipengaruhi Pencerahan memuji Revolusi Prancis; namun, Revolusi banyak membebani Prancis dan ikut berperan atas terjadinya konflik sosial yang berlanjut hingga ke abad kedua puluh. Analisis tentang Revolusi Prancis dan Pencerahan oleh pemikir Inggris terkenal, Edmund Burke, sangat informatif. Dalam bukunya yang terkenal, Reflection on the Revolution in France, yang terbit pada tahun 1790, ia mengkritik baik gagasan Pencerahan maupun buahnya, Revolusi Prancis. Menurutnya, gerakan itu menghancurkan nilai-nilai dasar yang menyatukan masyarakat, seperti agama, moralitas, dan struktur keluarga, serta melempangkan jalan menuju teror dan anarki. Akhirnya, dia memandang Pencerahan, sebagaimana disitir seorang penafsir, sebagai sebuah “gerakan destruktif kecerdasan manusia.” Para pemimpin gerakan destruktif ini adalah pengikut Masonry. Voltaire, Diderot, Montesquieu, dan pemikir-pemikir antiagama lain yang mempersiapkan jalan ke Revolusi, semuanya pengikut Masonry. Kaum Mason akrab dengan para Jacobin yang memimpin Revolusi. Hal ini membuat sebagian sejarawan berpendapat bahwa sulit untuk membedakan antara ajaran Jacobin dan Masonry pada periode ini. (Lihat Ordo Masonik Baru karya Harun Yahya) Selama Revolusi Prancis, banyak kekerasan yang ditujukan terhadap agama. Banyak pastor dikirim ke guillotine, banyak gereja dihancurkan, dan lebih jauh lagi, ada sejumlah orang yang hendak menghapuskan agama Kristen sama sekali dan menggantikannya dengan sebuah agama yang bersifat simbolik, pagan, dan menyimpang yang disebut “Agama Akal Budi”. Para pemimpin Revolusi juga menjadi korban dari kegilaan ini, satu per satu dari mereka akhirnya terpenggal kepalanya di bawah pisau guillotine, yang telah mereka sendiri gunakan untuk menghukum begitu banyak orang. Bahkan hari ini, banyak orang Prancis yang terus mempertanyakan apakah revolusi itu baik atau tidak. Sentimen antiagama pada Revolusi Prancis menyebar ke seluruh Eropa dan, sebagai hasilnya, abad kesembilan belas menjadi salah satu periode propaganda antiagama yang paling berani dan paling agresif. Oleh karena itu, proses ini memungkinkan munculnya gagasan-gagasan materialis dan evolusionis ke permukaan , setelah bergerak di bawah tanah selama berabad-abad dengan menggunakan berbagai simbol. Para materialis seperti Diderot dan Baron d'Holbach mengangkat bendera antiagama, sementara mitos evolusi dari mitos Yunani Kuno diperkenalkan kepada kalangan ilmiah. (Harun Yahya www.pakdenono.com)
Mereka yang secara umum dianggap sebagai pendiri teori evolusi adalah ahli biologi Prancis Jean Lamarc dan ahli biologi Inggris Charles Darwin. Menurut kisah klasik, Lamarc pertama kali mengajukan teori evolusi, namun ia melakukan kesalahan dengan melandaskannya pada pewarisan sifat-sifat yang dibutuhkan. Di kemudian hari, Darwin mengajukan teori kedua yang berlandaskan pada ahli teori yang berperan penting dalam asal usul teori evolusi, yakni kakeknya sendiri, Erasmus Darwin. Erasmus Darwin dan Lamarc sama-sama hidup di abad kedelapan belas. Sebagai seorang ahli ilmu fisika, ahli ilmu jiwa, dan penyair, ia diakui sebagai seorang yang memiliki otoritas. Penulis biografinya, Desmond King-Hele bahkan menyebutnya orang Inggris terbesar di abad kedelapan belas. Namun Erasmus Darwin memunyai kehidupan pribadi yang sangat gelap. Erasmus Darwin utamanya dicatat sebagai salah satu naturalis paling terkemuka di Inggris. Sebagaimana disebutkan di bagian awal, naturalisme adalah pandangan yang tidak menerima bahwa Tuhanlah yang menciptakan makhluk hidup. Sesungguhnya, pandangan ini, yang dekat dengan materialisme, adalah titik tolak dari teori evolusi Erasmus Darwin. Pada tahun 1780-an dan 90-an, Erasmus Darwin mengembangkan kerangka dasar teori evolusi, yang menyebutkan bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang tunggal secara kebetulan dan mengikuti hukum-hukum alam. Ia melakukan risetnya di sebuah taman botani seluas delapan akre yang telah ia siapkan, dan berusaha membuktikan idenya. Dia menjelaskan teorinya pada dua bukunya, Temple of Nature (Kuil Alam) dan Zoonomia. Lebih jauh lagi, pada tahun 1784 ia mendirikan sebuah komunitas untuk menyebarkan gagasannya, yang dikenal sebagai Masyarakat Filosofis. Bertahun-tahun kemudian, Charles Darwin mewarisi gagasan-gagasan kakeknya dan kerangka dasar dari pengajuannya tentang teori evolusi. Teori evolusi Charles Darwin dikembangkan dari struktur yang dikembangkan kakeknya, sementara Masyarakat Filosofis menjadi salah satu pendukung teorinya yang terbesar dan paling bersemangat. Singkatnya, Erasmus Darwin adalah pelopor sebenarnya dari teori yang kita kenal sebagai teori evolusi yang telah dipropagandakan di seluruh penjuru dunia selama 150 tahun terakhir. Dari mana Erasmus Darwin mendapatkan gagasan tentang evolusi? Dari mana minatnya akan subjek ini datang? Setelah pencarian saksama akan jawaban pertanyaan ini, kami menemukan fakta penting bahwa Erasmus Darwin adalah seorang Mason. Namun, ia pun bukan sekadar Mason biasa, ia adalah salah seorang Imam tertinggi di organisasi ini. Ia adalah Imam dari loge Canongate yang terkenal di Edinburg, Skotlandia. Lebih jauh lagi, ia memiliki hubungan erat dengan kaum Mason Jacobin yang menjadi pengorganisir revolusi di Prancis saat itu, dan dengan ‘Illuminati’, yang tujuan utamanya adalah membantu pengembangan kebencian terhadap agama. Artinya, Erasmus Darwin adalah nama penting dalam organisasi-organisasi antiagama di Masonik Eropa. Erasmus mendidik anaknya Robert (ayah Charles Darwin), yang juga menjadi anggota loge Masonik. Oleh karena itu, Charles Darwin menerima pewarisan ajaran Masonik dari ayah dan kakeknya. Erasmus Darwin berharap anaknya Robert mengembangkan dan menerbitkan teorinya, namun ternyata cucunya Charles yang meneruskan kegiatan tersebut. Walaupun baru setelah beberapa lama, karya Erasmus Darwin, Temple of Nature akhirnya direvisi oleh Charles Darwin. Pandangan-pandangan Darwin tidak memiliki bobot teori ilmiah; namun lebih berupa ungkapan doktrin naturalis yang memandang alam memiliki daya penciptaan. (Harun Yahya www.pakdenono.com)
Adapun teori seleksi alam yang dianggap sebagai satu kontribusi khusus Darwin, juga semata merupakan teori yang telah diajukan sebelumnya oleh sejumlah ilmuwan. Namun, para ilmuwan sebelum era Darwin tidak menjadikan teori seleksi alam sebagai argumen terhadap penciptaan; sebaliknya, mereka memandangnya sebagai mekanisme yang dirancang oleh sang Pencipta untuk melindungi spesies dari distorsi yang turun-temurun. Seperti Karl Marx mengambil konsep idealis Hegel tentang “dialektika”, dan membengkokkannya agar sesuai dengan filosofinya sendiri, begitu pula Darwin mengambil teori seleksi alam dari ilmuwan kreasionis dan menggunakannya sedemikian rupa hingga memenuhi gagasan naturalisme. Oleh karenanya, kontribusi pribadi Darwin dalam formulasi Darwinisme hendaknya tidak berlebihan. Konsep-konsep filosofis yang ia gunakan ditemukan oleh para filosof naturalisme sebelumnya. Jika Darwin tidak mengajukan teori evolusi, akan ada orang lain yang melakukannya. Pada kenyataannya, sebuah teori yang mirip dengan ini diajukan pada periode yang sama oleh ilmuwan natural Inggris lainnya yang bernama Alfred Russel Wallace; itulah sebabnya Darwin bergegas menerbitkan Origin of the Species. Akhirnya, Darwin muncul di panggung ketika perjuangan panjang telah dimulai di Eropa untuk menghancurkan keimanan akan Tuhan dan agama, menggantinya dengan filosofi naturalis dan sebuah model humanis untuk kehidupan manusia. Kekuatan yang paling signifikan di balik perjuangan ini bukanlah pemikir yang ini atau yang itu, melainkan organisasi Masonik, yang memunyai begitu banyak anggota dari pemikir, ideolog, dan pemimpin politik. Fakta ini diakui dan diungkapkan oleh sejumlah tokoh Kristen masa itu. Paus Leo XIII, pemimpin Katolik dunia, mengeluarkan sebuah dekrit yang terkenal pada tahun 1884, berjudul Humanus Genus di mana ia menyampaikan banyak pernyataan penting tentang Masonry dan aktivitas-aktivitasnya. Ia menulis: Pada periode ini para pendukung setia setan tampaknya sedang menggabungkan diri, dan berjuang dengan gelora yang padu, dipimpin atau dibantu oleh asosiasi yang tersebar luas dan terorganisasi kuat yang disebut Freemason. Tidak lagi merahasiakan tujuan-tujuan mereka, mereka sekarang sedang bangkit dengan berani melawan Tuhan sendiri. Karena, dari yang ditunjukkan dengan jelas oleh apa telah kami sebutkan di atas, apa yang merupakan tujuan utama mereka mendesakkan diri ke depan mata yakni, penggulingan total keseluruhan tatanan politik dan agama di dunia yang dihasilkan ajaran Kristen, dan penggantian dengan sebuah tatanan baru sesuai dengan gagasan mereka “di mana pondasi dan hukum akan diambil dari naturalisme saja.” Fakta penting yang dinyatakan oleh Leo XIII pada kutipan di atas adalah upaya untuk menghancurkan sama sekali nilai-nilai moral yang diajarkan oleh agama. Apa yang coba dilakukan oleh Masonry dengan bantuan Darwinisme adalah menghasilkan masyarakat yang bobrok secara moral dan tidak mengakui hukum ketuhanan, tidak takut akan Tuhan, dan mudah terbujuk untuk melakukan segala macam kejahatan. (Harun Yahya www.pakdenono.com)
Apa yang dimaksud di atas dengan “sebuah tatanan baru sesuai dengan gagasan mereka di mana pondasi dan hukum akan diambil dari naturalisme saja” adalah sejenis model sosial. Kaum Mason, karena menganggap Darwinisme dapat memenuhi tujuan-tujuan mereka, berperan penting dalam penyebarannya ke tengah massa. Segera setelah teori Darwin diterbitkan, sekelompok propagandis sukarela terbentuk di sekitarnya; yang paling terkenal adalah Thomas Huxley yang disebut ”bulldog” Darwin. Huxley, “dengan pembelaannya yang berapi-api adalah faktor tunggal yang paling bertanggung jawab akan penerimaan yang pesat terhadap Darwinisme” menggiring perhatian dunia kepada teori evolusi pada debat di Museum Universitas Oxford yang dimasukinya pada tanggal 30 Juni 1860 dengan bishop Oxford, Samuel Wilberforce. Dedikasi Huxley yang luar biasa dalam menyebarkan gagasan evolusi, serta koneksinya yang kuat, semakin nyata dengan fakta berikut: Huxley adalah anggota Royal Society, salah satu lembaga ilmiah paling bergengsi di Inggris dan, seperti hampir semua anggota lembaga ini, adalah Mason senior.107 Anggota lain Royal Society memberi Darwin dukungan yang signifikan, baik sebelum maupun sesudah bukunya diterbitkan. Penerimaan masyarakat Masonik ini akan Darwin dan Darwinisme sampai ke wujud penganugerahan medali Darwin, seperti halnya Hadiah Nobel, setiap tahun untuk ilmuwan yang dianggap berhak menerimanya. (Harun Yahya www.pakdenono.com)
Pendeknya, Darwin tidak berjalan sendirian; sejak saat teorinya diajukan, dia menerima dukungan dari kelas-kelas dan kelompok-kelompok sosial yang kalangan intinya adalah kaum Mason. Dalam bukunya, Marxisme dan Darwinisme, pemikir Marxis Anton Pannekoek menuliskan tentang fakta penting ini dan menggambarkan dukungan yang diberikan kepada Darwin oleh “kaum borjuis”, yaitu kelas kapitalis Eropa yang kaya-raya: Bahwa Marxis meraih posisi penting semata berkat peranannya dalam perjuangan kelas proletarian, diketahui semua orang…. Namun sulit memahami kenyataan bahwa Darwinisme telah mengalami pengalaman yang serupa dengan Marxisme. Darwinisme bukan sekadar teori abstrak yang diadopsi oleh dunia ilmiah setelah mendiskusikan dan mengujinya dengan sikap objektif semata. Tidak, segera setelah Darwinisme menampakkan diri, ia mendapatkan para pembela yang antusias dan penentang yang berapi-api…. Darwinisme juga memainkan peran dalam perjuangan kelas, dan berkat peranannya ini ia menyebar begitu pesatnya dan mendapatkan pembela yang antusias dan penentang yang tajam. Darwinisme bertindak sebagai sarana bagi kaum borjuis dalam pertarungannya melawan kelas feodal, melawan para bangsawan, pemegang hak kepasturan, dan tuan-tuan tanah feodal…. Yang diinginkan oleh kaum borjuis adalah menyingkirkan kekuatan lama yang berkuasa yang menghadang jalan mereka. Dengan bantuan agama, para pendeta menguasai massa ramai dan siap menentang tuntutan kaum borjuis. Ilmu alam menjadi senjata melawan kepercayaan dan tradisi; sains dan hukum-hukum alam yang baru ditemukan diajukan; dengan senjata-senjata inilah kaum borjuis berjuang. Darwinisme datang pada saat dibutuhkan; teori Darwin bahwa manusia adalah keturunan dari hewan yang lebih rendah menghancurkan seluruh landasan dogma Kristen. Karena itulah, segera setelah Darwinisme menunjukkan diri, kaum borjuis menyambarnya dengan penuh semangat. Di bawah kondisi-kondisi ini, bahkan diskusi-diskusi ilmiah diselenggarakan dengan semangat dan gairah pertarungan kelas. Karenanya, tulisan-tulisan yang tampak pro dan kontra terhadap Darwin berkarakter polemik sosial, walaupun pada kenyataannya membawa nama para penulis ilmiah. Walaupun Anton Pannekoek, yang berpikir dengan kerangka analisa kelas Marxis, mendefinisikan kekuatan yang menyebarkan Darwinisme dan menciptakan sebuah pertarungan terorganisasi melawan agama sebagai “borjuis”, jika kita kaji masalahnya di bawah terangnya bukti-bukti historis, akan tampak bahwa ada organisasi di dalam kaum borjuis yang memanfaatkan Darwinisme untuk mengusung perang mereka melawan agama. Organisasi itu tak lain tak bukan adalah Masonry. Fakta ini jelas baik dari bukti historis maupun sumber-sumber Masonik. Salah satu sumber ini adalah sebuah artikel karya Imam Mason Selami Isindag yang berjudul "Hambatan bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Masonry", yang muncul pada Buletin Tahunan Loge Besar Mason Turki yang Bebas dan Disetujui pada tahun 1962. Pada awal artikel ini, Isindag mengulangi klaim klasik Masonik bahwa agama adalah mitos yang diciptakan oleh manusia, dan monoteisme bertentangan dengan logika dan sains. Selanjutnya, ia menguraikan penghasut sebenarnya dari perang melawan agama yang dilakukan di bawah kedok “sains”: Akan teramati bahwa di dalam perjuangan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan ini kaum Mason dikenal telah berpartisipasi dalam setiap tingkatan. Alasannya adalah karena Masonry di dalam setiap periode senantiasa dituntun oleh logika, ilmu pengetahuan, dan kedewasaan, artinya, oleh kebijaksanaan. Sejak berdirinya, ia telah berperang melawan takhyul dan mitos. 110 Namun faktanya, yang merupakan “takhyul dan mitos” itu bukanlah agama, sebagaimana diklaim kaum Mason; melainkan landasan dari kepercayaan materialis, naturalis, dan evolusionis yang mereka dukung. Bukti terjelas dari fakta ini adalah gagasan-gagasan mereka yang ketinggalan zaman, pengulangan-pengulangan mereka tentang berbagai keyakinan kosong dari peradaban pagan Mesir dan Yunani, yang telah digugurkan oleh penemuan-penemuan sains modern. Perbandingan dari fakta-fakta ilmiah yang sesuai dengan asal usul kehidupan dan keyakinan Masonik tentangnya akan memadai bagi kita untuk menarik kesimpulan akan hal ini. (Harun Yahya www.pakdenono.com)

Perang Masonik Melawan Agama

Keberadaan Masonry pertama kali diumumkan di Inggris pada tahun 1717. Sebelumnya, Masonry telah menyebar pertama di Inggris, lalu di Prancis dan seluruh Eropa. Masonry menjadi tempat pertemuan utama para penentang agama. Banyak kaum Mason Eropa bertemu di loge mereka, menyebut diri mereka sebagai “pemikir bebas”, yang bagi mereka berarti tidak mengakui agama-agama ilahiah. Sebuah artikel bertajuk “Periode-Periode Awal Freemasonry” dalam Mimar Sinan menyebutkan, “Tempat di mana kaum Mason berkumpul untuk mencari kebenaran di luar gereja menjadi tempat perlindungan." Walau demikian, kelompok yang mencari kebenaran di luar agama ini juga menyembunyikan permusuhan terhadap agama. Oleh karena itu, organisasi tersebut segera menjadi pusat kekuatan yang membuat risau Gereja, khususnya Gereja Katolik. Konflik antara Masonry dan Gereja terus tumbuh, meninggalkan jejak di Eropa abad kedelapan belas dan kesembilan belas. Masonry mulai menyebar ke negara-negara lain di luar Eropa, pada paro kedua abad kesembilan belas, dan ke mana pun perginya, Masonry menjadi pusat filosofi dan aktivitas antiagama. Sebuah artikel berjudul “Politik dan Freemasonry”, yang muncul di Mimar Sinan, menjelaskan tentang pertarungan melawan agama sebagai berikut: Sejalan dengan tidak menjadi partai politik, Freemasonry menjadi terorganisir di awal abad kedelapan belas sebagai sebuah lembaga sosial berskala internasional sesuai dengan arus sosial politik. Untuk menyokong sekte-sekte dalam upaya untuk melaksanakan kebebasan beragama, Freemasonry melibatkan diri dalam pertarungan melawan kekuatan dan pengaruh kependetaan dalam upaya untuk menggapai sasaran tunggal mereka meruntuhkan kekuatan dan pengaruh Gereja atas masyarakat. Karena itulah, di tahun 1738 dan 1751 Freemasonry dinyatakan Paus sebagai tak bertuhan. Di negara-negara yang menerapkan prinsip kebebasan beragama itu, Freemasonry merupakan sebuah masyarakat misterius dan rahasia yang hanya dikenal namanya; di negara-negara ini Freemasonry diabaikan tapi juga didorong, mendapatkan anggota di antara kelas menengah dan pejabat-pejabat tinggi yang mempunyai waktu dan sarana, serta memasang pejabat-pejabat negara terkemuka di posisi-posisi kepemimpinan dalam organisasi-organisasinya. Di negara-negara selatan, di mana semua orang harus menganut Katolik, mereka mempertahankan karakter sebagai organisasi rahasia, terlarang, dan revolusioner yang menjadi sasaran pengawasan hukum. Di negara-negara ini, orang-orang muda yang berpikiran bebas dan para pegawai yang tidak puas dengan administrasi pemerintahan mulai memasuki loge-loge Masonik dan dengan demikian dimulailah rencana-rencana revolusioner dan diarahkan kepada rezim Spanyol, Portugal, dan Italia yang berada di bawah dominasi Vatikan. Tidak diragukan bahwa di sini para penulis Masonik menggunakan bahasa yang mendukung organisasinya sendiri ketika menyebutkan bahwa Masonry sedang melakukan perlawanan terhadap dominasi Gereja. Namun, jika kita kaji masalah ini lebih dekat, kita akan melihat bahwa di banyak negara, “dominasi” yang sama juga cocok untuk rezim-rezim yang didirikan atau didukung oleh kaum Mason. Oleh karena itu, kita dapat dengan mudah memahami bahwa Masonry mengklaim berjuang melawan “dominasi” adalah kepura-puraan. Di luar fakta bahwa Gereja—karena agama Kristen telah menyimpang— mempertahankan gagasan-gagasan skolastik dan praktik-praktik yang menindas, permusuhan Masonry terhadap Gereja tidaklah didasarkan pada hal ini namun pada kebenciannya terhadap agama-agama monoteisme tradisional. Cukuplah dengan mengamati struktur Masonry dan berbagai ritual serta upacaranya untuk memahami hal ini. pertarungan melawan agama di prancis, kampanye anti-agama di jerman: “kulturkampf”, pertarungan melawan agama di italia (Harun Yahya www.pakdenono.com)

Teori Sekularisme

Sekularisme (secularism) secara etimologis menurut Larry E. Shiner berasal dari bahasa Latin saeculum yang aslinya berarti â€oezaman sekarang ini― (the present age). Kemudian dalam perspektif religius saeculum dapat mempunyai makna netral, yaitu â€oesepanjang waktu yang tak terukur― dan dapat pula mempunyai makna negatif yaitu â€oedunia ini―, yang dikuasai oleh setan. Pada abad ke-19, tepatnya tahun 1864 M, George Jacob Holyoke menggunakan istilah sekularisme dalam arti filsafat praktis untuk manusia yang menafsirkan dan mengorganisir kehidupan tanpa bersumber dari supernatural. Setelah itu, pengertian sekularisme secara terminologis mengacu kepada doktrin atau praktik yang menafikan peran agama dalam fungsi-fungsi negara. Dalam Webster Dictionary sekularisme didefinisikan sebagai: â€oeA system of doctrines and practices that rejects any form of religious faith and worship. (Sebuah sistem doktrin dan praktik yang menolak bentuk apa pun dari keimanan dan upacara ritual keagamaan) Atau sebagai: â€oeThe belief that religion and ecclesiastical affairs should not enter into the function of the state especially into public education. (Sebuah kepercayaan bahwa agama dan ajaran-ajaran gereja tidak boleh memasuki fungsi negara, khususnya dalam pendidikan publik). Jadi, makna sekularisme, secara terminologis, adalah paham pemisahan agama dari kehidupan (fashlud din ‘an al hayah), yakni pemisahan agama dari segala aspek kehidupan, yang dengan sendirinya akan melahirkan pemisahan agama dari negara dan politik. Secara sosio-historis, sekularisme lahir di Eropa, bukan di Dunia Islam, sebagai kompromi antara dua pemikiran ekstrem yang kontradiktif, yaitu: Pertama, pemikiran tokoh-tokoh gereja dan raja di Eropa sepanjang Abad Pertengahan (abad V-XV M) yang mengharuskan segala urusan kehidupan tunduk menurut ketentuan agama (Katolik). Mulai dari urusan keluarga, ekonomi, politik, sosial, seni, hingga teologi dan ilmu pengetahuan, harus mengikuti kekuatan para gerejawan Katolik. Kedua, pemikiran sebagian pemikir dan filsuf –misalnya Machiaveli (w.1527 M) dan Michael Mountaigne (w. 1592 M)--yang mengingkari keberadaan Tuhan atau menolak hegemoni agama dan gereja Katolik. Jalan tengah dari keduanya ialah, agama tetap diakui, tapi tidak boleh turut campur dalam pengaturan urusan masyarakat. Jadi, agama tetap diakui eksistensinya, tidak dinafikan, hanya saja perannya dibatasi pada urusan privat saja, yakni interaksi antara manusia dan Tuhannya (seperti aqidah, ibadah ritual, dan akhlak). Tapi agama tidak mengatur urusan publik, yakni interaksi antara manusia dengan manusia lainnya, seperti politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya.

Sekularisme: Asas Ideologi Kapitalisme

Secara ideologis, sekularisme merupakan aqidah (ide dasar), yaitu pemikiran menyeluruh (fikrah kulliyah) mengenai alam semesta, manusia, dan kehidupan. Sekularisme juga merupakan qiyadah fikriyah bagi peradaban Barat, yaitu ide dasar yang menentukan arah dan pandangan hidup (worldview/weltanschauung) bagi manusia dalam hidupnya. Sekularisme juga merupakan qa’idah fikriyah, yakni sebagai basis pemikiran yang menjadi landasan bagi ide-ide cabangnya. Dalam kedudukannya sebagai qa’idah fikriyah ini, sekularisme menempati posisinya sebagai basis bagi ideologi kapitalisme, sebab sekularisme adalah asas filosofis yang menjadi induk bagi lahirnya berbagai pemikiran dalam ideologi kapitalisme (peradaban Barat), seperti demokrasi (sebagai sistem pemerintahan), kapitalisme (sebagai sistem ekonomi), liberalisme, dan sebagainya. Sebagai qaidah fikriyah, kemunculan demokrasi dan sistem ekonomi kapitalisme akan dapat dilacak kelahirannya dari sekularisme. Ketika agama sudah dipisahkan dari kehidupan, berarti agama dianggap tak punya otoritas lagi untuk mengatur kehidupan. Jika demikian, maka manusia itu sendirilah yang mengatur hidupnya, bukan agama. Dari sinilah lahir demokrasi, yang menjadikan manusia mempunyai wewenang untuk membuat aturan hidupnya sendiri. Dengan perkataan lain, demokrasi menjadikan rakyat sebagai source of power (sumber kekuasaan, baik legislatif, eksekutif, maupun yudikatif), sekaligus sebagai souce of legislation (sumber penetapan hukum). Demokrasi ini, selanjutnya membutuhkan prasyarat kebebasan. Sebab tanpa kebebasan, rakyat tidak dapat mengekspresikan kehendaknya dengan sempurna, baik ketika rakyat berfungsi sebagai sumber kekuasaan, maupun sebagai pemilik kedaulatan. Kebebasan ini dapat terwujud dalam kebebasan beragama (hurriyah al-aqidah), kebebasan berpendapat (hurriyah al-ar`y), kebebasan berperilaku (al-hurriyah asy-syakhshiyyah), dan kebebasan kepemilikan (hurriyah at-tamalluk). Dari kebebasan kepemilikan inilah, pada gilirannya, lahir sistem ekonomi kapitalisme.

Kritik Atas Sekularisme—Tidak Memuaskan Akal Dan Fitrah Manusia

Umat Islam wajib menolak sekularisme, paling tidak karena 4 (empat) alasan berikut, yaitu: Pertama, sekularisme adalah ide yang tidak memuaskan akal. Dengan kata lain, sekularisme tidak sejalan dengan akal (nalar) sehat manusia. tapi lebih didasarkan pada sikap jalan tengah. Kedua, sekularisme tidak sesuai dengan fitrah manusia, karena sekulerisme menempatkan manusia pada posisi Tuhan yang Maha berkuasa untuk mengatur kehidupan manusia yang sedemikian kompleks. Padahal manusia adalah makhluk yang lemah untuk bisa mengatur kehidupan manusia. The house of Khilafah1924.org http://www.khilafah1924.org Powered by Joomla! Generated: 19 November, 2009, 12:56 Ketiga, sekularisme telah melahirkan berbagai ide yang gagal dalam praktik yang malah menimbulkan penderitaan pedih pada manusia, misalkan ide demokrasi dan ekonomi kapitalisme. Keempat, sekularisme bertentangan dengan Islam. Argumen pertama hingga ketiga, adalah berupa dalil-dalil yang rasional (dalil aqli). Sedang argumen keempat, adalah berupa dalil-dalil naqli. Menurut Abdul Qadim Zallum dalam Al Hamlah al Amirikiyah li Al Qadha` ‘ala Al Islam (1996) sekularisme sebenarnya bukanlah hasil proses berpikir. Bahkan, tak dapat dikatakan sebagai pemikiran yang dihasilkan oleh logika sehat. Aqidah pemisahan agama dari kehidupan tak lain hanyalah penyelesaian jalan tengah atau kompromistik, antara dua pemikiran yang kontradiktif. Kedua pemikiran ini, yang pertama adalah pemikiran yang diserukan oleh tokoh-tokoh gereja di Eropa sepanjang Abad Pertengahan (sekitar abad ke-5 s/d ke-15 M), misalnya Thomas Aquinas, St. Agustine, Tertullian, dan St. Jerome, untuk menundukkan segala urusan kehidupan menurut ketentuan agama Katolik. Sedangkan yang kedua, adalah ide sebagian pemikir dan filsuf yang mengingkari keberadaan Tuhan dan agama. Mereka itu misalnya Machiavelli (w. 1527 ) dan Michael Mountaigne (w. 1592). Contoh lainnya adalah ide Voltaire (w. 1778) yang menyatakan, â€oeOrang liberal harus mengakui, bahwa tuhan telah mati (God is dead)―. Ludwig Feurbach (w. 1872) misalnya, menyatakan bahwa, â€oeGod is man, and man is God.― (Tuhan itu sebenarnya adalah manusia, dan manusia itu adalah Tuhan). Feurbach juga menyatakan, â€oeReligion is the dream of human mind.― (Agama adalah impian dari pikiran manusia). Walhasil, ide sekularisme merupakan jalan tengah di antara dua sisi ide ekstrem tadi, yakni ide yang mengharuskan ketundukan pada agama secara mutlak, dan ide yang menolak eksistensi agama juga secara mutlak. Penyelesaian jalan tengah, sebenarnya mungkin saja terwujud di antara dua pemikiran yang berbeda (tapi masih mempunyai asas yang sama). Namun penyelesaian seperti itu tak mungkin terwujud di antara dua pemikiran yang kontradiktif. Yang mustahil diselesaikan dengan jalan tengah. Jadi, sekularisme, bisa diumpamakan jalan tengah dari dua ide yang tidak mungkin dicari titik tengahnya.

Taqiyuddin An-Nabhani dalam Nizhamul Islam (2001) mengatakan bahwa sekularisme bertentangan dengan fitrah manusia, yang terwujud secara menonjol pada naluri beragama. Naluri beragama tampak dalam aktivitas pen-taqdis-an (pensucian); di samping juga tampak dalam pengaturan manusia terhadap aktivitas hidupnya. Jika pengaturan kehidupan diserahkan kepada manusia, akan tampak perbedaan dan pertentangan tatkala pengaturan itu berjalan. Hal ini menunjukkan tanda kelemahan manusia dalam mengatur aktivitasnya. Sebagai contoh ketidakmampuan manusia ini, bisa kita saksikan sistem hukum di Indonesia yang melahirkan banyak pertentangan dan kontradiksi. Di Indonesia diterapkan 3 sistem hukum,yaitu hukum adat, hukum sipil (warisan Belanda), dan hukum Islam. Akibat beragamnya sistem hukum ini, timbul banyak problem, antara lain adanya kontradiksi hukum positif dengan Syariah Islam. Hukum pidana (KUHP) peninggalan penjajah, falsafah yang mendasarinya sangat bertolak belakang dengan syariah Islam. Misalnya dalam kejahatan kesusilaan, KUHP pasal 284 berbunyi: â€oeBarangsiapa melakukan persetubuhan dengan laki-laki atau perempuan yang bukan suami atau istrinya, maka diancam dengan sanksi pidana. Jadi perzinaan hanya terjadi jika kedua pelakunya sudah menikah (berstatus suami atau isteri). Maka, pasal ini tidak melarang hubungan seksual yang dilakukan secara suka sama suka oleh kedua orang yang belum menikah (fornication), tidak melarang hojoseksual, dan tidak melarang hubungan seksual dengan binatang (bestiality). Kontradiksi ini lahir karena akal manusia dianggap hebat dan super sehingga berani menerapkan berbagai sistem hukum secara campur aduk, berasaskan sekularisme (menjauhkan agama dari kehidupan). Ini jelas bertentangan dengan fitrah manusia yang seharusnya mengakui kelemahannya, sehingga akhirnya mau berhukum kepada aturan dari Allah semata. Oleh karena itu, menjauhkan agama dari kehidupan jelas bertentangan dengan fitrah manusia. Dengan kata lain, menjauhkan peraturan Allah dan mengambil peraturan dari manusia adalah bertentangan dengan fitrah manusia. Maka dari itu, sekularisme telah gagal dilihat dari segi fitrah manusia.

Tidak ada komentar: