Tuhan Dan Kitabnya; Pengakuan Kenabian Muhammad saw
Ketika Al Qur’an berbicara tentang bahwa akan ada sorang Muhammad saw sebagai utusan Tuhan untuk menyeru kepada kebaikan dan kebenaran. Hal ini di buktikan dalam al Qur’an surat Ash Shaaf : 6 mengatakan bahwa; Dan (ingatlah) ketika Isa as putra Maryam berkata : ”wahai bani Israil sesungguhnya aku utusan Allah kepada mu dan membenarkan kitab yang turun sebelum ku yakni Taurat dan membawa kabar gembira bahwa akan ada seorang Rasul yang akan datang setelah ku, namanya Ahmad (Muhammad), Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata ini adalah sihir yang nyata. (QS. Ash Shaaf : 6). Ayat ini menjelaskan tentang bagaimana Muhammad setelah diutus oleh Tuhan kemudian Muhammad berdakwah dan menganggap prilaku sihir oleh bani Israil, pada Muhammad diutus adalh untuk membawa kebajikan dan membela kebenaran. Lebih lanjut dalam sebuah Al Kitab mengatakan bahwa; "Dan orang-orang kafir berkata: Engkau bukanlah utusan, Katakanlah: Allah sudah cukup sebagai saksi antara aku dan kamu, dan pula orang yang mempunyai ilmu Kitab" (13:43). Al-Quran menunjang pengakuan Nabi Suci Muhammad saw Jika kesempurnaan hukumnya itu adalah kriteria dari masyarakat yang beradab, maka standar al-Quran yang diletakkan bagi kebenaran klaim Nabi Suci mengandung suatu pertimbangan yang hati-hati. Dalam ayat di atas, dua macam kesaksian telah dimajukan untuk mendukung truth claim Nabi Suci, dan kesaksian ini telah dipandang cukup untuk menegakkan kebenarannya kesaksian dari Tuhan serta kesaksian orang yang mengenal Kitab itu. Kitab injil, taurat dan zabur itu, tentunya wahyu sebelumnya al Qur’an diturunkan Tuhan. Dalam hal Nabi Muhammad saw. keagungan dari peristiwanya jelas dari kenyataan bahwa Tuhan sendiri yang berdiri sebagai saksi baginya.
Kesaksian akan adanya Tuhan ditandai dengan penciptaan langit dan bumi sebagai bentuk kebenaran dan mengutus manusia yang diilhami sebagai pembawa kebenaran tersebut. Hasil ciptaan tersebut yang terdiri dari komponen alam semesta, orbit yang sangat besar dan segala sesuatunya, diperintah oleh hukum yang kuat dan bekerja dengan prinsip: "Tuhan kami ialah Tuhan Yang memberikan kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk" (QS. Taha [20] : 50). Hukum Tuhan yang bersifat menyeluruh merupakan kesaksian atas kebenaran Islam dan Muhammad saw sebagai nabi terakir dengan tujuan membuktikan universalitas wahyu Tuhan, setiap ciptaan lembar daun, partikel, atom, dan segala yang ada, semuanya bergerak dan berbajti sesyai dengan hukum yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Allah swt berfirman: "Sucikanlah nama Tuhan mu, Yang Maha Tinggi, yang menciptakan, lalu menyempurnakan ciptaannya, Dan Yang memberikan ukuran dan kadar masing-masing, lalu memberi petunjuk (mereka kepada tujuannya)" (QS. Al A’la [87] : 1-3). Jika segolongan manusia di dunia, dapat ,mengelola hidupnya tanpa agama dan wahyu, maka mereka tak akan bisa mengahailkan kualitas hidupnya yang ddamai. Semua manusia hidup dengan norma dan keluhuran budi pekerti serta kesalehan yang lebih di utamakan maka akan ditampakkan suatu pribadi yang bisa berbuat untuk keadilan dan tidak memilah suatu kaum. Dan jika itu adalah Tuhan Sendiri, Yang dengan hukum pembalasan-Nya, secara tidak perlu menimbulkan perpecahan di kalangan manusia, dengan menunjukkan Cahaya-Nya hanya kepada sedikit orang yang terpilih, dengan mengabaikan sisanya serta mengutuknya ke neraka seolah mereka itu bukan makhluk-Nya, maka Tuhan semacam itu tidak berharga untuk disembah. Dia tak ada bedanya dengan dongeng seorang raja buta dari suatu kerajaan tanpa cahaya di mana Yang menolaknya lebih baik dari pada menerimanya. Ini adalah suatu subyek yang sangat luas dan luar biasa ekstensif. Semakin lama seseorang merenung akan hal ini, semakin terasa bahwa jelas kebutuhan akan agama hanya timbul dalam keadaan bahwa Islamlah yang hadir. Islam menjaga bahwa para nabi itu dibangkitkan dari masa ke masa di setiap bangsa di dunia, dan Kemurahan dari Tuhan Yang Maha¬penyayang tidak pernah meninggalkan satu pun dari makhluk-Nya dari cahaya dan bimbingan atas Agama Sejati. Juga dia berpegang bahwa agama itu pasti diketemukan di setiap zaman dan iklim sebagai suatu kenyataan yang mapan; pengikutnya harus menganggap penyiarannya sebagai tujuan utama hidupnya. Tak ada suatu pun kekuatan di dunia, betapa pun besarnya; bisa menahan mereka dari cita-cita dakwahnya. Bila tidak maka setiap rahasia dalam penyiaran agama serta bisik rayuan musik di telinganya, kalau diketahui orang lain, bisa mengurangi tujuan utama dari agama. "Dan sesungguhnya telah Kami bangkitkan bagi tiap-tiap umat seorang Utusan, sabdanya: Mengabdilah kepada Allah dan jauhkanlah diri kamu dari tuhan-tuhan palsu".(QS.16:36). Nabi Muhammad telah dianugerahi gelar yang unik sebagai karakter dakwahnya bahwa beliau menjamin kebenaran dari semua nabi sebelumnya dan kewajiban manusia agar mengimani mereka seluruhnya seperti apa apa yang dijelaskan dalam rukun iman. Prinsip Islam begitu menarik dan agung, sehingga membentuk dasar utama dari agama sejati dan perdamaian universal serta menjauhkan penyimpangan yang dapat meruntuhkan prinsip struktur agama. Dengan demikian, Islam adalah agama yang telah meluruskan penyimpangan dan membawa realitas universal yang sangat cocok pada setiap bangsa di dunia. Akan tetapi kita melihat realitas pada abad ini, bahwa manusia telah keluar dari kredo agama yang menganggap agama tak penting lagi. Namun dari pandangan manusia seperti itu, ditengah kegersangan jiwa manusia Muhammad lahir sebagai seorang guru yang terilhami dari Tuhan dengan memberikan pelajaran yang mulia dan substantib ke dunia. Kedatangan Islam yang dibawah oleh Muhammad, dianggap sebagai sebuah revolusi moral umat manusia karena pada saat itu manusia dengan kegelimangan kebodohan, busung lapar, penyakit kusta, kemiskinan, kemelaratan dan lain sebagainya, Islam telah mampu meluruskan semua problem tersebut. Begitu juga apa yang telah di jelaskan dalam Al Qur’an Tentang Tuhan bahwa segala apa yang diciptakannya merupakan milik Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Maka dengan kebenaran itulah Tuhan juga mengutus seorang Nabi yang bernama Muhammad untuk membawa kebenaran dan meluruskan kehidupan manusia. Sebagaimana dalam Al Qur’an di jelaskan bahwa; "Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sekalian alam" (QS. Al Fatihah [1] : 1). Dengan menyisihkan pengakuan atas munculnya para nabi di setiap bangsa, kebanyakan agama itu tidak toleran dan sangat egois dalam trut claimnya bahkan untuk memberi hak bahwa Tuhan mereka itu adalah Tuhan dari bangsa-bangsa lain juga. Lebih lanjut Tuhan mengatakan bahwa; "Katakanlah: Allah sudah cukup sebagai saksi antara aku dan kamu. Sesungguhnya, Dia itu Yang Maha Waspada, Yang Maha Melihat kepada hamba-hamba-Nya" (QS. Al Isr’a [17] : 96). Kesaksian Tuhan merupakan kemenangan sebuah kebenaran, meskipun maraknya penentangan terhadap kebenaran tersebut, sementara hal-hal yang bersifat kepalsuan meskipun didukung dengan kekuasaan, pasti akan lenyap. Oleh karena, Tuhan yang Maha ¬kuasa tidak menginginkan ada kerusakan diatas apa yang Dia ciptakan dan Tuhan juga Maha waspada serta Melihat. Kesaksian Tuhan ditemukan dalam setiap fase dari kehidupan Nabi dalam bentuk sukses yang mengagumkan. Tanda-tanda kebenaran dan mukjizat yang muncul untuk membantu Nuh, Ibrahim, Buddha, Krishna, Musa, Zarathustra dan segenap nabi di dunia, muncul dalam bentuk yang paling nyata untuk mendukung Nabi Muhammad. Kesuksesan dan keunggulannya ketika menyingkirkan musuh adalah bukti nyata dari bantuan Tuhan. Bahkan para musuh Islam telah mengakui kesuksesan dari para Nabi ini dan kebesaran yang sesungguhnya adalah ketika diakui oleh lawan-lawannya. (Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 - 1978) kompilasi ke format CHM: pakdenono-www.pakdenono.com) Encyclopedia Britannica dalam artikel "Quran" menggambarkan bahwa Nabi Muhammad adalah: "yang penuh sukses dari segenap nabi serta tokoh keagamaan" (Encyclopaedia Britannica edisi 11 halaman 898-Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888-1978) kompilasi ke format CHM: pakdenono-www.pakdenono.com))
Dalam perkara kebenaran, Tuhan begitu adil dalam memandang manusia, ketika manusia kebanyakan tidak percaya dengan kenabian Muhammad saw, maka Tuhan pun turun tangan dengan memberi kesaksian kepada umat manusia dan membuat semacam perjanjian, sebagaimana Tuhan berfir bahwa: "Dan ingatlah ketika Allah mengambil sebuah perjanjian dari para Nabi, ”Manakala Aku memberikan Kitab dan hikmah kepadamu, lalu seorang Rasul datang kepada kamu, seraya membenarkan apa yang ada pada kamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya, ”Allah berfirman: Apakah kamu setuju dan menerima dengan perjanjian-Ku atas yang demikian itu ?, Mereka menjawab ”kami setuju” Allah berfirman: :kalau begitu bersaksilah kamu (para nabi) dan Aku menjadi saksi bersama kamu” (QS Ali ’Imran [3] : 81). Begitu juga dengan kesaksian dari berbagai Ahli Kitab tentang kerasulan Muhammad saw, kesaksian tersebut dalam al Qur’an mengatakan bahwa; "Katakanlah: Allah sudah cukup sebagai saksi antara aku dan kamu, dan pula orang yang mempunyai ilmu Kitab" (QS. Ar Ra’d [13] : 43). Kitab Tuhan yang sebelumnya seperti Injil, Zabur, Taurat, yang diyakini oleh agama lainnya telah turun ribuan tahun yang lalu, tetapi kaum para umat Islam bukanlah tidak tertarik dengan kitab sebelumnya, akan tetapi wajib di imani sesuai denngan rukun Iman, selama empat belas abad, tidak tertarik untuk mempelajari bahasa dan melakukan studi yang mendalam terhadap kitab tersebut; akan sekarang ini umat Islam terutama pemikir Islam kontemporer justru lebih senang mempelajarinya dengan tujuan mengkomparasikan dan mencari titik temu antara kitab sebelumnya dengan kitab suci Al Qur’an, sehingga apa yang menjadi penolakan akan risalah umat Islam dalam berdakwah bisa diluruskan. Pada abad ini, tak ada yang menentang kenyataan, bahwa inilah saatnya Islam akan unggul atas seluruh agama dan hujjahnya tak terhitung banyaknya dengan membuktikan kebenaran Islam. Sebagaimana Tuhan berfirman: "Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk (al Qur’an) dan agama yang benar untuk diunggulkan, atas segala agama, walalupun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (QS At Taubah [9] : 33). Ini juga merupakan abad dimana kumpulan bukti dari para nabi macam-macam agama, yang menguntungkan Nabi Muhammad, mulai dibuka. Akan tetapi bagaimana kemenangan itu akan dicapai apabila perbedaan sikap kaum Muslim sekarang ini terhadap ilmu pengetahuan menjadi sebuah masalah besar dalam menerangkan Islam yang sebenarnya, merosotnya peradaban Islam karena dari tidak konsistenya umat Islam sendiri dan sangat berfatwa mengkafirkan orang lain dan bukannya kerja-kerja penyiaran pemikiran keislaman yang konstruktif, akan tetapi justru terjebak pada kompleksitas mempertahankan egoisme idiologinya, inilah tanda¬-tanda yang nyata frustrasinya orang Islam. Sayangnya, kaum muslim kini, melalui kelakuannya yang tidak benar, membikin buram nama Nabi Muhammad saw., tetapi salawat Nabi menyingkirkan semua stigma dan membersihkan sifat Nabi dari semua tuduhan palsu.
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu Agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama" (Quran Suci 5:3). Keyakinan Islam ini, yakni bahwa para nabi dibangkitkan di segenap bangsa di dunia dan bahwa Muhammad adalah Utusan Yang Dijanjikan bagi seluruh agama-agama, adalah suatu bukti yang sangat kuat atas akhir kenabian dengan datangnya Muhammad s.a.w. Sebelum munculnya Nabi Suci, orang-orang hanya percaya kepada kebenaran nabi mereka sendiri masing¬masing dan kepercayaan kepada semua nabi tak bisa dipegang karena masih berlangsungnya terus kenabian. Tetapi ketika kenabian itu tuntas paripurna dan akhir dari para nabi, yakni seorang yang dijanjikan oleh segenap agama itu muncul, adalah perlu bahwa segenap bangsa-bangsa di dunia ini beriman kepadanya dan melalui beliau kepada semua nabi yang terdahulu, dus mempersatukan kemanusiaan yang terpencar dan menyebar ke dalam keseluruhan yang solid, dan membawakan kesempurnaan perkara yang telah ditetapkan bahkan sejak penciptaan alam semesta. Ini juga merupakan bukti fakta bahwa alam semesta ini bukanlah sebuah mesin otomatis dari elemen yang heterogin, tetapi dia itu diperintah oleh Tuhan Yang Maha¬bijaksana dan Maha-mengetahui, Yang membimbing setiap obyek, membawanya melalui macam-macam tingkat perkembangannya, ke tujuan kesempurnaan. Jadi bila dalam tahap awal perkembangan dunia itu dirasakan kebutuhan mempersatukan suatu kaum, dengan suatu kumpulan singkat hukum agama, maka tetaplah lebih besar lagi kebutuhan, untuk suatu agama sempurna dan seorang Nabi yang Ideal, untuk merangkai bersama segenap bangsa di dunia ini. Dan rangkaian antar-bangsa, antar agama dan antar nabi ini, bisa dilihat dunia, dalam pribadi Nabi Muhammad.
Kelahiran Nabi Palsu Awal Perpecahan
"Dan demikianlah Kami menjadikan kamu umat yang unggul agar kamu menjadi saksi bagi manusia dan Utusan menjadi saksi bagi kamu" (Quran Suci 2:143). Kepercayaan akan datangnya nabi baru setelah penyempurnaan agama dan tuntasnya kenabian sekali lagi meruntuhkan solidaritas dari agama-agama ini dan memalsukan sangat bijaknya Tuhan Yang Maha-bijaksana. Kepercayaan semacam itu sungguh naif dan terbuka untuk berbagai keberatan. Kami mencatat tiga keberatan atas kepercayaan ini. Cermin pertama adalah terhadap kebijaksanaan Tuhan sendiri. Dia telah memberikan semacam latihan bagi kemanusiaan, melalui suatu rantai panjang kenabian, bahwa mereka bersatu menjadi satu keseluruhan pada suatu waktu yang telah ditetapkan. Setelah tercapainya tujuan yang besar ini, Dia Sendiri mengirim nabi baru untuk merobek-robek badan yang sudah bersatu ini. Setelah tiganelas abad dengan pengorbanan yang besar dan usaha yang gigih suatu masyarakat dari enampuluh kelompok telah bersiap-siap untuk mengangkat bendera perdamaian internasional dan persahabatan serta mengungkapkan kebenaran dari segenap nabi di dunia; dan kemudian tiba-tiba adalah suatu pukulan terhadap Tuhan bila memunculkan seorang nabi baru yang menghancurkan tenaga yang perkasa ini menjadi berkeping-keping. Maka, perumpamaan seorang perempuan yang memintal benang seperti yang dikisahkan dalam al-Quran akan lebih tepat ditujukan kepada Tuhan sendiri: "Dan janganlah kamu seperti orang yang menguraikan benang setelah itu dipintal dengan kuat, hingga itu cerai-berai" (Quran Suci 16:92). Keberatan kedua atas doktrin ini ialah bahwa dia menegasikan tujuan utama dari agama. Tujuan sesungguhnya dari agama adalah mempersatukan manusia menjadi suatu umat yang satu. Dan bila seorang nabi bisa muncul setelah tercapainya tujuan ini, maka agama itu tidak saja kehilangan tujuannya yang sejati melainkan juga mengandung hal yang naif. Para Nabi pasti bisa datang, dan telah datang, sebelum munculnya Nabi Yang Dijanjikan; tetapi ketika seorang yang diharapkan itu telah muncul tentang siapa semua nabi terdahulu telah meramalkannya dan menyuruh para pengikutnya agar beriman kepadanya serta membantunya, dan ketika agama telah dibuat sempurna serta dubia ini telah diberi risalah: "Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu Agama kamu dan Aku lengkapkan nikmat-Ku kepada kamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama" (Quran Suci 5:3).
Setiap nabi baru atau agama baru akan membuyarkan seluruh perkara dan akan menyebabkan kekacauan yang besar. Alasan ketiga mengapa seorang nabi tidak bisa ditolerir setelah akhir kenabian adalah, bahwa ini akan memalsukan dakwah dari Nabi Yang Dijanjikan. Jika kenabian itu berlanjut seperti sebelumnya, maka tak masuk akal kalau hanya memunculkan seorang nabi sebagai pembimbing dari seluruh umat manusia. Nabi-nabi yang berbeda bisa datang untuk membimbing umat mereka masing-masing. Dan munculnya seorang nabi dari para pengikut Nabi Muhammad sendiri, dimana penolakan terhadap beliau membuat seseorang itu keluar dari Islam, adalah suatu pencederaan terhadap kehormatan yang agung dari Nabi Yang Dijanjikan dan bertentangan dengan panutan Islami. Kebesaran Muhammad dan kedigjayaan dakwahnya menuntut bahwa tak ada klaim yang lain yang muncul sesudah beliau yang penolakan terhadapnya bisa meruntuhkan persatuan dari persaudaraan Islam. Inilah apa yang sudah ditetapkan sejak terciptanya alam semesta ini, dan inilah yang semua nabi itu datang untuk menggenapinya. Bangunan kenabian telah lengkap dan tak ada ruang lagi untuk nabi yang baru. Nubuatan yang akan kta bicarakan dalam buku ini dengan jelas mendukung doktrin akhir kenabian. Tidak hanya Quran Suci dan Sunnah Nabi Muhammad telah melukiskan akhir kenabian, tetapi bukti-bukti yang disepakati oleh semua nabi telah mengandung kenyataan bahwa Muhammad adalah yang terakhir dari para nabi dan setiap pengakuan sesudahnya adalah dusta dan kafir. Dia yang melangkah keluar dari janji suci tentang akhir kenabian sungguh akan jatuh menjadi mangsa ketidak-beragamaan dan penghujatan kepada Tuhan. (Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 - 1978) kompilasi ke format CHM: pakdenono-www.pakdenono.com)
Sekapur Sirih Bagi Kawan-Kawan HIKYABUD (Hindu, Kristen, Yahudi dan Budha). (Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 - 1978) kompilasi ke format CHM: pakdenono-www.pakdenono.com)
Dalam hukum sejarah yang baru maka adalah suatu fakta yang diakui bahwa "Dokumen itu merupakan kesaksian yang lebih tinggi nilainya dibanding lisan dan tidak bisa dikalahkan oleh saksi atau sumpah". Kini, pertimbangkanlah dengan diterangi oleh hal ini, komposisi Ilahi dan kesaksian tertulis yang merupakan warisan dari para nabi, rishi dan vakshur yang suci. Setiap orang percaya bahwa orang-orang suci ini tidak pernah membuat pernyataan dusta demi tujuan keduniawian atau ambisi. Mereka di atas orang-orang biasa, sedemikian, sehingga banyak dari mereka disembah sebagai dewa atau inkarnasi atau putera Tuhan. Mereka meniupkan kehidupan bagi jutaan orang mati dan para penganutnya tidak lupa menyebut namanya sebelum mensucikan dirinya sendiri. Jiwa-jiwa besar ini telah meramalkan kedatangan seorang nabi yang agung. Maka keimanan kepada nabi ini jadi adalah kepatuhan serta pasrah kepada kemauan dari nabi-nabi dan rishis mereka sendiri. Sungguh suatu kebetulan yang aneh dan harus dipertimbangkan baik-baik oleh para penganut dari semua agama dan bahkan bagi mereka yang tidak mempercayai satu pun dari agama - betapa segenap nabi yang tinggal di tempat yang jauh di pojok dunia dan sangat jauh dari Arabia, ribuan tahun sebelumnya, telah memberikan berita gembira akan datangnya seorang nabi yang agung. Dan itu bukanlah, seperti ramalan tentang Isa Almasih, yang hanya merupakan sepotong berita, tetapi ini mempunyai argumen dan bukti yang terang sebagai pendukungnya. Tangan Tuhan juga terlihat bergerak memihak itu serta kemenangan langit yang luar-biasa, yang adalah di atas kemampuan manusia, yang menyertainya. Hendaklah segenap orang bijak dan para pahlawan di dunia merenungkan hal ini. Seorang lelaki yang buta terhadap huruf serta ilmu pengetahuan duniawi, tidak mengetahui agama-agama lain, membuat suatu deklarasi yang tak seorang pun pernah melakukan sebelumnya, dan hari ini para penafsir agama mengungkap kebenaran ini dan membenarkan apa yang telah diucapkan berabad-abad sebelumnya. Hari ini telah terbukti bahwa para nabi yang muncul satu dengan yang lain adalah seperti mata rantai. Juga bisa dilihat bahwa pelbagai nabi yang muncul di negeri-negeri yang berbeda, yang ditujukan kepada pelbagai bangsa dan berbicara dengan macam-macam dialek telah membuat suatu nubuat, ribuan tahun sebelumnya, aka kedatangan seorang nabi yang merupakan dia yang dijanjikan bagi segala bangsa. Dunia mengetahui bahwa nabi yang diceriterakan itu dengan semua tanda yang menyertainya telah muncul. Dan akhirnya hendaknya juga dipertimbangkan bahwa dia membawa sebuah risalah yang unik dalam menegakkan perdamaian serta rasa senasib buat semua bagian umat manusia dan ini merupakan satu-satunya pemecahan bagi masalah dunia saat ini. (Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 - 1978) kompilasi ke format CHM: pakdenono-www.pakdenono.com)
Mukjizat dan nubuatan seperti risalah para nabi, berlangsung hanya untuk suatu masa, dan hanya terbatas kepada masing¬masing Kitab Suci dari suatu kaum. Jadi ramalan tentang Isa Almasih dan Ilyas didapati dalam kitab-kitab nabi Israil dan tak terdapat dalam Kitab Suci agama lain. Jika secara kebetulan suatu rujukan tentangnya didapati dalam agama lain, maka itu tidak bernilai, karena, sesuai dengan keyakinan Kristiani maka wahyu Ilahi itu hanya dikaruniakan kepada para nabi Bani Israil. Inilah sebabnya mengapa kita dapati dalam Alkitab, nubuatan tentang Kristus yang hanya dibuat oleh para nabi Israil dan tiada yang lain. Dari semua nabi, hanya Nabi Muhammad sendiri, yang ramalannya dibuat dalam semua Kitab Ilahi oleh segenap nabi. Ciri lain dari nubuatan yang diadakan tentang Nabi Suci yalah bahwa kita menemukan di dalamnya seringnya disebutkan kekuatan Ilahi, kemenangan langit dan kesaksian dari ilmu serta pendidikan; sedangkan dalam hal nabi-nabi lainnya hanya menyebutkan sedikit fakta menyangkut kehidupan sehari-hari. Namun, dalam hal Muhammad, ini dicatat sehingga bahkan hal-hal yang mustahil pun menjadi mungkin baginya dan dalam banyak peristiwa kedatangannya malah dianggap sebagai kehadiran Tuhan itu Sendiri. (Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 - 1978) kompilasi ke format CHM: pakdenono-www.pakdenono.com) Perkara yang mustahil bagi manusia adalah lebih dari mungkin bagi Tuhan, dan karena Nabi Suci itu diberi pertolongan Ilahi di setiap langkahnya dan Tangan Tuhan bekerja di fihaknya, maka kemunculannya secara kiasan disebut sebagai munculnya Tuhan. Siswa dari setiap cabang ilmu dan kesenian harus mengingat konvensi tertentu dan perkara yang disepakati menyangkut disiplin ilmu yang ingin dipelajari atau dicapai. Seorang artis bebas menggambar suatu perjalanan yang panjangnya berkilometer dengan hanya secarik kertas; untuk menggambarkan permukaan yang mulus tidak hanya panjang dan lebarnya melainkan juga tinggi dan dalamnya. Seorang pematung bisa membuat suatu patung tanpa warna atau gerak. Umumnya kita terbiasa dengan konvensi semacam itu sehingga kita tidak berkebaratan atasnya, bila tidak maka nasib kita seperti kisah orang Amerika yang keberatan kenapa fotonya hanya menampilkan satu bagian saja dari wajahnya. Ada juga beberapa konvensi yang kebetulan, seperti halnya seorang pematung dalam menaikkan patungnya, dengan memberi penyangga. Begitu pula, ada konvensi tertentu mengenai nubuat. Kita hitung beberapa di antaranya: Nubuat: istilah yang digunakan dalam teologi adalah dalam pengertian yang ketat. Ini berarti ilmu-masa depan dan ramalan atas peristiwa di masa mendatang meskipun hal itu seringkali diterapkan kepada perkara tersembunyi baik di masa lalu maupun di masa yang akan datang yang tidak dapat diketahui dengan cahaya akal yang alami. Pengetahuan ini haruslah supernatural dan dihembuskan oleh Tuhan. Ini adalah cahaya Ilahi dimana Tuhan mengungkapkan perkara yang di atas daya nalar ciptaan alami. Nubuat ini diberikan terutama untuk kebaikan sesamanya. Tak pelak lagi naskahnya tidak selalu jelas dan eksplisit. Nubuatan yang dijumpai dalam Alkitab, baik itu untuk `Isa atau pribadi yang lain, adalah tanpa rincian. Beberapa darinya penuh dengan ambiguitas dan membutuhkan penafsiran dan komentar. Akibatnya ialah bahwa pengertiannya tetap tersembunyi dari orang awam, dan para cendekiawan pun juga tak dapat memahaminya kecuali dengan konteks khusus atau setelah kenyataan yang sebenarnya muncul dan tafsiran pribadi dari nabi yang dijanjikan, siapa yang sesungguhnya yang dimaksud. Dan sesuai dengan pandangan Kristiani, seringkali bahkan orang yang dimaksudkan oleh ramalan itu tidak dimenegrti oleh mereka. Demikianlah maka Yahya menolak bahwa dia adalah Ilyas, padahal Isa dengan jelas menyatakan bahwa tiada lain Yahya adalah Ilyas yang dijanjikan (Lukas 1:17, Mattesu 11:14, 17:12). Baik ramchandra maupun Parsurama adalah inkarnasi Tuhan sebagaimana yang dipercayai kaum Hindu tetapi karena tidak dikenal satu sama lain, mereka bertengkar. Nama yang digunakan dalam nubuat itu biasanya bukan namanya yang asli tetapi gelarnya. Ini karena di mata Tuhan, nilai seseorang itu sesuai dengan kualitasnya, jasa pribadinya dan gelarnya serta tidak berkaitan dengan nama dirinya. Tuhan memperbanyak sarana untuk mengalirkan wahyu-wahyu ini, suatu saat Dia menggunakan kata-kata, pada lain tempat dengan lambang, bayangan, persamaan, dan kadang-kadang kata-kata serta lambang bersama-sama. Kita temukan nama asli Kristus adalah Yesus, tetapi tak ada satu nubuat pun dalam Kitab-kitab Suci sebelumnya yang menyebut nama Yesus. Tak diragukan lagi bahwa ada ramalan yang menyebut Almasih dan ini disebabkan Almasih itu adalah nama kualitas dari Yesus, nabi agama Kristen. Bahasa dalam nubuatan itu sering-kali satu hari berarti satu tahun (Yehezkiel 4:6):
"Aku menentukan bagimu satu hari untuk satu tahun". Dan terkadang seribu tahun dalam perhitungan kita manusia: "Dan sesungguhnya satu hari menurut Tuhan dikau seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu" (Quran Suci 22:47). Di antara agama Hindu, begitu pula, tahun dari Brahma dan Pitrees adalah berbeda lamanya dibanding perhitungan manusia biasa (Manu 1:66-73). Dan satu tahun serasa hanya sehari dalam Kitab Suci agama Majusi.(Fargard 3:40.2). Suatu nubuat ditafsirkan seperti sebuah mimpi. Dalam istilah Weda itu adalah rahasya atau rahasia. Kata-kata mempunyai arti mereka yang biasa, tetapi mereka juga bisa digunakan sebagai kalam ibarat. Seperti halnya kepala yang arti harfiahnya adalah suatu bagian dari tubuh, namun itu bisa digunakan dalam arti kepala sekolah, angkatan perang, daya aliran air, sehamparan gandum, palu, perkumpulan, dan seterusnya. Seseorang bisa dikatakan sebagai ujung tombak atau langit-langit secara kiasan. Tidak hanya nama perseorangan tetapi juga nama negeri dan tempat yang disebut dalam nubuat juga adalah gelarnya. Misalnya "Yerusalem" bisa berarti Mekkah dan bahkan untuk Islam itu sendiri. Begitu pula 'Ayodhya' (Yang tak terkalahkan) dalam Kitab Weda berarti Mekkah, dimana perang duharamkan dan bukan berarti 'Ayodhya' India yang selalu berganti-ganti penguasanya. Cabang buah almond yang ditunjukkan kepada Yeremiah tidaklah menunjuk pada buah itu sendiri, melainkan itu khususnya dimaksudkan untuk mewakili namanya yakni 'Shaqed' (penuh kewaspadaan). Kewaspadaan yang penuh dari Ilahi, yang tidak memungkinkan kalimah Ilahi itu tidak tergenapi (Yeremiah 1:11). Adalah salah bila mengatakan bahwa Isaiah percaya bahwa pada akhir zaman bukit Sion secara fisik akan mengatasi semua bukit di dunia ini (Isaiah 2:2). Bila dalam beberapa kitab yang diwahyukan kita menemukan suatu nubuatan yang dua-wajah mengenai pribadi yang sama kita hendaknya hanya mengambil satu dari dua aspek itu. Karena Kitab-kitab ini ada di tangan non-Muslim, adalah sangat mungkin bahwa mereka telah mencampurinya agar supaya ramalan itu menjadi kurang jelas maknanya. Selanjutnya adalah melawan kebenaran dari buku itu sendiri bila dia memberikan dua fakta yang bertentangan tentang pribadi yang satu dan sama orangnya. Setiap bagian dari nubuat yang bertentangan dengan nalar dan pengetahuan yang nyata tidak layak dipertimbangkan. Bagian-bagian dari nubuatan yang penuh dengan mitos akan diterima hanya sepanjang mereka ditunjang dengan fakta-fakta nyata. 9. Nubuatan atas kedatangan yang kedua kalinya dari seorang nabi akan berarti munculnya pribadi yang lain tetapi dengan semangat dan kekuatan nabi yang bersangkutan. Inilah bagaimana Isa menerangkan kedatangan kedua-kalinya dari Ilyas. (Lukas 1:17). Seperti itu juga Krishna berkata: "Kami membuat diri kami sendiri muncul melalui pribadi yang lain sepanjang diperlukan"(Gita 4:7). Dalam nubuat, maka nama, tempat dan tahun kedatangan dari orang itu tentang siapa suatu nubuat diadakan tidaklah secara gamblang dinyatakan, karena, keimanan kepada para nabi itu lebih atau kurangnya bersifat seperti 'beriman kepada yang gaib'. Bila kenabian dari setiap nabi itu begitu jelas dan tergelar, maka tak ada pahalanya bagi mereka yang menerimanya, sebagaimana tak ada ganjaran bagi yang percaya kepada matahari yang setiap mata bisa melihatnya dengan jelas. Kedua, berfikir mendalam dalam keagamaan dan penyelidikan atas rahasia yang tersembunyi, mempertajam kecerdasan manusia, dan inilah tepatnya apa yang diinginkan Tuhan agar dilakukan oleh makhluk yang rasional. Ketiga, selalu ada kiasan, perumpamaan, dan pembicaraan dengan gambaran dalam bahasa-bahasa yang berbeda, dan hal itu telah menambah ambiguitas dari nubuatan. Selanjutnya, tidak ada catatan mengenai keadaan geografis dan historis dari macam-macam negeri, inilah kesulitannya, di samping kerja penelitian, untuk menemukan orang yang dimaksudkan oleh nubuatan itu. Akhirnya, juga terdapat hal lain yang bertanggung-jawab besar atas ambiguitas dari ramalan -- yakni, kebencian dari penganut suatu kitab yang disandangnya terhadap agama dan suku lain. Suatu kaum yang menganggap dirinya bangsa yang terpilih dan anak-anak Tuhan tidak akan pernah mentolerir, di samping begitu jelasnya ramalan dalam kitab mereka, untuk meyakini kebenaran dari nabi yang lain. Dus Bani Israil menolak beriman kepada Nabi Suci Muhammad s.a.w. karena beliau adalah non-Israili. Malahan mereka berusaha sebisa mungkin untuk mencampur-aduk nubuat tentang kedatangan Nabi Suci dan membuatnya menjadi temaram. Jadi, seperti halnya Alam yang mendekap keindahannya secara tersembunyi hingga dia melepaskan harum dan kemilaunya, dengan cara yang sama, permata nubuatan ini juga tetap tersembunyi dalam cangkang kerang mutiara yang mengamankannya dari melapuknya waktu sama seperti cangkang yang mengamankannya dari gelombang yang bertubi-tubi dari samudera. (Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 - 1978) kompilasi ke format CHM: pakdenono-www.pakdenono.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar