Indonesia Negeri Para penjahat Dan Perampok
Yanto Sagarino Samawa Tariano
Sejak kemerdekaan Indonesia telah menyatakan sikap untuk benar-benar merdeka dengan tujuan menjamin rakyat agar menjadi sejahtera. Segala kekuatan telah di tunjukkan dalam kapasitas yang penuh demi menciptakan sebuah kedaulatan yang tak akan terkoyak lagi oleh sebuah paradigma kolonial. Semangat dan harapan akan sebuah bangsa yang bermartabat dan mandiri senantiasa di gelorakan dalam pancaran sinar idealisme gerakan perjuangan yang tak henti-hentinya di suarakan, demi mencapai sebuah makna yakni Indonesia merdeka menuju Indonesia baru. Refleksi akan makna kemerdekaan tetap tergiang di telinga rakyat, akan tetapi makna kemerdekaan itulah sering di langgar melalui berbagai macam prilaku senonoh para politisi, birokrasi dan diplomat Negara ini, dari prilaku seks, century, KKN, perseteruan lembaga hukum, politik penghianat, perampokan, penembakan, penyakit kista para anggota DPR, otak piker busuk, malaysiah menginjak martabatdan lain sebagainya. Akan tetapi masih saja diam. Kemana pemerintah kita di Indonesia ini, apakah sudah menjadi kerbau yang hanya mampu mengekspresikan tanduknya yang panjang tapi tidak kuat menggerakkan badanya. Wah rupanya Indonesia sudah terpasung dalam pasar murahan.
Kilas balik sejarah, tentu semua manusia merekam jejak itu, namun para penyelenggara Negara ini jarang bisa berfikir yang lebih berani, hanya mengucapkan kata dan kalimat aku bangga dengan Indonesia. Akan tetapi ternyata kebanggan itu tergadaikan oleh sebuah kepentingan politik yang tidak jelas arahnya.
Dalam pidato SBY di ULTAH RI ke 65 mengatakan bahwa “perekonomian negeri kita sudah stabil dan membaik”, pernyataan pidatonya ini yang tidak realistis sungguh menyakitkan hati rakyat ketika mendengarnya. Jangankan para intelektual, petani pun mengecam pidato seperti ini yang tidak jujur akan kondisi bangsanya. Kehebatan, kehormatan dan martabat bangsa ini sudah terkoyak oleh langkah dan prilaku warganya sendiri yang barengi dengan hantaman para ideolog kapitalisme globa dan neoliberalisme dalam system ketatanegaraan Indonesia, yang akhirnya semua produk UU di buta oleh para pemangku jabatan neoliberalisme. Kita refleksikan saja dari semua kasus demi kasus tidak mencerminkan sebuah identitas bermartabat dan tidak menjunjung tinggi etika kebangsaan.
Persoalan century tidak menentu, korupsi merajalela, semburan lumpur, para pegiat sumber daya alam yang mengeruk semua potensi kehidupan alam Indonesia, terjadinya neocolonial baru sebagaimana Malaysia membrondol semua pulau, TKI, dan memberlakukan hukuman mati bagi 177 orang di negeri jiran, belum lagi para anggota dewan yang sering mengatakan diri terhormat tapi mulut dan perutnya justru tidak bertauhid lagi. Selain itu birokrasi yang mengabaikan pelayanan rakyat untuk mendapat kesejahteraannya. Semua itu adalah merupakan sebuah dilemma yang sangat berat untuk dikembali dalam khasanah baru, kecuali kalau ada seorang pemimpin yang berani untuk melawan semua ketidakadilan yang sistemik ini dan mampu melakukan revolusi sejati tanpa berkongkalikong dengan siapa pun.
Bagaimana tidak negeri ini sudah di cap level teratas menempati urutan pertama dalam capaian korupsinya, hal itu terjadi bukan karena siapa – siapa akan tetapi karena para politisi busuk semua yang membuat bangsa ini menjadi terpuruk. Maka cocoklah negeri 9ini di cap sebagai negeri para penjahat dan perampok. Kejahatan dan perampokan yang saya maksud adalah menghabiskan energy bangsa untuk menjadi hancur melalui berbagai prilaku negatif yang tidak mencerminkan nilai-nilai humanism dan pencerahan.
Logikanya kalau perampok yang membobol dan penipuan duit di lampung mungkin hanya kita bisa “siapa tau itu semua pekerjaan polisi” dan sangat berbeda dengan perampok dan penjahat Negara, ini tergolong elit tapi tidak cerdas serta mengambil duit rakyat sampai miliaran dan triliunan. Akan tetapi tetap saja SBY memberikan remisi. Memang selama ini SBY hanya mencari jawaban aman terhadap berbagai persoalan untuk melanggengkan kekuyasaannya. Maka oleh karena itu mari kita revolusi total dan mencari kepemimpinan yang memiliki visi perubahan. Rakyat dalam hal ini tidak boleh diam harus terjaga dalam indefensi untuk menuntut agar semua struktur kenegaraaan dan konstitusi harus di kembalikan kepada institusi itu sendiri. Negeri ini sudah menjadi negeri para penjahat dan perampok yang sudah tidak di hitung jumlah. Maka dengan demikian rakyat sangat perlu mengambil sebuah starting point dan menjaga keutuhsn bangsa kita mwlalau berbagai strategi yang kuat.
Oleh : Yanto Sagarino Samawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar