Paradigma Dan Sejarah Teori Syafrilisme
oleh yanto sagarino samawa pengagas teori shaffan
Keyakinan Gerak Pluralitas Advokatif
Realitas di muka bumi ini begitu beragam (pluralitas) baik fisik, karakter, sipat dan sukunya setiap individu manusia itu sangat berbeda, namun penciptaannya sama semua, manusia di ciptakan dari sari pati tanah liat kemudian ditiupkan ruhnya oleh Allah swt. Manusia tersebar kedalambeberapa karakter, budaya bahkan keyakinan yang sangat kompleks dan multidimensional. Inilah sesungguhnya pelangi Maha Indah, Maha jenius, Maha Kreatif, Maha Inovatif, dan Maha demokratisnya Tuhan. Sejentik apaun Dia tak pernah habis mode dalm menciptakan mahluknya. Dibalik semua itu terkandung pesan moral yang damai dan memiliki hikmah yang sangat anggun. Ditengah pluralitas ini, sesungguhnya Tuhan telah menetapkan sedikit dua rambu pengaman, pertama, manusia, terutama dengan adanya perbedaan-perbedaan cederung saling bermusuhan satu sama lainnya sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah [2] : 36 yang menyebutkan ”Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan sampai waktu yang telah ditentukan”. (Al Qur’an surat Al Baqarah [2] : 36). Perbedaan adalah faktor potensial yang menyulut permusuhan baik konflik fisik maupun saling memfitnah satu sama lainnya. Kedua, manusia hendaknya satu sama lainnya saling tolong menolong dan nasihat menasehati, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Ashr [103] : 1-3 yang menyatakan ”Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan salig nasehat mensehati supaya menetapi kesabaran”. (Al Qur’an surat Al Ashr [103] : 1-3). (Rulli Nasrullah Dan Tohirin, 2008 : 9, Unbelieve In Relidion, believe In God, Penerbit MASmedia Buana Pustaka). Hal pertama lampu merah (Bahasa lampu : pada masa fase kedua sejarah abad 18-19 sumbawa besar bahasa lampu berasal dari kata dila, kemudian mengalami perkembangan pada era modern sekarang ini berubah dari dila ke lampu) dalam perjalanan lalu lintas menunjukkan berhenti dan menahan diri sejenak, sebagaimana di sebutkan dalam Al Qur’an surat Al Baqarah [2] : 36, kalau dalam pemberhentian di lampu merah kemudian ada salah seorang bahkan dilihat temannya menerobos mereka ikut semua, maka akan mengakibatkan fatal dan saling bertabrakan satu sama lainnya dari arah yang berbeda-beda. Hal kedua menunjukan lampu hijau, tanda perjalanan di lanjutkan sebagaimana peringatan Al Qur’an surat Al Ashr [103] : 1-3, semua pengendara baru bisa berjalan ketika rambu hijau menyala dengan tetap memperhatikan etika rambu-rambu lalu lintas dalam mengendarai kendaraan. Demikianlah proses kehidupan, satu sama lainnya harus berbagai, perasaan, tenggang rasa, toleransi, saling pengertian dan mau membatasi diri dalam hal-hal tertentu. (Rulli Nasrullah Dan Tohirin, 2008 : 118-119, Unbelieve In Relidion, believe In God, Penerbit MASmedia Buana Pustaka).
Ada satu prinsip mendasar dalam pluralitas ini bahwa satu sama lainnya tak bisa hidup sendiri-sendiri, manusia dimanapun selalu membutuhkan orang lain. Satu sama lain saling bergantung dan keadaan yang membuat mereka, suka maupun tidak berinteraksi dengan yang lain inilah dinamika kehidupan yang kalau meminjam bahasa Rulli dan Tohirin adalah ”gerak pluralitas dan pluralitas bergerak”. Tentu dalam proses bergerak harus memiliki dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang didalam regulasinya juga diatur tentang bagaimana manusia harus bergeral yang semestinya dan bagaimana konsep manusia saling menasehati dan tolong menolong untuk mengajak kepada kebaikan. Manusia ini sebuah kelompok atau komonitas atau As Syaf (rakyat) yang saling mebutuhkan satu sama lainnya untuk mendapatkan manfaat dari proses gerak tersebut. Begitu juga dalam proses gerak tersebut seorang manusia baik secara individu maupun kolektif harus mendahulukan kepentingan orang banyak tidak boleh hanya kepentingan sendiri-sendiri, karena kalau kepentingan sendirii dalam komonitas (As Syaff) banyak melahirkan pertentangan baik antar individu maupun semua orang karena dianggap kejahatan kemanusiaan. Akan tetapi kalau bergerak secara kolektif, sebagaimana yang di sebut dalam bukunya Rulli Nasrullah Dan Tohirin adalah ”gerak pluralitas advokatif” untuk kebenaran dan saling menyantuni. Begitu juga dengan ”gerak pluralitas negatif” yang di sebut oleh Rulli Nasrullah Dan Tohirin adalah gerak yang selalu menyimpang adari berbagai aturan yang telah ditetapkan. Pola gerak inihanya akan merugikan segala daya dan upaya yang sudah dilakukan sebelumnya dan membuat harmoni-harmoni kehidupan ini menjadi kacau balau. Gerak menyimpang itu merupakan interaksi yang satu sama lainnya saling menghina, saling mencela, mengejek orang lain dengan bahsa kasar dan menyinggung perasaannya seperti ”saya kira kamu sudah mati”, saling memaksa, saling meguasai dan mengeksploitasi, dan mendiskreditkan orang lain. Inilah gerak yang dimaksud oleh Rulli dan Tohirin sebagai gerak mengacau kehidupan orang lain, lebih populernya ”gerak pluralitas negatif”.
Gerak pluralitas ini sangat berhubungan langsung dengan doktrin Asma (agama) dan keyakinan akan gerak pluralitas ini dipahami dalam du ahal yaitu sebagai berikut : Pertama, Gerak kedalam, adalah proses pencarian seseorang tentang hakekat kebenaran. Gerak ini mengisyaratkan manusia yang merasa kebingungan atas kondisi kosong dan tidak adanya dinamika gerak progresif yang mereka lihat dalam aktivitasnya, sehingga mereka mengalami sebuah kegundahan dan kehausan intelektual, oleh karena mereka dipaksa untuk memahami apa yang sulit mereka pahami. Doktrin itupun bersifat eksklusif—ortodoks dan bisa membahayakan orang lain dengan tidak paham eksistensi diri mereka dan keyakinan akan sebuah makna keislamannya sendiri. Ia sendiri yang berusaha melakukan pembaharuan intelektul untuk keluar dari doktrin eksklusif—ortodoks (kaku) dan tidak menyenangkan alam setiap kajiannya. Sehingga mereka justru mmeperkokoh diri secara bebas dalam konteks penguatan intelektual dan keyakinan terhadap agama yang terus saja mengalami evolusi, pembaharuan, dan harmonisasi nilai intelektual.
Kedua, Gerak keluar, di dalam Al Qur’an surat Al Imran : 110 dan 104 serta surat Al Maun : 1-7, mengisyaratkan sebuah makna tolong menolong dan membantu orang lain, itu semua adalah kewajiban setiap muslim atau umat beragama dengan tujuan menyelamatkan orang lain. Gerak ini merupakan sebuah keharusan yang ditandai dengan keyakinan sebagai panggilan suci untuk saling menyelamatkan baik dari keufuran, kemiskinan dan marxisme—ateisme karena semua itu adalah kewajiban setiap musli untuk bergerak progresif. Saat itu saya memandang dunia yang begitu apatis walaupun ada sebuah forum perkoming tapi tidak bergeming untuk menolak semua kebijakan negara yang memprivatisais BUMN sebagai hak milik rakyat seutuhnya dan tidak menolak pemilu yang sangat busuk ketika bangsa ini melahirkan para intelektual yang melakukan penghianatan terhadap suara rakyatnya. Begitu juga di luar saya mendengar dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana mahsiswa menyerang teman sendiri karena tidak bisa menerima perbedaan pandangan tentang sebuah keyakinan kebenaran. Saya melihat ada manusia hedonisme yang menjadikan semua sifatnya itu untuk mencapai tujuan sendiri dengan saling membenci satu sama lainnya. Paham orang seperti ini kita menyebutkan ”mengakui pluralitas tapi tidak bergerak, mengakui kebenaran tapi masih saja berbuat kemungkaran, mengakui dirinya intelektual yang realistik dan progresif tapi masih sistem berfikir ortodoks dan kaku. Komonikasi antar keyakinan sebuah dialog yang sangat kritis dan saling mendoktrinasi, siapa yang kalah dalam argumentatif maka mereka yang terbidih, siap yang mundur dalam bahasa persahabatan mereka berarti mereka mempersempit dinamika ruang berfikir yang intelektual, siapa yang lari dari persahabatan itu, bukanlah penghianatan tetapi mencari sebuah kebenran dengan melakukan harmonisasi nilai agar dalam dirinya tidak ada kontradiksi yang dapat menganggu otoritas berfikirnya. Maka oleh karena itu, perpauan gerak harmonisasi nilai pluralitas dan gerak pluralitas progresif—advokatif adalah sebuah cermin keyakinan bahwa dunia ini akan menjadi dunia yang penuh keislaman dengan nilai kemanusiaan yang damai tanpa ad hegemonik keleompok tertentu, semuanya bisa saling memahami dan saling menghargai perbedaan.
Majelis Perkoming : Pencarian Eksistensi Penciptaan Manusia
Majelis Perkoming adalah sebuah forum ilmiah yang digagas oleh kader IMM NTB, pusat kajiannya di masjid Ulul Albab Universitas Muhammadiyah Mataram, pelaksananaan kajian pun itu di lakukan pada malam minggu. Mengapa harus malam minggu saat itu, karena memang tujuannya ingin memperkenalkan bahwa dunia keislaman memiliki nama-nama hari, cara berhitung (angka), matematika Al Qur’an, perkembangan sains dan tekniologinya dan yang paling penting dalam komonitas forum tersebut adalah pengakuan akan keislaman—pluralitasnya dan adanya manivesto amar ma’ruf dan nahi mungkar. Karena memang saat itu kami semua berasal dari kader IMM yang sangat pluralitas yang lahir dari rahim orang tuanya sendiri, entah sebelum masuk IMM mereka pernah melakukan kesalahan atau tidak pernah atau berasal dari keluarga baik-baik atau kurang baik. Wallahualam bissawab. saya tidak tau yang terpenting dalam hidup itukan mendahului ahlak dan menghargai orang lain. Namun di forum tersebut ada hal yang sangat menarik yaitu semua yang terlibat dalam diskusi malam minggu tersebut berasal dari kiyai ortodoks, ustadz ekslusif—radikal, kader IMM yang moderat dan liberal. Akan tetapi yang paling mendominasi pada saat itu adalah kiyai jalanan (ustatdz pungli) dan ustadz ekslusif—radikal, bentukan-bentukan kader IMM dari forum ini banyak yang telah berhasil meraih gelar keilmuan yang mereka suka. Tetapi kebebasan beriqra dan bebas berfikirnya tidak terejawantahkan dalam diri mereka, apalagi Muhammadiyah sebagai basis akhir perkaderan IMM untuk beri’tiba pada proses keislaman yang lebih matang dan kaffah. Kelahiran mereka tentu membawa warna banyak, ada yang senantiasa diskusi dengan gaya trut claimnya, ada juga dengan gaya berapi-api yang senantiasa menginginkan syariat Islam, gerakan Islam militan—radikal—revolutive, ada juga yang meletakkan dan mengkultuskan Jamaludin Al Afgani, Muhammad Abduh, Muhammad Abdul Wahab (wahabi), Rasyid Ridha, dan kemudian yang lebih parah yang dianut paham oleh masyarakat Islam umumnya adalah mengkultuskan Rasullullah saw dengan melakasanakan ritualisme Nabi, yang dinamakan Maulid Nabi Muhammad saw. Begitu juga dengan berbagai personal paulus, patikan, dan uskup di dunia ini, hitung dari paulus I sampai sekian (abad ke 20) ini telah melahirkan berbagai macam konflik, baik konflik yang bersifat global—religius maupun etnik, ekonomi, wacana keagamaan, konspirasi penghianatan agama lainnya, menyusun metodologi berfikir alam pikiran mereka untuk di ikuti oleh seluruh manusia, membangun kekuasaan politik yang otoritarianisme, melakukan propanganda untuk perang salib (suci) bagi mereka. Kalau kita menyebutkan semua tentu banyak konflik yang kita lahirkan sebenarnya tanpa menghargai dan bertoleransi atas dasar nilai kemanusiaan—padahal diantara seluruh manusia itu bersatu dalam barisan yang sama untuk menuju kepada keislaman—ketuhanan yang paling benar dan ahad (esa/satu).
Perkembangan perkoming tersebut sangat indah dalam perjalanan, bisa di ibaratkan sebagai gerakan ilmuisasi—pengilmuan Islam, karena memang pada saat itu semua kader IMM yang masuk dan bergulat dengan pemikiran IMM itu sendiri adalah orang yang kosong dalam spiritualitas maupun pemahaman keislaman. Setiba perjalanan waktu, pada malam minggu ketiga bulan oktober 2004 saya menjadi pembicara (memimpin diskusi) dalam forum tersebut. Saat itu tema yang saya bawa adalah ”Pencarian Eksistensi Pensiptaan Manusia”, dalam paparan makalah saya itu, mrncoba memetakkan antara pendapat orang barat dengan kaum muslim dalam proses penciptaan manusia, dari paparan tersebut saudara Syamsul Hidayat pun bertanya tentang sesuatu yang tidak bisa saya jawab sebenaranya, karena semua pertanyaannya saat itu, endingnya adalah mengapa manusia berbeda agama, apakah ini di bawa sejak lahir ? atau sudah di takdirkan menjadi kristen, budha, hindu, dan lain sebagainya oleh Tuhan ? atau memang mengikuti Asma (agama) orang tuanya. Lihat jawaban selanjutnya. Dunia semakin meruncing untuk mencari sebuah titik distorsinya, meruncingnya dunia ini, bukanlah karena kehendak ketuhanan semata, tetapi karena otak pikir dan tangan serakah manusia baik dalam membangun konsfirasi konflik perang untuk menghancurkan orang lain maupun tangan serakah mereka mengambil kekuasaan dunia, kemudian mereka jadikan sebuah boneka yang bisa di tendang kemana-mana. Padahal Allah swt (Tuhan yang satu) dan Islam yang penuh keislaman (kedamaian) telah mengajarkan kepada manusia agar tidak saling membunuh, bertikai, tidak saling memperolok dan tidak saling merusak antar sesama manusia. Karena Allah menciptakan manusia dan jin sekalipun bukanlah untuk permainan belaka, akan tetapi untuk beribadah kepada Tuhan yang satu dan Keislaman yang satu.
Forum perkumpulan korban malam minggu (perkoming) sebuah forum yang mengambil sikap oposisi terhadap peradaban barat yang meyakini hari minggu sebagai hari kebangkitan peradaban mereka seutuhnya, oposisinya perkoming bukanlah dalam konteks jihad yang serba emosional tetapi dengan visi mengembalikan masa kejayaan Islam, dimana saat itu masa yang sangat damai tanpa penindasan, contoh perdamaiannya adalah ketika Rasullullah saw dalam hijrahnya ke Madinah sampai di Madinah pun di sambut oleh paskan qurais, Rasulullah bukan untuk balas dendan tetapi justru memaafkannya, padahal mereka (kafir qurais) adalah manusia yang senantiasa membuat kerusakan dan membunuh orang lain. Begittu juga dengan pada masa pememrintahan Salahudin Al Ayyubi, ketika di serang oleh pasukan perang salib pada tahun 1194 dengan pimpinan Richard atas suruhan pimpinan umat kristiani yakni paulus II untuk menghukum mati 300 ribu prang umat Islam saat itu yang kebanyakan diantara wanita dan anak-anak. Tragedi ini berlangsung lama di Kastil Acre, meskipun prang Islam melihat kekejaman perang ini, tetapi umat Islam tidak bergeming untuk membalasnya dengan perang. Richard dalam memimpin pasukan perangnya, mengalami dan menderita sakit keras. Kemudian mendengar berita itu, Salahudin al Ayyubi secara sembunyi-sembunyi mendatangi Richard, sesampai ditenda markas Richard bukanlah untuk membunuhnya tetapi malah dengan ilmu kedokteran Salahudin Al Ayyubi mengobati Richard hngga akhirnya sembuh. Bahkan Salahudin pun memaafkan atas kejahatan Richard dalam membunuh umat Islam. Richard pun berjanji akan menarik mundur pasukan salib dan memulangkan ke Eropa, tidak lam kemudian perjanjian damai pun terlaksana antara umat kristiani dengan Islam saat itu. Akan tetapi bagaimana sekarang apakah Islam yang membuat kerusakan atau justru umat kritianilah yang menghantui rasa bahagia dalam menikmati keislamannya umat Islam ?. Memang begitulah model umat non Islam selalu bergeming untuk melakukan pembohongan terhadap diri mereka sendiri, sekarang berkata damai, besoknya perang katanya ?. kami tidak tau tujuan mereka hidup ingin bahagian dan damai atau hanya ingin perang saja atau membangun konspirasi kejahatan bersama zionismenya di bawah ketiak orientalisme moderat. Itulah contoh dan bukti rill bahwa Islam menginginkan kebahagiaan dan kedamaian dunia ini, Dalam pertemuan perkoming tersebut juga, suasana pergulatan argumentatif selalu melebar diskusinya dari proses penciptaan manusia dalam persfektif Al Qur’an sampai pada benturan peradaban. Sementara buku benturan peradaban yang ditulis oleh seorang orientalis abad 20 ini adalah Samuel P Huntingtong dari Amerika Serikat. Buku tersebut menjelaskan sebuah proses dan startegi untuk membenturkan sebuah peradaban islam yang akhirnya nanti mereka inginkan adalah peperangan antar etnik, cultur, kulit antara hitam dan putih, ras, suku dan lain sebagainya. Sebagaimana sejarah Amerika Serikat terjadi perang suku dan antar kulit putih dan hitam, kemudian perbuatan maksiat antara perempuan kulit putih menyukai laki-laki kulit hitam, kemudian melakukan kebebasan seksualitas, begitu sebaliknya dan seterusnya. Problem tersebut pernah di gugat oleh paulo pierre seorang orientalis beragama kristen protestan dalam buku Conscientizacao : Tujuan Pendidikan paulo pierre yang mengatakan bahwa Amerika Serikat sebagai neara yang bebasa dan penuh nilai kemanusiaan, justru melanggar apa yang dideklarasikannya tentang sebuah kemerdekaan. Kini Amerika Serikat tidak lain dari pabrik-pabrik penggiling yang selalu melindasi dan menghancurkan kehidupan orang lain. Faktanya orang kulit putih selalu melalkukan pemerkosaan terhadap perempuan kulit hitam baik diatas kapal maupun tempat-tempat terbuka, memang setan bermata biru itu tidak pernah bisa bejat nafsunya, safsunya sampai-sampai perempuan kulit hitam meninggal. (Paulo Pierre,2001 : 41).
Orang-orang barat dewasa ini sedang bersungguh-sungguh mempertikaikan keserasian di antara agama dan sains. Karena mereka terbiasa bebas dari segala aturam Asma (agama) apapun. Sebagaimana sejarah yang terjadi di Amerika, tanpa bisa di tolak bahwa dalam kitab mereka. Apapun bentuk kitabnya pasti mengajarkan sebuah pelajarang tentang Tuhan yang mulia, Maha adil, Maha mengetahui perbuatan manusia dan Maha mebalas perbuatan jahat manusia. Akan tetapi mereka kecenderungan tidak mau mengetahui hal tersebut. Sebaaimana apa yang dikatakan oleh paulo pierre bahwa agama kristen yang di peluk orang kulit putih telah jauh menipu dan melakukan peperangan yang membuat mereka tertindas, dan mencuci otak orang negro agar selalu memberikan pipi, tersenyum, berkelahi, tunduk, hidup, sederhana, menyanyi, dan berdoa serta mencari kue pastel diangkasa dan mencari surga di akherat sedangkan didunia ini orang-orang kulit putih menikmati hasil kerja orang kulit hitam. (Pauolo Pierre 2001 : 42).
Al-Kahfi : 110 Tentang Aku Ini Manusia Biasa ? No Problem
Definisi manusia yang dikemukakan ilmuan sangat beragam tergantung dari aspek mana ia meneliti dan mengkajinya. Sebagian ilmuan berpendapat bahwa manusia adalah makhluk sosial karena ia melihat dari aspek sosialnya. Sebagian lagi berkomentar bahwa manusia adalah binatang cerdas yang menyusui atau makhluk yang bertanggung jawab atau makhluk membaca dan tertawa dan lain-lain sebagainya. (Muhammad bin Mukrim bin Manzhur al-Afriqy, Lisan al-Arab, Bairut: Dar Shadir) Jilid 6 hal. 10 dan Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab – Indonesia (Jakarta : PT. Hidakarya Agung). Jika diamati lebih mendalam sifat-sifat dan karakter manusia, khususnya bahwa manusia itu mempunyai bahasa yang teratur, mempunyai keahlian untuk berbicara, berfikir, mamiliki kepekaan sosial, mempunyai apresiasi estetika dan rasa yang tinggi serta mampu melakukan ritual ibadah kepada sang pencipta maka wajarlah jika para filosofi agama (Yahudi, Kristen dan Islam) mendefinisikan manusia sebagai makhluk yang unik dari asal yang suci, bebas dan dapat memilih. (Prof. Dr. H.M. Rasjidi, Persoalan-Persoalan Filsafat, edisi pertama (Jakarta : P.T. Bulan Bintang, 1984) h. 54) Salah satu bagian manusia yang paling aneh adalah jiwa dan akalnya, bahkan tidurnya pun belum banyak diketahui bagaimana itu terjadi. Sehingga definisi manusia yang dapat disepakati dan diterima secara menyuluruh dan dapat menggambarkan manusia secara utuh hingga saat ini belum ada. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam menyebut manusia dalam tiga kata yaitu :
1. Menggunakan kata yang terdiri dari huruf Alif, Nun dan Sin seperti Insan, Nas atau Unas.
2. Menggunakan kata basyar
3. Menggunakan kata Bani Adam dan Zuriyat Adam
kata Insan terambil dari kata Uns yang berarti jinak harmonis dan tampak dan ada juga yang mengatakan bahwa kita Insan terambil dari asal kata Nasiya yang berarti melupakan sesuatu atau meninggalkan sesuatu. (Abu al-Hasan, Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu’jam Maqayis al-Lughah, (Bairut Lebanon: Dar al-Fikr) Jilid 5 hal 337) Sehingga memberi pemahaman bahwa insan (manusai) adalah totalitas jiwa dan raga dan berfungsi untuk membedakan antara manusia satu dengan manusia yang lain akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan. Sedangkan kata basyar menunjukkan arti penampakan sesuatu dengan baik dan indah atau singkatnya kulit. Jadi basyar adalah kulit luar manusia (lahiriyahnya) sehingga berpengertian bahwa semua manusia itu sama, bahkan Nabi Muhammad pun sama dengan kita sesuai pernyataan dalam al-Qur’an surah al-Kahfi ayat 110 : “Katakanlah “Sesungguhnya Aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian hanyalah Tuhan yang Esa.“ Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah swt adalah paling sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainya, termasuk diantaranya Malaikat, Jin, Iblis, Binatang, dan lain-lain. Tetapi manusia sendiri terkadang tidak tahu atau tidak kenal akan dirinya sendiri sebagai manusia. Untuk itu, penulis berusaha memberikan sedikit gambaran tentang manusia, Siapa sebenarnya diri manusia itu ?. Sebenarnya manusia secara garis besarnya itu terdiri atas 3 unsur yaitu; pertama: Jasmani yang terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah. Kedua: ruh yang terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya untuk menghidupkan jasmani saja. Ketiga: Jiwa (Al-Nafs/rasa dan perasaan) yang juga terdiri atas 3 unsur: Muthmainnah, dipengarui sifat malaikat, sifatnya adalah: bijaksana, tenang, berbudi luhur, berakhlak tinggi dan mulia- menciptakan kedamaian dan kasih sayang. Lawwamah, ada berada di bawah Natiqoh/Muthmainnah, berfungsi untuk membentengi diri dari nafsu syahwat dan menentangnya serta membuat seseorang menyesal atas kecorobohannya, baik ibadah maupun yang lain. Nafsu ini berada antara nasu muthmainnah dan ammarah. Ghodob/Ammarah dipengaruhi oleh sifat iblis, sifatnya adalah : membiarkan nafsu syahwat bahkan mengikutinya dan mengikuti bisikan syetan sehingga bersifat sombong, merusak dan angkara murka. (Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazaly, Ihya’ Ulum al-Din, (Bairut: Dar al-Ma’rifah, t. thn) Jilid 3 hal. 4).
Corak corak Manusia juga dapat dikategorikam dalam 3 kelompok besar yaitu Mu'min, Kafir, Munafiq, sedangkan perjalanan kehidupan manusia mengalami 6 fase yaitu:
a. Alam arwah/ruh, masih didalam alam suci sebagai taqdir Tuhan
b. Alam rahim, didalam kandungan ibu dan kadarnya sudah ditentukan
c. Alam dunia, merupakan alam untuk sementara yang telah dibuktikan
d. Alam barzah, dalam tahanan alam kubur atau prefentif manusia
e. Alam mizan, timbangan alam dibangkitkanya kembali manusia
f. Yaumil ma'lum (hari pengumuman/keputusan) antara amal baik dan neraka yang amal buruk
Berbagai macam studi kasus yang kita lihat bersama dalam kehidupan di dunia ini, penuh dengan teka teki, akankah ada sebuah bahasa keislaman dalam naluri dan benak bejadnya manusia. Itu semua sebenarnya flatporm kehidupan untuk menghadap ke Tuhan yang satu (Esa). Tentu visi dan misi dari semua platform manusia untuk mencapai keislamannya (kedamaiannya) demi merajut harmoni dengan Tuhan tentu dengan nilai moral, ahlak dan Islam. Bukanlah dengan menjadi artis kemudian mengemborkan lika-liku bodi tubuhnya agar laku di pasar intertaiment seperti julia peres, bukanlah saling memfitnah dan membuka aib satu sama lain di depan umum seperti acara curhat di ANTEVE, bukanlah menjadi pemikir ekonom yang selalu mementingkan diri sendiri dengan tidak memikirkan kaum lemah, bukanlah politisi korufsi, nepotisme dan kolusi sebagai syarat keislaman kita untuk masuk surga dan bersumpah demi Allah di depan gedung legislasi (DPR), akademisi menjadi mapia intelektual yang kontradiksi dengan keimanan mereka sebagai alasan tuntutan kepada Tuhan untuk meminta surga sebagai balasan Allah, bukanlah yang terbaik menjadi budayawan/budayawati untuk meningkatkan pariwisata, tetapi semua pengunjung bertelanjang dengan alasan menyenangkan semua orang seperti di bali. Semua hal seperti itu, dari hasil kerja munkar manusia pasti mendapat balasan dari Tuhan. Agama apapun didunia ini tidak mengingginkan kejelekan dan kemungkaran manusia. Akan tetapi mengapa manusia itu masih saja berfikir kesukuan, membela yang salah dan melegalisasikan pelacuran demi Pendapatan Keuangan Daerahnya misalnya di surabaya dengan Gang Dolinya. Yang jelas Asma (agama) tidak ingin umatnya terjerumus pada kenistaan. Semua asma (agama) memiliki peran yang sama dalam memberantas kemungkaran, baik dalam taraf teknologi maupun ilmu pengetahuan. Maka untuk mengedepankan kebaikan dan mempertahankan eksistensi Asma (agama) demi menjamin seluruh umat manusia menjadi baik dan berlaku benar terhadap Tuhan yang satu (Esa), maka harus di tekankan pada penciptaan nilai etika moral dan ahlak profetiknya dalam diri manusia itu sendiri. Apapun agama entah itu kristen, budha, hindu, taoisme, konghucu, komfucianisme, suku, warna kulit, daerah/kekuasaan, wilayah politik, budaya dan lain sebagainya, sesungguhnya itu syarat relative yang kita jalankan dan kita hidup karena di berikan kehidupan oleh Tuhan yang Asmaul Husnanya universal adalah bertujuan untuk menyempurnakan hakekat Asmaul Husna yang ada dalam diri pribadi maupun orang lain dengan cara berjamaah (bersama-sama), Iqra atau membaca ulang kesalahan yang terjadi, duduk bersama, membicarakan sebuah perdamaian (keislaman) tanpa kekerasan dan teraksir mantapkan gerakan fil Islamnya (gerakan pembumian perdamaian).
Pada tanggal 26 november 2009 ketika saya menonton berita di statsion televisi swasta yakni TVONE, beragam masalah bangsa indonesia dan di dunia. Adapun maslah bangsa indonesia adalah fakta hukum indonesia dan bentuk peradilan yang tak pernah mengenal keadilan pada nilai-nilai kemanusiaan, misalnya kasus pencurian semangka satu buah di jawa timur yang di jerat hukuman 5 tahun penjara. Harga semangka pun hanya 2500 rupiah. Proses ini belum lagi dijalani hukuman 2 bulan dalam penjara, selain itu juga terdakwa dianiaya oleh pihak yang punya semangka tersebut. bahkan kasus itu tidak didampingi kuasa hukumnya dalam proses persidangan, karena memang terdakwa orang miskin. Memang persoalan mencuri tidak ada yang membenarkan, akan tetapi adakah rasa keadilan dan nilai kemanusiaan pada peradilan bangsa ini, Kemudian kita bandingkan dengan kasus Anggodo Wijoyo sebagai markus (mapia kasus) saudaranya Anggoro Wijoyo dan Bibit Samat Riyanto—M Candra Hamzah sebagai pimpinan KPK RI, hendarman Supanji sebagai Kejaksaan Agung dan Pol. Bambang Hendarso Danuri sebagai KAPOLRI. Kasus ini meruapakan sesuatu hal yang di nilai penghianatan terhadap proses penegakkan hukum yang berkeadilan, mengapa karena semua otak para ahli praktisi hukum kita mudah dirayu dan di beli. Inilah persoalan mengapa indonesia ini tidak kunjung membaik dan mengalami peningkatan serta tidak ada komitmen baik para penguasa maupun pengusaha yang mencoba menjalankan bisnis haramnya, agar senantiasa memperbaiki bangsa ini yang sudah bosan untuk bergerak, tinggal menunggu kematian. Selain berita korupsi dan kasus hukum, yang lebih menarik adalah realitas pendidikan yang di selenggarakan oleh sistem bangsa ini, yang sudah cenderung menghambakan diri pada kepentingan neoliberalisme sehingga apapun model tetap melanggar asasi kemanusiaan dan membentangkan sebuah penindasan yang tirani, contoh kasus misalnya adalah Ujian Nasional para siswa yang terddik sebelumnya dan selam 3 tahun mereka menempuh perjalanan untuk mendapatkan ilmu, namun ketika menghadapi ujian nasional, kemudian tidak lulus maka kesurupan, kegeliaan, mabuk dan menjadi preman. Inikan kesalahan yang dibuat oleh negara yang mencoba melindas nasib orang miskin semakin miskin, orang kaya tidak lulus belum tentu miskin. Hal inilah yang harus di luruskan agar nilai keadilan dan kedamaian maupun keberimanan manusia dalam mengasihi dan meninggikan antar sesama tetap terjaga. Tidak penting sistem negara yang sifatnya menindas, tapi yang terpenting adalah menciptakan keislaman (kedamaian) yang bermanivestasi pada ketuhanan. Bagi pemerintah dan siapapun penguasa negeri ini seharus persoalan-persoalan penting dan mendesak bagi rakyat harus segera didialogkan bersama komponen rakyat. Bila negara ini menanggung semua nasib pendidikan rakyat dengan cara mengratiskan dan menjamin kualitas tinggi serta manajemen yang baik. Mengabdi kepada rakyat atas dasar kemanusiaan sama kita menenm benih syurga di akherat nanti. Artinya semua itu harus ada kesadaran keislaman, kesdaran iqra agar pendidikan kita mencerdaskan dan membebaskan dari sistem ketertindasan, kesadaran majelis untuk berkumpul, agar negara kita penuh santun dan anggun yang terpenting menahulukan ahlak kemanusiaan. Kemudian setiap manusia juga membutuhkan gerakan fil Islam untuk mencapai kenikmatan kedamaian baik hubungan sesama warga negara maupun sesama Asma (agama).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar